Angka delapan (8) bagi sebagian masyarakat keturunan Tionghoa, dianggap sebagai angka keberuntungan. Tercermin dalam wujud angka delapan yang garisnya tidak terputus sama sekali dan mencerminkan keberkahan yang tak putus-putusnya.

Tapi kemarin, angka delapan bukanlah jadi keberkahan bagi tim favorit di NBA saat ini, Golden State Warriors.

Boston Celtics, tim yang sedang menanjak performanya di wilayah Timur, menghempaskan Golden State Warriors dengan skor 109-106. Kekalahan nomor delapan bagi Warriors di musim ini, jelas punya makna yang beda dengan kekalahan pertama sampai ketujuh yang mereka derita sebelumnya.

Oracle Arena, kandang Warriors yang begitu ditakuti oleh  tim lawan yang bertandang, nampaknya tak mengecilkan nyali pasukan Brad Stevens, kepala pelatih Celtics (sebagai catatan, Warriors belum terkalahkan di kandang sepanjang musim 2015-2016).

Dari kuarter dua hingga empat, Celtics selalu mengungguli perolehan angka Warriors, sekalipun Stephen Curry mencetak 21 poin di kuarter ketiga, Celtics tidak gentar. Isaiah Thomas, yang tingginya tak jauh beda dengan kebanyakan anak muda di Indonesia itu, mampu memimpin rekan-rekannya dengan torehan 22 poin.

Tetapi ia tak sendirian, ia dibantu swingman Evan Turner yang mencetak 21 poin, juga Jared Sullinger, Kely Olynyk, Avery Bradley dan juga pemain lainnya. Barangkali Celtics adalah kryptonite dari Warriors.

Di pertemuan pertama di Boston, Warriors harus melewati double overtime sebelum menundukkan Celtics. Dan kekalahan mereka kali ini sebenarnya tak mengejutkan, Andre Iguadola sang swingman andalan mereka masih cedera, begitupun Festus Ezeli yang tangguh dari bench juga tengah cedera.

Bahkan Warriors boleh dibilang menang "hoki" melawan Jazz, dua malam sebelumnya. Dan malam melawan Celtics, performa Warriors tak jauh beda, handicap yang mereka miliki hanya status tuan rumah mereka. Tapi secara skuat? Hmm..

"Saya kira semua tembakan yang kami lemparkan akan masuk, tapi nyatanya tidak," ujar Stephen Curry.

Ya, Curry mungkin hanya satu dari dua pemain yang tampil baik dari Warriors. Ia mencetak total 29 poin, dan Green nyaris mencetak triple double. Sementara Klay Thompson dan Harison Barnes tampil kurang impresif, tembakan-tembakan mudah yang biasanya dapat mereka ceploskan tidak berhasil mereka masukkan.

Dari pihak Boston Celtics, pelatih Brad Stevens mengakui kalau ia cukup was-was ketika Steph Curry sudah mulai memasuki "Jordan" mode-nya di kuarter ketiga.

"Saat Curry merajalela di kuarter ketiga, saya rasa yang menyelamatkan kami adalah kegigihan para pemain untuk langsung balas mencetak poin dan tidak merasa tertekan dengan tembakan-tembakan dari Curry," jelas Stevens.

Kekalahan ini membuat peluang Warriors (68-8) untuk memecahkan rekor kemenangan Chicago Bulls di musim 1995-1996 (72-10)  menjadi di ujung tanduk. Mereka hanya boleh kalah maksimal satu kali lagi, dan harus memenangkan sisa lima game dari enam game yang tersisa.

Rutenya? Cukup berat. Mereka akan dua kali menghadapi San Antonio Spurs, dua kali menghadapi Memphis Grizzlies, satu kali menghadapi Portland Trailblazers, dan Minnesota Timberwolves. Apabila diasumsikan Warriors akan kalah sekali dari Spurs, maka peluang mereka cukup terbuka, mengingat tim yang tersisa, kelasnya di bawah mereka.

Tapi.. Portland pernah mengalahkan mereka satu kali. Grizzlies yang renta dan penuh cedera namun sudah berada di posisi playoff yang cukup aman, mungkin tak akan jadi kendala buat Warriors.

Timberwolves? Bisa jadi masalah besar buat Warriors. Tiap pertemuan mereka, keduanya bermain seimbang, dan Wolves hanya kalah dengan margin tipis saja.

Kalau boleh jujur, Warriors berada dalam posisi yang kurang menguntungkan baik secara psikis dan moril. Ibaratnya buah simalakama. Warriors begitu dekat untuk memecahkan rekor, tapi kalau mereka memilih resiko untuk memecahkan rekor, mereka harus bertarung mati-matian melawan Spurs, Portland dan Timberwolves.

Kalau mereka sukses, secara mental mereka akan terangkat, namun bisa jadi ada risiko kelelahan dan cedera, yang membuat mereka malah rugi di playoff nanti. Atau bisa jadi mereka kalah di game terakhir setelah berjuang mati-matian dan membuat mereka gagal memecahkan rekor.

Hasilnya? Secara fisik rugi, secara mental juga sama, pasti kenyarisan itu akan membayangi mereka.

Atau mereka bisa memilih jalan yang aman. Bermain aman, tanpa memerdulikan rekor, dan menjaga fisik tim agar tak terkuras. Tapi, tetap saja, sekalipun secara fisik akan diuntungkan, secara mental, semua perjuangan mereka meraih kemenangan beruntun dan kisah-kisah heroik sepanjang musim akan terasa sia-sia. Apalagi tak ada jaminan kalau mereka akan mutlak juara sehingga lara atas kenyarisan rekor itu bisa dihapus.

Kita tunggu saja, apa yang akan dipilih oleh Warriors.

Foto: NBA/GettyImages

Komentar