Eropa telah melahirkan desainer-desainer kelas wahid dunia. Gucio Gucci, pendiri label kelas atas Gucci, berasal dari Italia. Begitupun Giorgio Armani. Selain itu, Prancis yang berada di kawasan Eropa tengah juga menyumbang cukup banyak desainer. Christian Louboutine mengembangkan lini sepatu miliknya sendiri di kota kelahirannya di Paris, Prancis. Negeri Menara Eiffel juga menyumbang nama Hubert de Givenchy, Christian Dior, Cristobal Balenciaga, Yves Saint Lauren, Gabrielle Bonheur “Coco” Chanel, dan lainnya.

Kreativitas bidang mode tersebut menular ke kultur sneaker Eropa. Di sana, bermunculan belasan butik sneaker kenamaan seperti Patta (Belanda), Sneakernstuff (Swedia), Footpatrol (Inggris), dan sebagainya. Butik-butik itu didirikan sosok-sosok desainer muda yang punya kreativitas tinggi. Nama mereka semakin diperhitungkan karena berhasil berkolaborasi dengan merek internasional hingga menghasilkan sepatu sol karet berseni tinggi. Kreativitas tanpa batas membuat karya anak-anak muda Benua Biru kerap mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan di dunia.

Muhamad Ramzi berfoto dengan Hikmet Sugoer, pendiri butik Solebox dan pemilik lini sneaker Sonra.

 

Di antara desainer-desainer kelas dunia itu, terdapat produk asli Indonesia yang diam-diam mampu menunjukkan tajinya di kultur sneaker Eropa. Uniknya, Muhamad Ramzi dkk. mendapat perhatian dari seni menggambar kartun sneaker. Mereka menamai karyanya dengan Portray. Kartun sneaker karya Portray telah dinikmati tokoh-tokoh di kultur sneaker Eropa dan dunia. Mulai dari Hikmet Sugoer (pendiri Solebox, Jerman), Mubi Ali (pendiri Crooked Tongues, Inggris), Jeff Staple dan lain sebagainya.

Mainbasket berkesempatan berbincang dengan pendiri Portray, Ramzi, lewat surat elektronik. Pria kelahiran Cianjur, 11 November 1990, tersebut mampu menunjukkan karyanya hingga ke Benua Biru. Dibantu tiga orang rekan, Ramzi mampu mengembangkan Portray walau ia kini tidak berada di Indonesia.

Gambar kartun Nike Air Max 97 Silver Bullet.

 

Halo Ramzi, apa kabar? Kegiatan apa yang sedang dijalani?

Halo Mainbasket, alhamdulillah kabar saya baik. Kegiatan masih seperti biasa, sibuk menyusun rencana ke depan Portray dan persiapan kolaborasi terbaru yang mudah-mudahan lancar, amin.

Benarkah sedang berada di luar Indonesia? Berada di mana dan apa saja yang dilakukan di sana?

Kebetulan saya menetap di Dubai kurang lebih tiga tahun ini. Saya kerja dan melanjutkan kuliah juga demi masa depan yang cerah

Banyak cara untuk berekspresi, mengapa Ramzi memilih menggambar?

Dulu, kakek adalah sosok yang mengenalkan serta mengajarkan saya menggambar. Sepeninggal beliau, saya jadi hobi menggambar. Akan tetapi, saya sempat berhenti cukup lama hingga hampir lupa teknik-teknik menggambar. Akhirnya, saya kembali menekuninya terinspirasi teman-teman Portray. Sejak saat itu, saya mulai menekuni menggambar lebih dalam dan semangat menggelutinya.

Lalu, mengapa memilih gambar kartun?

Saya penikmat komik dan telah membaca cukup banyak edisi. Komik-komik klasik Negeri Paman Sam seperti Donald Bebek dan Marvel yang dulu diterbitkan Misurind jadi favorit saya. Komik Jepang (manga) juga saya baca. Dari komik tersebut, datang inspirasi-inspirasi kecil yang bisa diambil dan diaplikasikan untuk karya saya saat ini.

