Sulit rasanya menonton Boston Celtics di NBA Playoff 2018 tanpa menyadari kehadiran Terry Rozier III. Bagaimanapun, ia telah meninggalkan jejak dalam permainannya dan memiliki peran penting untuk menggantikan Kyrie Irving yang cedera. Rozier, garda utama itu, sedikitnya telah mencetak rata-rata 19 poin, 6,6 asis, 4,8 rebound dan 1,3 steal (dalam delapan pertandingan) di playoff per 3 Mei 2018. Jumlah itu masih bisa bertambah mengingat Celtics tengah bertarung di semifinal wilayah setelah mengalahkan Milwaukee Bucks di putaran pertama.

Di semifinal wilayah, Celtics pun telah mengemas satu kemenangan dari seteru klasiknya, Philadelphia 76ers, pada Senin waktu setempat lalu. Kala itu, Rozier menyumbang 29 poin, 8 rebound, dan 6 asis dalam kemenangan 117-101 di TD Garden, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Namun, bukan sekali itu saja ia berhasil membuat timnya merengkuh kemenangan. Pada putaran pertama playoff, misalnya, ia menjadi dalang di balik kesuksesan Celtics menumbangkan Bucks 4-3.

Eric Bledsoe, garda Bucks, agaknya memiliki memori tersendiri setelah berhadapan dengan Rozier di putaran pertama. Meski mengaku tidak tahu siapa Rozier dan menyebabkan perang dingin akibat ucapannya, bagaimanapun permainan garda utama Celtics itu telah membekas dalam pertarungan mereka. Apalagi ketika penggemar Celtics meneriaki Bledsoe dengan: “Who is Bledsoe?”, dan Bucks kalah di pertandingan ketujuh—salah satunya karena ulah Rozier.

Kendati demikian, Rozier dan Bledsoe tampak mengakiri perang dingin mereka setelah pertandingan ketujuh dengan damai. Para penonton NBA—entah yang hadir langsung atau menyaksikan lewat layar kaca—bisa melihat sendiri bagaimana keduanya berpelukan. Namun, Rozier justru menyulut kembali cerita di antara mereka dengan pernyataan sikap terakhirnya melalui pakaian Senin lalu. Ia mengenakan seragam (jersey) New England Patriots milik Drew Bledsoe, seorang bekas pemain NFL era 2000-an, ketika hendak melakoni laga pertama di semifinal wilayah melawan Sixers. Sontak pernyataan sikap itu menjadi sorotan media untuk menggoreng kembali perang Rozier versus Bledsoe.

Sorotan itu, juga penampilannya selama playoff, melambungkan nama Rozier di NBA. Padahal awalnya, ketika Celtics memilihnya di bursa pilih NBA Draft 2015, ia memang bukan siapa-siapa. Rozier bahkan sempat bermain di D League (G League) dengan tim satelit Celtics, Maine Red Claws. Namun, ia berhasil tampil di musim reguler tahun itu meski hanya bermain di 39 pertandingan dengan rata-rata 1,8 poin, 1,6 rebound, 0,9 asis, dan 0,2 steal.

Semusim berselang, Rozier mendapat tempat di skuat Celtics dan berhasil tampail di 74 pertandingan. Namun, tahun itu Rozier belum mendapat tempat utama; ia masih menjadi bayang-bayang bagi para garda utama Celtics seperti Isaiah Thomas yang kini bermain untuk Los Angeles Lakers.

Barulah di musim 2017-2018 ini Rozier mendapat tempat di skuat utama. Itu pun karena Irving mengalami cedera yang memaksanya absen sampai sisa musim. Ada kemalangan orang lain yang justru mendatangkan keberuntungan untuk Rozier. Meski begitu, ia mampu memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya dan menjadi juru selamat Celtics ketika mereka diterpa badai cedera (selain Irving, Celtics juga kehilangan Gordon Hayward). Hal itu terbukti dari catatan statistiknya musim ini menjadi yang terbaik selama karirnya dengan rata-rata 11,3 poin, 4,7 rebound, 2,9 asis, dan 1 steal di musim reguler.

“Kepercayaan diri saya meningkat pesat,” ujar Rozier seperti dikutip Boston Globe. “Sebenarnya saya bekerja keras sendiri, tetapi saya juga berterima kasih kepada rekan-rekan setim dan para pelatih, karena mereka mempercayai saya di setiap pertandingan dan mereka membuatnya mudah, mulai dari membuat saya (dalam kondisi) terbuka, menyusun permainan dan semacamnya. Jadi, tugas saya mudah. Yang harus saya lakukan hanyalah mencetak poin”.    

Dengan perkembangan signifikan itu, Rozier tampak siap keluar dari bayang-bayang pemain pengganti—setidaknya sampai musim ini selesai. Karena musim depan, entah bagaimana Irving akan menggeser kembali tempatnya di skuat utama Celtics. Bagaimanapun, Irving merupakan garda utama berkaliber All-Star yang sarat pengalaman juara, sementara Rozier baru seumur jagung di liga ini.

Meski begitu, performa Rozier menginspirasi para penggemar NBA, bahkan pemain profesional di Indonesia. Abraham Wenas, garda tembak BSB Hangtuah, mengaku termotivasi oleh penampilannya. Di matanya, Rozier benar-benar menggambarkan seorang pemain profesional.

“Dia tidak peduli dia pemain lapis berapa, tapi begitu dia dimainkan, dia bisa menunjukkan,” komentar Wenas tentang Rozier. “Kebanyakan pemain sudah turun duluan mentalnya, tapi dia benar-benar bisa menunjukkan kalau dia pemain NBA—pemain basket di liga tertinggi di dunia.”    

Dengan begitu, semakin jelas Rozier telah membuat orang-orang yang menonton Celtics menyadari kehadirannya. Ia telah berkembang musim ini dan, dengan statistiknya, menunjukkan kesiapan untuk keluar dari bayang-bayang. Ia punya kesempatan untuk bersinar sementara timnya bertarung di semifinal wilayah.

Foto: NBA

Komentar