Satria Muda Pertamina Jakarta mengukuhkan diri sebagai juara IBL 2017-2018. Kepastian ini didapat setelah pada laga ketiga final yang berlangsung hari Minggu, 22 April, di Gelanggan Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Satria Muda menang, 69-64 (2-1) atas Pelita Jaya Jakarta. Forwarda Satria Muda Jamarr Andre Johnson juga mendapat anugerah sebagai pemain terbaik atau MVP di final.
Pada laga ketiga, Jamarr memang bermain fantastis. Pemain naturalisasi Indonesia asal Amerika Serikat ini mencetak 21 poin atau terbanyak di antara para pemain Satria Muda lainnya. Poin terbanyak kedua dikumpulkan oleh senter Dior Lowhorn yang mencetak 20 poin dan 8 rebound. Garda Hardianus juga bermain sangat baik dan mendapat pujian dari Kepala Pelatih Satria Muda Youbel Sondakh. Hardi membukukan 13 poin, 3 rebound dan 4 asis.
Di kubu Pelita Jaya, pemain garda Wayne Bradford mengumpulkan angka terbanyak, 26 poin. Senter Chester Jarell Giles membukukan dobel-dobel 18 poin dan 21 rebound.
“Setelah tidak bermain di Indonesia selama setahun dan kembali lagi musim ini, saya tahu banyak harapan mengarah kepada saya. Ekspektasinya tinggi banget. Kalau tidak juara, berat sekali,” jelas Jamarr setelah laga usai.
“Saya sadar akan tekanan tersebut. Saya pakai tekanan itu untuk membawa permainan saya ke level saya seperti saat ini.”
Penampilan Jamarr di liga bola basket Indonesia jadi sangat istimewa. Dua musim lalu, ia juga membawa CLS Knights Surabaya menjadi juara serta meraih gelar MVP di final.
“Waktu juara bersama CLS Knights, saya satu-satunya pemain ‘asing’. Tantangannya lebih kepada tantangan beradaptasi dengan budaya. Sekarang persaingan semakin ketat. Saya bisa menunjukkan kemampuan saya hari ini. Ini gelar yang berbeda karena banyak pemain-pemain asing bagus.”
Momentum keunggulan Satria Muda langsung terjadi di awal. Dengan akurasi mencapai 44,4 persen, Satria Muda menutup kuarter ini dengan keunggulan 10 angka, 21-11. Pertahanan yang ketat juga membuat Pelita Jaya tak mampu berbuat banyak. Pelita Jaya melepaskan tiga tripoin tanpa ada satupun yang menghasilkan angka.
Selisih tertinggi poin Satria Muda terjadi di kuarter ketiga, yaitu 15 poin. Pelita Jaya selalu mampu menekan kembali keunggulan Satria Muda, namun tak pernah mampu benar-benar mendekati.
Jarak poin Pelita Jaya kepada Satria Muda sempat hanya tiga angka saja. Sayangnya, momentum ini datang terlambat di detik-detik akhir. Pelita Jaya juga tidak mampu mempertahankannya karena Arki berhasil menambah dua angka lagi menjelang laga usai.
“Puji Tuhan saya ada di organisasi ini. Pemain, manajemen, berkat sekali bagi saya. Terima kasih. Karena merekalah saya bisa ada di sini,” komentar Kepala Pelatih Satria Muda Youbel Sondakh.
“Hari ini para pemain menunjukkan ‘pride’ dan determinasi. Mereka tidak mau kalah. Ini adalah pembuktian bagi kami.”
Gelar juara IBL 2017-2018 menjadi gelar kesepuluh Satria Muda selama mengikuti kompetisi bola basket tertinggi di Indonesia. Satu-satunya tim yang mendekati jumlah tersebut adalah Stapac (Aspac) Jakarta yang sudah mengoleksi sembilan gelar.
“Saya belum mau berkomentar tentang komposisi tim ini di musim depan. Saya mau menikmati dulu. Mau tidur nyenyak malam ini,” tambah Youbel Sondakh.
Kepala pelatih Pelita Jaya Johannis Winar, walaupun kalah tetap mengapresiasi kinerja para pemainnya. Ia juga memuji pertahanan Satria Muda. Walau akhirnya Pelita Jaya memiliki akurasi 33,9 persen secara keseluruhan, di kuarter pertama, Pelita Jaya hanya memasukkan 18,2 persen dari total 11 tembakan.
(*)
Foto: Mei Linda