Bantal kartun Nike Air Max 1 OG Infra Red karya Portray. Gambar ini diambil di Amsterdam, Belanda.

 

Bisa diceritakan berdirinya Portray? Siapa saja orang-orang yang terlibat?

Tahun 2014, saya berambisi membuat sesuatu yang berbeda.  Setelah setahun, saya memunculkan nama Portray. Visi dan misi portray saya yang tentukan. Hingga pada akhirnya Allah mengizinkan saya bertemu teman-teman yang hingga sekarang tetap bersama membangun Portray. Iskandar Budiarti yang memberikan andil sangat besar dari awal kita bertemu, Rayhan Muhammad, sosok yang sangat penting bagi Portray, serta Galih Adi Pangestu yang melengkapi fondasi kami dengan ide-ide “kacau”-nya.

Mengapa memilih nama Portray? Ada makna khusus dari nama tersebut?

Portray dalam bahasa Inggris bermakna penggambaran karakter. Dari sana, kita mengimplementasikan lebih lanjut bahwa tugas portray adalah menggambarkan sebuah karakter yang sedang terjadi dalam rupa apa pun.

Apakah kartun sneaker itu jadi karakter Portray? Atau Portray akan merilis gaya gambar lain?

Untuk saat ini, karakter kartun itu jadi karakter Portray dan mungkin juga karakter teman-teman yang menggeluti bidang ini, kita akan terus menggali karakter-karakter ikonik lain yang mudah-mudahan bisa datang seiring perjalanan kami.

Bantal kartun Atmos x Nike Air Max 1 "Elephant Print" 2017 untuk salah satu pelanggan Portray.

 

Bicara soal inspirasi, adakah seniman yang jadi inspirasi dalam menggambar?

Banyak sekali. Saya mengidolai karya-karya Jake Parker, Kim Jung Gi, Ashley Wood, Ewok, dan masih banyak lagi.

Mengapa sneaker (sepatu bersol karet) jadi objek gambar?

Kebetulan kami berempat sangat menyukai sneaker. Atas dasar itu, kami merasa  sneakers jadi objek gambar paling tepat untuk Portray.

Apakah Ramzi juga seorang kolektor sneaker?

Saya bukan seorang kolektor, hanya penikmat. Saya hanya membeli sepatu yang saya suka. Di antara semuanya, saya paling suka sepatu yang memiliki cerita di baliknya. Sebisa mungkin saya memilikinya agar lebih mengapresiasi karya mereka. Malah teman-teman Portray (Galih dan Rayhan) yang memang kolektor.

Selain bantal, produk apa saja yang diproduksi?

Untuk saat ini, Portray menjual gantungan kunci, tas jinjing (tote bag), pin, dan kaos. Untuk produk lain masih menyusul, menyesuaikan suasana hati (mood) kami.

Karya Portray yang dibubuhi tanda tangan Hikmet Sugoer.

 

Karya Portray telah diterima figur penting kultur sneaker seperti Jeff Staple dan Edson Sabajo (Patta, Belanda). Selain mereka, siapa saja yang pernah menerima produk Portray?

Alhamdulillah bisa terkoneksi langsung dengan mereka. Selain mereka juga ada Hikmet Sugoer (Solebox, Jerman), Erik Fagerlind dan tim (Sneakernstuff, Swedia), Kwills (Belanda), dan Matt Halfhill (pendiri Nice Kicks). Mudah-mudahan yang lain bisa menyusul.

Portray mendukung kumpul nasional IST (Indonesia Sneaker Team) dengan menyumbang karya untuk kaos resmi mereka. Apa pendapat Ramzi tentang IST?

IST saya anggap sebagai orangtua kultur sneaker di Indonesia. Saya telah mengikuti perjalanan mereka ketika masih hobi nge-kaskus, pembaca pasif (silent reader) yang hanya bisa mengagumi koleksi-koleksi gila dari penggiat IST di forum tersebut. Jasanya sangat besar bagi saya. Lewat IST, saya bisa kenal dan bertemu teman-teman seperjuangan Portray.

