Tidak terasa kontrak Stephen Curry dengan Under Armour telah berjalan lima tahun. Walau begitu, sulit bagi penikmat NBA melupakan bagaimana Nike gagal melanjutkan kontraknya dengan bintang Golden State Warrios itu. Kegagalan Nike ini jadi momentum meroketnya divisi basket Under Armour sejak kedatangan Curry. Faktanya, ada alasan sederhana mengapa Curry memilih hengkang dari Si Contreng.

Sebelum 2013, Curry milik Nike. Ia dikontrak sejak debutnya pada 2009 setelah Warriors memilihnya lewat NBA Draft. Pebasket muda itu diganjar kontrak sebesar AS$2,5 juta per tahun. Selama empat tahun bersama Nike, Curry belum dibuatkan sepatu signature layaknya LeBron James, Kyrie Irving, maupun kompatriotnya di Warriors, Kevin Durant.

Bersama Nike, Curry menggunakan beberapa sepatu basket mentereng. Ia menggunakan Nike Hyperdunk 2010, Nike Shox Anatomix, hingga Nike Hyperfuse. Nike juga membuat edisi PE (Player’s Edition) untuk Curry. Dengan rekam jejak seperti itu, pabrikan asal Oregon telah memperlakukan dutanya dengan baik. Sayangnya, bukan itu alasan sang pemain tak melanjutkan kontrak.

Nike Hyperdunk 2010 PE "Stephen Curry"

 

Cerita ini justru diceritakan sang ayah, Dell Curry, kepada ESPN. “Pertemuan membicarakan kontrak baru itu mengecewakan saya,” ujar legenda Charlotte Hornets itu. Dalam materi presentasi itu, Nike salah ketik (typo) nama Stephen Curry dengan Stephon Curry. “Sudah banyak yang salah sebut nama anak saya. Walau begitu, tidak ada pembetulan dalam presentasi tersebut,” ceritanya.

Salah ketik tersebut masih dimaklumi Dell. Sayangnya, Nike melakukan kesalahan lebih fatal. “Di halaman-halaman materi presentasi kontrak selanjutnya, nama anak saya justru tertulis Kevin Durant. Entah ini sengaja atau tidak. Sejak saat itu, saya tidak lagi memperhatikan apa yang mereka katakan,” ujarnya. Ada dugaan hal tersebut karena faktor ketidaktelitian atau bentuk materi presentasi tersebut hanya pasang-tempel dari materi yang disodorkan pada Durant.

Masalah sepele tersebut nyatanya memberi dampak besar terhadap Curry. Di sisi lain, Under Armour datang dengan nilai kontrak AS$4 juta per tahun, 1,5 kali lebih tinggi dari kontraknya bersama Nike. Salah satu klausulnya juga menyebutkan bahwa kontrak tersebut bisa diperpanjang andai penjualan sepatu basket Under Armour melonjak. Klausul itu menjadi kenyataan. Kontraknya diperpanjang hingga 2024 dengan nilai mencapai AS$80 juta per tahun menurut Forbes.

Nike Air Max Flight 2011 PE "Stephen Curry"

Nike Zoom Hyperfuse 2012 PE "Stephen Curry". Di edisi ini, mantra "I Can do All Things" pertama kali dikenalkan kepada publik.

 

Jay Sole, pengamat saham dari Firma Investasi dan Perbankan Morgan Stanley, membeberkan data-datanya kepada Business Insider. “Kedatangan Stephen Curry memberi dampak signifikan bagi Under Armour. Tanpa Curry, UA diprediksi meraup keuntungan penjualan hingga AS$14 miliar. Sementara kehadiran Curry menaikkan angka tersebut hingga AS$28,2 miliar” ujarnya. Margin sebesar AS$14,2 miliar itulah yang didapat Under Armour. Nominal yang justru dilewatkan Nike atas keteledoran pegawainya 2013 lalu.

Fakta lainnya, angka kontrak AS$4 juta per tahun sejatinya mudah bagi Nike. Sebagai perbandingan, LeBron James merengkuh kontrak seumur hidup bersama Nike dengan nilai mencapai AS$1 miliar. Sayangnya, Nike tampak terlalu meremehkan daya magis Curry untuk produk yang ia pakai. Hal itu tampak dari perlakuan kurang hormat pada Dell Curry. Ditambah pula dengan penolakan permintaan Curry untuk ikut pusat pelatihan pemain basket khusus duta Nike kala itu. Pusat pelatihan ini sama seperti yang didapat Chris Paul.

Cerita ini diungkapkan Chris Strachan, sahabat sekaligus mantan teman sekamar Curry, kepada ABC News. “Semasa muda, ia selalu datang ke pusat pelatihan Nike untuk Chris Paul. Ia banyak belajar di sana. Lalu pada 2013, saat momen pembicaraan kontrak itu tiba, Anthony Davis dan Kyrie Irving mendapatkan fasilitas sementara Curry tidak. Ia kecewa,” kata Strachan.

Dari sini, ada pelajaran berharga yang bisa didapat: jangan mudah memandang rendah kemampuan orang lain. Setidaknya, perlakukan semua orang di hadapan kita secara seimbang tanpa perbedaan. Dengan begitu, maka kita akan menyadari betapa pentingnya orang yang kita anggap remeh itu bagi kita. Bila tidak, maka penyesalan yang akan kita dapat.

Sumber Foto: Bleacher Report, ESPN, NBA

Komentar