Mendengar nama tim Sahabat Semarang, tentu kita akan ingat bagaimana kiprah mereka di kompetisi basket putri Indonesia. Prestasi mereka luar biasa di era Women's National Basketball League (WNBL) Indonesia selama empat musim. Lalu setelah itu masih sempat membuktikan eksistensinya di WIBL 2016 dan Kompetisi Basket Putri Indonesia 2017. Kemudian prestasi Sahabat terjun bebas. Apa yang sebenarnya terjadi dengan tim ini, memang di luar perkiraan. Tapi Dewi Putri Sungging Sari tahu betul apa yang menjadi tujuan timnya.

Pemain kelahiran Semarang, 17 Mei 1997 tersebut mengaku bahwa tim Sahabat saat ini berbeda. Faktor paling mencolok yaitu kehilangan pemain bintang sekelas Natasha Debby Christaline dan Yuni Anggraeni yang sedang berkutat dengan cederanya. Setelah dua bintang itu hilang, Sahabat memulai sebuah rencana baru.

Saat ini Sahabat dihuni pemain-pemain yang nantinya diproyeksikan untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional PON 2020 di Papua. Dua pemain yang boleh dikatakan berpengalaman hanya Sungging dan Ratnani Ayu. Selebihnya, pemain muda yang dipersiapkan untuk tim basket PON Provinsi Jawa Tengah. Untuk lebih jelasnya, berikut daftar pemain Sahabat dalam tiga musim terakhir;

Dari daftar di atas, jelas masih ada beberapa nama pemain senior yang masih bergabung. Tapi kenyataannya, hanya Sungging dan Ratnani yang masih ada sampai sekarang. Mariam Ulfah dan Celly Marcelina tidak terlihat sejak Srikandi dimulai di Makassar. Akhirnya Sungging selalu menjadi starter pilihan kepala pelatih Xaverius Wiwid, bersama Ratnani Ayu, Dyah Lestari, Sitha Marino dan Nadya Lailatul Ramadhani.

"Beda sekali. Kelihatan tahun lalu saja, saya junior di Sahabat. Sekarang kebalikannya, saya yang jadi paling lama di tim ini. Faktor menurunnya Sahabat juga karena perginya Debby dan beberapa pemain yang tidak lagi bisa bermain untuk tim ini," ulas Sungging.

Setiap kali mengikuti kejuaraan, Sahabat hanya membawa 12 pemain saja. Hanya disesuaikan dengan kebutuhan tim. Sebab mereka juga harus memberi kesempatan pemain yang akan tampil di PON. Ini menjadikan target Sahabat di kejuaraan berubah.

"Juara jadi tidak penting lagi. Tapi memang tidak bisa dipaksakan untuk menjadi juara dengan tim seperti saat ini. Jadi juara bukan prioritas Sahabat untuk saat ini," ungkapnya. "Saya ingin belajar memimpin dan mengayomi pemain junior di Sahabat. Saya ingin jadi pembawa good energy and excitement di tim ini."

Sungging juga menjelaskan bahwa semangat Sahabat untuk mengikuti Srikadi Cup tetap sama yaitu mengejar gelar juara. Untuk mencapai target itu, mereka saat ini sedang menikmati prosesnya. Terpenting, menurut Sungging, transfer spirit kepada pemain muda. Mereka yang akan jadi pondasi tim Sahabat untuk tahun-tahun mendatang.

Berkomentar soal Srikandi Cup, Sungging mengatakan bahwa persaingan saat ini kurang merata. Karena ada Surabaya Fever yang punya materi pemain luar biasa. Tapi ada cara yang bisa dipakai untuk membuat kompetisi ini semakin menarik.

"Mungkin pengelola bisa membuat peringkat pemain dari 1 sampai 16. Setelah itu dibagi. Jadi tim peringkat bawah, bisa dapat pemain peringkat satu. Sulit juga diwujudkan, karena rata-rata pemain putri itu masih kuliah atau ada yang sekolah. Kalau benar-benar bisa, seru juga kompetisinya," candanya.

Selain itu, menurut Sungging, jadwal Srikandi Cup sangat berat. Mereka harus bermain enam kali dalam tujuh hari. Fisik pemain benar-benar diuji saat mengikuti satu seri. Tapi itu tidak menjadi masalah, karena memang begitu adanya sekarang.

Meski diproyeksikan untuk PON, tapi pemain-pemain muda Sahabat menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Awalnya, Sahabat ada di peringkat ketujuh saat Seri 1 Makassar. Kemudian di Seri 2 Surabaya, mereka melompat ke peringkat kelima.

"Perkembangan kami bagus. Memang secara intensitas latihan yang kurang baik. Ada pemain yang di Jakarta, seperti saya dan Sitha Marino, ada pula yang di Semarang. Itu yang jadi kendala. Tapi kami berusaha untuk bisa mengejar posisi tiga atau empat untuk seri selanjutnya," pungkas Sungging.(*)

Foto: Mei Linda

Komentar