Distributor sepatu terbesar di Amerika Serikat, Foot Locker, kabarnya akan menutup 110 gerai resmi mereka pada 2018. Hal ini mesti terjadi karena perputaran uang di gerai sedang lesu. Jauh berbeda dengan penjualan daring (online) mereka yang semakin meningkat. Keputusan mengejutkan ini pertama kali dikabarkan Business Insider.

Setelah proses penutupan itu selesai, mereka akan membuka 40 gerai baru dengan konsep berbeda. Hal itu diutarakan CFO (Chief Financial Officer) Foot Locker, Lauren Peters. “Kami ingin memangkas pengeluaran dengan menutup sebanyak mungkin gerai yang penjualannya lesu. Lalu, kami akan membuka kembali gerai baru dengan lokasi serta konsep berbeda,” katanya.

Jika melihat ke belakang, kebijakan ini tentu bukan pertama kalinya terjadi. Pada 2017, mereka tercatat menutup 147 gerai di seluruh dunia. Bila digabungkan, maka toko yang beroperasi sejak 1974 ini telah menutup 257 gerai.

“Ada banyak sekali distraksi yang menyebabkan penjualan gerai kami kurang memuaskan,” kata CEO Foot Locker, Richard Johnson. Konsumen saat ini, menurut Johson, butuh transaksi yang praktis lagi cepat. Ia juga menambahkan, lokasi Foot Locker di pusat perbelanjaan adalah yang paling banyak mengeruk pengeluaran namun justru minim pendapatan.

Bersamaan dengan itu, penjualan daring mereka justru melonjak drastis. Amazon bahkan berani menyebut sistem jual-beli langsung akan jatuh. Hal tersebut terkait dengan survey yang dihasilkan UBS (Universal Bank Analyst) tahun 2017 yang menyatakan bahwa Amazon lebih populer dari Foot Locker. Bahkan, kepopuleran Amazon masih lebih tinggi daripada gerai resmi merek kenamaan dunia seperti Nike, adidas, Puma, dan lainnya.

Footlocker juga mengawali Maret 2018 dengan buruk. Kabarnya mereka mengalami penurunan pendapatan hingga AS$49 Juta. Sementara itu, saham mereka anjlok 13 persen. Maka, berkaca pada nasib Foot Locker, akankah sistem jual-beli langsung akan hilang seiring melejitnya jual-beli daring?

Foto: Business Insider

Komentar