Apa pendapatnya tentang kultur sneaker di Indonesia saat ini?

Luar biasa, luar biasa dan luar biasa. Semakin ke sini saya sendiri pun tidak bisa mengikuti karena perkembangannya yang sangat pesat. Teman-teman di kultur ini sudah sangat aktif dalam melihat serta jadi bagian di perkembangan dunia sol sepatu karet yang sedang terjadi.

Lalu bagaimana dengan kultur sneaker di Eropa? Bila dilihat dari rekam jejaknya, Portray punya relasi dengan para penggiat sneaker di Benua Biru.

Mereka sangat menyukai siluet-siluet klasik seperti Kangaroos, Saucony, dan Diadora. Akan tetapi, yang paling saya kagumi adalah unsur kekeluargaan mereka yang sangat kuat. Lingkup mereka bahkan tergolong kecil namun menyimpan peluang yang sangat besar. Mereka mengenal satu sama lain. Semua tampak seperti teman lama, tidak ada kubu yang berbeda. seperti Peter Verry (Footwear News), Mubi Ali (Crooked Tongues), Hikmet Sugoer (Solebox), Marc Overkill (Overkill), dan lain sebagainya. Mereka saling menjalin relasi sehingga mudah bagi mereka untuk menjalin kolaborasi

Mereka membawa merek berbeda-beda di kultur ini, akan tetapi tetap saling mendukung dan menghargai satu dengan yang lainnya. Tidak ada persaingan, mereka justru menjaga atmosfer kultur yang sudah ada.

Ada sedikit perbedaan dengan kultur sneaker di Indonesia. Menurut saya dari segi oportunitas dan kebersamaan. Untuk bisa berkolaborasi dengan merek-merek besar butuh perjuangan yang lebih tetapi bukan tidak mungkin. Bisa jadi akan ada sosok yang bisa bekerja dengan brand sneaker kenamaan dunia.

Apa visi besar Portray di masa depan yang hendak dipenuhi?

Saya berharap Portray bisa bermanfaat bagi kultur sneaker dan streetwear di Indonesia. Lalu bisa jadi rekan yang baik untuk berkarya dan berkolaborasi. Terakhir, semoga Portray juga bisa mewadahi talenta-talenta tak terduga dan dikenal figur-figur penting dalam kultur ini. Amin.

Terakhir, bagaimana cara memesan produk Portray? Berapa harganya?

Untuk saat ini, katalog bisa di cek di akun Instagram kami @portraylab. Seluruh prosedur pemesanan produk melalui jejaring sosial Line. Portray tengah mengembangkan situs internet untuk memudahkan calon pelanggan melihat dan memesan produk Portray.

Harga produk kami bervariasi. Bantal bermotif kartun sneakers kita bandrol Rp250 ribu dan yang lain bisa dilihat sendiri di akun Instagram kami.

Foto: Dok. Portray dan Muhamad Ramzi

Populer

Lima Tiket Tersisa ke Perempat Final NBA Cup 2024
Tanggapan JJ Redick Dengan Penurunan Performa LeBron James
Cedera Stephen Curry Bisa Berbahaya Bagi Warriors
Rekor Baru Wizards, Tim ke-16 yang Tidak Menang Dalam Sebulan
Pertahanan Solid Wolves Buat Lakers Tak Berdaya
Jaylen Brown Beri Pujian untuk Pemain Muda Celtics
Paige Bueckers Jadi Pemain NIL Pertama yang Punya Sepatu Nike PE
Josh Giddey Tripel-dobel, Bantu Bulls Kalahkan Nets
Larry Bird Menganggap NBA All-Star Hanyalah Lelucon
Devin Booker Dapatkan Perpanjangan Kontrak Supermaksimal Senilai AS$214 Juta