San Antonio Spurs telah membangun dinasti kejayaan di bawah asuhan Gregg Popovich. Resmi menangani tim pada musim 1996-1997, Popovich berhasil mengantarkan Spurs melaju ke NBA Finals enam kali. Jemawa, Spurs berhasil menjadi juara di lima kesempatan. Mereka sekali kalah dari Miami Heat di perebutan gelar juara musim 2012-2013.
Prestasi lain yang ditorehkan Pops (panggilan akrab Popovich) adalah membawa Spurs selalu ke playoff sejak musim 1997-1998. Spurs juga mencatatkan 50 atau lebih kemenangan dalam kurun waktu tersebut (kecuali musim 1998-1999 NBA hanya memainkan 50 laga).
Spurs dulu bukanlah yang sekarang. Hingga laga ke-64, Tony Parker dan kawan-kawan baru memenangi 37 pertandingan. Mereka kini tertahan di peringkat lima klasemen sementara Wilayah Barat. Terpaut tiga kemenangan dari Los Angeles Clippers yang menempati peringkat sembilan. Bila ingin mempertahankan rekor 50 kemenangan tiap musim, mereka harus memenangi 13 dari 18 laga yang tersisa. Terasa lebih berat karena dalam 18 laga tersebut, mereka akan bertemu tim-tim kuat seperti Golden State Warriors dan Houston Rockets.
Kesulitan tersebut tidak terlepas dari banyaknya perubahan yang terjadi di susunan pemain Spurs. Pertama, absennya Kawhi Leonard akibat cedera yang ia derita sejak final Wilayah Barat musim lalu. Total, Kawhi baru bermain sembilan kali sepanjang musim dengan rataan bermain selama 23,3 menit. Lebih sedikit daripada minute-play musim pertamanya di NBA.
Peremajaan roster yang diupayakan Pops menjadi faktor kedua yang membuat Spurs kesulitan musim ini. Sejak awal musim, Pops membatasi menit bermain veteran seperti Manu Ginobili, Pau Gasol, dan Tony Parker.
Parker memang sempat menepi di awal musim akibat cedera. Namun setelah sembuh, posisi utama tidak serta merta menjadi miliknya. Dari 37 laga yang telah ia mainkan, Parker terpilih sebagai starter di 21 laga. Rata-rata menit bermainnya hanya 20,7 menit yang merupakan rataan terrendah sepanjang karirnya.
Posisi Parker di barisan utama digantikan oleh pemain tahun kedua, Dejounte Murray. Murray tampil sebanyak 60 laga dan menjadi starter 30 kali. Selain Murray, Kyle Anderson juga mendapatkan berkah dari peremajaan tim yang dilakukan oleh Pops. Memasuki musim keempatnya di NBA, Kyle menjadi starter di 50 dari 56 laga yang ia mainkan. Menit bermainnya pun meningkat tajam dari 14,2 ke 27,3 menit pe laga.
Sayangnya, kontribusi para pemain muda Spurs belum bagus. Bahkan, mereka tampak sangat tidak konsisten sepanjang musim. Inilah yang menjadi faktor ketiga penyebab kesulitan Spurs. Ambil contoh Murray, dalam laga melawan Cleveland Cavaliers 23 Januari lalu, ia berhasil mencetak 19 poin, 10 rebound dan 3 asis selama 30 menit. Sementara saat melawan Miami Heat, 25 Oktober lalu, ia gagal mencetak poin dan hanya menambahkan 3 rebound dan 3 asis selama 25 menit berada di lapangan.
Nasib Spurs akan ditentukan dari hasil 18 pertandingan ke depan. Tidak hanya untuk mengamankan langkah mereka ke playoff, tapi juga menjaga tradisi kemenangan Spurs di bawah asuhan Pops.
Meragukan Spurs bukanlah hal yang umum terjadi di NBA dalam 20 tahun terakhir. Akan tetapi, melihat kekuatan dan persaingan tim-tim NBA musim ini, rasanya bukan tidak mungkin rekor positif Spurs akan terhenti.(*)
Foto: expressnews.com, clutchpoints, forwardmile.com