Kultur sneaker adalah cara anak muda untuk mendobrak keseragaman yang dibawa generasi sebelumnya,”

– Anugrah Aditya

 

Banyak cara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai hal yang disukai. Salah satunya bisa dilakukan lewat jejaring sosial YouTube. Terutama di kultur sneaker dan industri modern, media sosial memang jadi tempat berekspresi kawula muda dengan berbagai gaya. Begitulah memang potret generasi masa kini yang tampak dinamis.

Beberapa dari mereka ada yang memilih untuk menjadi inspirator. Kalangan tersebut punya ide yang dituangkan lewat berbagai karya yang sama menarik.

Mainbasket berkesempatan bertemu dengan Anugrah Aditya, seorang musisi yang punya konten menarik di akun YouTube-nya. Pria yang akrab dengan sapaan Adit ini memberikan informasi tentang kultur sneaker dan segala hal menyangkut gaya busana hingga seni kontemporer. Menariknya, kanal YouTube AdityalogyTV kini mampu menggaet hingga 39 ribu pelanggan. Jumlah itu akan terus bertambah seiring dengan semakin apiknya konten yang disajikan.

Inilah obrolan Mainbasket dengan Anugrah Aditya, seorang musisi dan pria dibalik akun @Adityalogy dan kreator konten THE SNKRS:

Setiap cerita pasti punya awal. Bisa diceritakan awal mula Bang Adit tahu dan memutuskan untuk bermain sneaker?

Dari SMA saya sudah senang membeli sneakers, hanya dulu lebih tertarik dengan Converse karena murah. Seiring waktu, penampilan juga harus saya perhitungkan dalam bermusik. Tak hanya itu, saya pun hobi berolahraga dan salah satu penunjang utamanya adalah sepatu. Dari situ lantas saya mencari sneaker yang bisa mendukung hobi saya berolahraga, juga terlihat bagus ketika manggung.

Apa yang membuat sneaker jadi begitu menarik?

Menarik karena gak semua seri bisa didapatkan dengan mudah, juga beberapa desainnya sangat baik dalam memadupadankan fungsional dan desain. Belum tentu orang yang punya uang banyak bisa mendapatkan sebuah sneaker karena jumlahnya yang begitu. Sejalan dengan hobi saya berolahraga, saya senang memakai sneaker, saya tetap terlihat sporty tapi bisa juga terlihat rapi.

Bisa disebutkan sneaker terfavorit? Baik yang sudah dimiliki maupun yang masih di daftar incaran.

OFF WHITE x Nike Air Presto "The Ten" adalah sneaker favorit saya yang sudah saya miliki. Sementara Adidas Y-3 Pureboost ZG Knit Black-White jadi incaran yang belum bisa saya dapatkan hingga kini.

Anugrah Aditya berfoto dengan Virgil Abloh di Dover Street Market Singapura. Di momen ini, Adit mendapatkan OFF-WHITE x Nike Blazer "The Ten" yang ditandatangani langsung oleh Virgil.

 

Anugrah Aditya memiliki konten sneaker di Youtube yang cukup diperhitungkan di skema ini. Bisa diceritakan awal mula membuat konten itu?

Bermula dari keinginan untuk memperkaya konten YouTube saya. Awalnya hanya untuk mengakomodir klip musik dan manggung saya. Lalu, muncul ide untuk membuat sesuatu berdasarkan kesukaan saya yang lain, yaitu fesyen dan sneaker, yang mana waktu itu belum ada yang membuat konten serupa. Dari situ saya mulai membuat konten sneakers yg saya beri judul THE SNKRS.

Apakah konten review sneaker tersebut jadi tujuan utama dibuatnya akun Youtube AdityalogyTV? Atau hanya sebagai side-project dari konten musik yang ada?

Awalnya hanya sebagai proyek sampingan saja. Setelah setahun berjalan, eh trennya malah semakin baik. Konten ini kemudian jadi suguhan utama di kanal YouTube saya. Sekarang tengah saya kembangkan ke sub-segmen serupa yang masih berhubungan dengan sneaker maupun fesyen laki-laki.

Lalu, apa inspirasi dibalik konten sneaker itu? Bisa disebutkan akun Youtube lain yang membuat Bang Adit memutuskan untuk membuat konten sneaker versi Adityalogy?

THE SNKRS muncul ketika saya berpikir, mengapa sepatu tidak diberikan disorot secara baik seperti video-video otomotif mewah, gawai dan barang-barang keren lainnya? Selain visual yang baik, juga harus memberikan informasi yang lokal dan tepat guna.

