Awal 2018 bisa jadi tahun yang sangat sibuk bagi adidas. Perusahaan penyedia perlengkapan olahraga asal Jerman ini terus merilis sepatu-sepatu baru. Setelah meluncurkan adidas Futurecraft, kini mereka merilis sepatu baru bernama Deerupt.

Secara garis besar, sepatu ini mengadopsi bentuk adidas Tennis Hu dan adidas NMD R1. Bisa saja menggabungkan keduanya. Namun, bukan itu yang jadi sumber inspirasi terbesar. Sepatu lari klasik adidas Marathon adalah sumber terbesar desain sepatu ini.

William "Bill" Dellinger, atlet lari jarak jauh sekaligus ilmuwan Oregon State University. Ia merumuskan teknologi jaring-jaring karet berdasarkan Hukum Newton 3 (Hukum Aksi Reaksi). Inovasi itu kemudian dinamai "Dellinger Web". Adi Dassler menggunakan Dellinger Web untuk merampungkan proyek adidas Marathon.

 

Bila merujuk pada sejarah, adidas Marathon punya sisi emosional. Sepatu ini adalah sepatu terakhir yang didesain Adolf “Adi” Dassler, pendiri adidas. Sebelum menghembuskan nafas terakhir pada 1978, ia sempat menggambar desain sebuah sepatu lari untuk keperluan performa lari jarak jauh terinspirasi dari pelari marathon di Olimpiade. Itulah mengapa sepatu ini disebut sebagai adidas Marathon. Setelah itu, rilis pula adidas New York yang menggunakan teknologi seperti adidas Marathon untuk meramaikan gelaran New York Marathon 1979.

Sayangnya, adik Rudolf Dassler ini tak bisa melihat langsung perilisan adidas Marathon dan adidas New York. Kondisi fisiknya tak lagi kuat sehingga ia meninggal sebelum dua siluet tersebut benar-benar dirilis ke publik pada 1979. adidas Marathon jadi sepatu pertama adidas yang menerapkan teknologi nilon rajut (mesh) berbentuk jaring di bagian atas (upper). Sementara solnya menggunakan teknologi jaring karet Dellinger (Dellinger Web) yang dicetuskan William "Bill" Dellinger. Ia adalah atlet lari 5000 meter berprestasi yang ada dibawah naungan adidas. 

Prototipe adidas Marathon 1979. Sepatu pertama yang menerapkan "Dellinger Web" sekaligus sepatu terakhir yang didesain Adi Dassler. Sepatu ini ditetapkan sebagai arsip berharga dan tersimpan di kantor pusat adidas di Herzognaurach, Jerman.

 

Teknologi jaring-jaring ini populer di tahun 1980-an hingga 1990-an. adidas menjanjikan bahwa jaring-jaring karet ini memberikan daya pantul saat lari. Tak hanya itu, Jaring Dellinger bermanfaat untuk mendistribusikan berat badan ke tapak kaki sehingga bisa menghemat tenaga pelari. Seri lain yang menggunakan jaring Dellinger adalah adidas “City Series” seperti New York, Atlanta dan Oregon. Serta adidas Waterproof dan beberapa seri adidas ZX.

James Thomson, desainer senior global adidas Originals, mengatakan bahwa teknologi ini layak untuk dibangkitkan kembali. “Bahan rajut sejatinya adalah bahan yang punya pengaruh besar di perkembangan konstruksi desain sneaker. Sementara kami punya arsip Jaring Dellinger yang merupakan modifikasi dari struktur rajut tersebut. Teknologi klasik ini layak dibangkitkan dengan sentuhan modern,” ungkap Thomson kepada Highsnobiety.

Perbandingan Dellinger Web pada adidas Deerupt 2018 (kiri) dan adidas New York 1982 (kanan). Prototipe dua sepatu ini kini ada di adidas Brooklyn Creative Farm, Amerika Serikat.

 

Menggabungkan desain klasik dengan sentuhan modern serta ditujukan untuk masyarakat urban jadi tugas tersendiri bagi James Thomson dan tim. Prototipe adidas Deerupt saat ini dihasilkan setelah melewati seleksi hampir seratus desain dan sampel.

Bagian unik dari sepatu ini adalah bagian ujung depan sepatu yang dibuat menurun (toe down) dengan tujuan untuk mengikuti tren foto sneaker di Instagram. “Konsep kekinian kami dapat dari tren foto sneaker dewasa ini. Mereka sengaja membuat bentuk sepatu terlihat meruncing ke depan. Konsep bagian ujung depan Deerupt mengadopsi tren itu,” cerita Oddbjorn Stavseng, rekan James Thomson sebagai desainer senior global adidas Originals.

Ia juga mengatakan, menciptakan sepatu yang fotogenik juga punya tantangan tersendiri. “Dunia digital kini berperan penting bagi kami. Apa yang dirasakan konsumen jadi prioritas. Apa yang kami punya di masa lalu seharusnya bisa kami aplikasikan untuk kebutuhan fotografi masa kini,” imbuh Stavseng.

Bahan atas dari Deerupt mengadopsi nilon rajut yang saat ini sedang populer. Rajutan itu kemudian dilapisi lagi dengan jaring-jaring yang menutup sekujur nilon rajut tersebut. Bagian sol dalam terbuat dari kantong busa yang dibuat menyatu dengan bagian sol bawah. Setelah itu, sol samping juga dilapisi kembali dengan jaring-jaring karet. Deerupt diperkuat dengan selapis sol karet di bagian bawah untuk mempertahankan traksi ketika digunakan untuk berjalan dan berlari.

Konsep ini merupakan hasil budaya adidas yang menyimpan rapi seluruh prototipe dan sampel sepatu milik mereka. Sejak berdiri dengan nama Gebruder Dassler Schuhfabrik, adidas masih menyimpan 7000-an sampel sepatu dan teknologi yang tersimpan rapi di kantor pusat mereka di Herzognaurach, Jerman. Dengan arsip selengkap itu, maka konsep pembuatan Deerupt ini kemungkinan besar akan kembali terulang di masa yang akan datang.

adidas Deerupt akan diluncurkan akhir Maret 2018. Harga retail yang disarankan adidas adalah AS$100. Dengan warna yang mencolok serta konsep yang apik, kemungkinan Deerupt akan jadi bintang di media sosial yang kian menjamur dewasa ini.

Sumber Foto: adidas Archieves, Sneakers Magazine, Urban Jungle, Nice Kicks

Komentar