Hari ini masyarakat Surabaya terpantau kembali beraktivitas setelah kota mereka diserang teroris sejak Minggu pagi, 13 Mei 2018. Namun, rangkaian aksi teror di tiga gereja, rusunawa, dan Mapolres Surabaya itu tetaplah membekas di pikiran, terutama pada keluarga korban. Masyarakat pun mengecam aksi teror itu dengan menyebutnya tak berperikemanusiaan. Presiden Joko Widodo bahkan mengatakan teror sebagai tindakan pengecut, tidak bermartabat, dan biadab.
Sejak kejadian itu pula, dukungan dan doa tidak henti-hentinya mengalir, termasuk dari para pemain basket Indonesia. Olivia Claudia dari Surabaya Fever, misalnya, mendukung kepolisian untuk menindaklanjuti kasus ini sampai selesai. Apalagi ia merupakan jemaat salah satu gereja yang menjadi tempat kejadian bom bunuh diri pada Minggu pagi.
“Saya biasanya beribadah di gereja SMTB (Santa Maria Tak Bercela) di Ngagel itu,” ujar Olivia kepada Mainbasket, kemarin malam, Senin 14 Mei 2018. “Biasanya di situ sama Ernest (Koswara), Anggita (Bening), dan Lea (Kahol). Tapi saya datangnya sore. Kalau pagi, biasanya yang sudah berkeluarga.”
Olivia bukan satu-satunya pemain Fever yang ingin pelaku pengeboman cepat ditangkap. Sumiati Sutrisno, garda utama Fever, juga menginginkan hal serupa. Ia bahkan mengaku senang ketika mendengar polisi telah menangkap beberapa orang terduga teroris di Surabaya. Namun, ia mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada sebab pelaku lainnya boleh jadi masih di luar sana.
Annisa Widyarni, garda Surabaya Fever, mendarat di Surabaya dari Jakarta pada pukul 15.00 WIB sehari setelah kejadian bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. Foto: Alexander Anggriawan
Sementara itu, pesawat yang ditumpangi Annisa Widyarni, pemain Fever lainnya, baru saja mendarat di Surabaya dari Jakarta pukul 15.00 WIB pada Senin, 14 Mei 2018. Saat itu, Awe—sapaan akrabnya—langsung merasa tidak tenang karena mendengar tragedi nahas di Kota Pahlawan itu. Apalagi teror bisa terjadi di mana saja, terutama di tempat ramai seperti bandara. Tidak heran jika sejak hari pertama bom meledak, masyarakat Surabaya langsung diimbau untuk tetap di rumah. Begitu pun para pemain Fever. Klub meminta mereka untuk tetap di mes.
Dukungan tidak hanya datang dari Surabaya. Pemain-pemain dari kota lain pun turut menyatakan sikap; mengecam tindakan teroris dan mendukung kepolisian untuk menuntaskan kasus sampai ke akarnya. Karena menurut Dewi Putri Sungging Sari, garda Sahabat Semarang, terorisme itu sesuatu yang tidak bisa ditoleransi dengan alasan apa pun. Begitu pun kata Tania Rasidi dari Merpati Bali. Ia mengatakan, aksi teroris tidak bisa dikaitkan pada unsur ras, agama, suku, dan golongan tertentu.
"Saya kaget karena semakin ekstrem saja aksi mereka. Wanita dan anak-anak juga dilibatkan," ujar Tania tak menyangka.
Dukungan dan doa juga datang dari Francisco Yogi Da Silva, forwarda, Bank BPD DIY Bima Perkasa Yogyakarta. Foto: Hari Purwanto
Dengan semakin ekstremnya tindakan teroris, para pemain pun meminta masyarakat tidak tersulut isu-isu yang cenderung meneror lebih banyak orang dan memecah belah persatuan. Francisco Yogi Da Silva, forwarda Bank BPD DIY Bima Perkasa Yogyakarta, mengatakan, masyarakat tidak boleh terpancing oleh trik para teroris untuk meneror dan membelah NKRI.
Senada dengan Yogi, Indra Muhammad, garda Pacific Caesar Surabaya, mengatakan, meski pelaku mengenakan atribut yang mirip suatu agama, mereka jelas tidak melakukannya atas nama agama tersebut.
“Karena tidak ada agama yang mengajarkan untuk saling membunuh satu sama lain,” terang Indra kepada Mainbasket hari ini, Selasa 15 Mei 2018. “Agama itu mengajarkan perdamaian. Untuk masyarakat Surabaya, tidak perlu takut, hanya perlu berjaga-jaga. Stay safe, jangan sampai lengah, dan jagalah silaturahmi dengan umat beragama. Teroris tidak punya agama. Teroris musuh kita semua.”
Pada waktu kejadian, Indra kebetulan ada di Surabaya meski kompetisi IBL sedang libur. Untungnya, ia dan rekan-rekan setim jauh dari tempat kejadian dan dalam kondisi aman di mes. Ia berpesan, terutama kepada masyarakat Surabaya di sekitar kejadian, untuk tetap melindungi diri. Ia juga turut berduka kepada korban meninggal maupun luka-luka berserta keluarganya.
Foto: Mei Linda