Beberapa akun youtube lain yang mengispirasi saya adalah vlogger asal Inggris, Steve Booker, Casey Neistat asal Amerika Serikat, dan reviewer teknologi MKBHD (Marcus Brownlee). Dari ketiga nama tersebut, hanya Steve Booker yg membahas sneaker. Itu pun bukan suguhan utama.

Saya terispirasi dari bagaimana mereka membuat konten dan cara bertutur kata yang persuasif sehingga memberi informasi menarik bagi penonton. Hal ini yang kemudian coba diimplementasikan dalam bentuk konten sneaker dan kultur pop di akun saya.

Momen ketika Anugrah Aditya bertemu dengan pendiri Staple, Jeff Staple, dalam hajatan Puma Indonesia di Jakarta.

 

Lebih jauh, apa beda konten sneaker yang dihasilkan akun AdityalogyTV dibanding akun review di YouTube lain?

Saya mencoba memberi visual yang baik tapi tetap terkesan homemade agar memiliki hubungan dekat dengan penonton dengan mengedepankan informasi yang sangat lokal. Contohnya, sepatu-sepatu yangg saya bahas 90 persen pasti ada di Indonesia, di mana bisa mendapatkannya, serta kultur populer apa yang sedang disorot di Indonesia.

Walau begitu, karya musik Anugrah Aditya juga tak bisa dipandang sebelah mata. Apakah ada korelasi antara karir bermusik Bang Adit dengan konten sneaker yang digeluti?

Saya berharap melalui penonton-penonton yang tumbuh bersama THE SNKRS juga bisa mengenal musik saya. Tak bisa di pungkiri, rata-rata penggemar sneaker juga penggemar musik urban yang sangat cocok dengan musik buatan saya.

Di antara semua karya musik Abang, apakah ada karya musik yang terinspirasi dari hobinya dengan sneaker?

Tidak ada.

Beranjak ke pertanyaan yang lebih serius, bagaimana pandangan Bang Adit terkait kultur sneaker yang sedang ngetren dewasa ini?

Menarik. Tren ini merupakan bahasa tersendiri dari generasi milenial yang ingin mendobrak keseragaman. Mereka menolak untuk terlihat serupa dengan generasi sebelumnya yang serba formal dan teratur. Media yang mereka gunakan adalah t-shirt, sneaker, dan seni kontemporer untuk berekspresi. Bahkan hingga menggunakan barang mewah serta standar kemapanan ekonomi baru. Kamu millenial lebih percaya diri mengenakan kaus motif karya seniman seni modern ketimbang suit and tie (satu setel jas) seharga jutaan rupiah.

Unik. Karena Indonesia jadi salah satu konsumen tertinggi di Asia Tenggara. Saya berharap semua ini bukan sekedar mengikuti kultur Barat semata, tapi juga perkembangan identitas anak muda yang progresif di negara kita.

Di mana posisi Indonesia di kultur sneaker? Lebih pantas sebagai konsumen atau bisa mendobrak tren dengan menjadi trendsetter?

Sebagian besar kita masih sebagai konsumen. Tapi tidak menutup kemungkinan akan berubah, beberapa streetwear Jogja dijual di Dover Street Market di Ginza, Tokyo, bersebelahan dengan merek fesyen ternama dunia (Mainbasket pernah membahas salah satu streetwear itu di sini). Brian Imanuelle (Rich Brian) menjadi anak Indonesia pertama dengan album hip hop yang menguasai Amerika Serikat. Kini wajahnya terpampang besar di Times Square, New York.

Meski begitu, Indonesia juga punya catatan positif yaitu merek sneaker lokal yang mampu mencuri perhatian. Apakah Bang Adit punya merek lokal yang jadi favorit?

Dulu ada nama sebuah merek bernama Have Had. Tapi sekarang saya kurang tahu pergerakan mereka.

Di antara merek tersebut, apakah mereka mampu mencuri perhatian lebih jauh lagi? Go international mungkin?

Bergerak lebih ke ranah internasional saya rasa belum. Kita masih harus berani melakukan penelitian dan pengembangan hingga jutaan dolar Amerika untuk bisa menyamai teknologi merek internasional

Kembali ke bahasan mengenai akun Youtube Adityalogy, apa harapan Bang Adit dengan menghasilkan konten sneaker yang kreatif di YouTube tersebut?

Membuat pemuda di Indonesia sadar tentang budaya seni pop negeri kita sendiri melalui konten yang keren di mata mereka. Everything that is cool will save the world.

Bisa diberikan bocoran next project di akun Adityalogy terdekat, baik konten sneaker maupun karya musik?

Saya akan mencoba menghubungkan konten sneaker dengan sesuatu yang sangat Indonesia sekali, di antaranya kopi dan seni kontemporer.

 

Sumber Foto: Dokumentasi pribadi Anugrah Aditya via Twitter dan Instagram

Komentar