CLS Knights Indonesia melalui jalan terjal pada musim pertama mereka di Asean Basketball League (ABL). Setelah melakoni 14 laga, mereka baru memenangi tiga saja.

Kepala Pelatih Koko Heru Setyo Nugroho dan manajemen CLS Knights telah melakukan berbagai perombakan dan penyesuaian, terutama pada posisi pemain asing. Dalam gelaran ABL, satu tim berhak memakai jasa dua pemain asing (world import) dan dua lagi pemain asing yang masih punya keturunan darah Asia (heritage import).

Dengan segala perubahan yang terjadi, ada satu nama world imports yang tidak tergantikan. Ia adalah Brian Williams. Pemain berusia 30 tahun ini tercatat hanya absen dalam satu laga CLS musim ini. Itu pun karena ia terkena hukuman bertanding setelah terkena technical foul sebanyak lima kali.

Usai laga melawan Saigon Heat, Minggu 18 Frebuari 2018, Mainbasket berkesempatan berbincang dengan pemain berposisi center tersebut. Masih dengan keringat yang bercucuran dilengkapi dengan handuk di pundaknya, Brian menjawab pertanyaan berikut:

Halo Brian, bagaimana kabar Anda?

Tidak cukup bagus, kawan, kami kalah di kandang saat kami seharusnya menang.

Anda salah satu pemain asing yang telah bersama CLS dari awal musim. Bagaimana Anda melihat tim hingga sekarang?

Kalau kami tim yang bagus, kami akan memperoleh banyak kemenangan. Terutama pertandingan hari ini, kami hanya bermain bagus di kuarter dua dan tiga. Sisanya kami berantakan.

Apa masalah terbesar tim ini menurut Anda?

Kami tidak melakukan eksekusi sebagai tim, kami tidak saling membantu satu sama lain. Kami tidak memberikan permainan terbaik hingga sekarang. Banyak yang harus kami kerjakan di sisa laga yang ada. Satu hal positif yang masih bisa kami banggakan adalah fakta bahwa kami tidak menyerah. Kami terus berusaha untuk meraih kemenangan di tiap laga.

Dengan banyaknya kekalahan yang tim ini alami hingga sekarang, bagaimana hal tersebut berpengaruh dengan kondisi ruang ganti?

Ini adalah yang saya takutkan. Kami kalah cukup banyak hingga kami terbiasa. Kemenangan jarang datang sementara kekalahan terasa sangat akrab. Pelatih dan semua pemain kesal dengan hal itu, kami cukup benci dengan fakta tersebut. Tetapi, untuk sekarang kami harus fokus untuk memenangi laga melawan Mono Vampire Thailand nanti.

Anda sudah cukup lama bermain di liga ini. Anda juga pernah meraih gelar juara. Apa perbedaan pengalaman-pengalam tersebut dengan situasi sekarang?

Kami kurang percaya satu sama lain. Kami tidak membantu satu sama lain. Saat saya juara, semua pemain percaya dan bertanggung jawab atas peran mereka masing-masing. Mereka menerima peran yang diberikan oleh pelatih dan bersungguh-sungguh dengan peran tersebut.

Bagaimana pendapat Anda tentang kedatangan Shane Edwards dan Keith Jensen? Apakah mereka cukup membantu?

Ya, tentu saja, kawan, masuknya Shane dan Keith membawa perubahan berarti dari pemain-pemain yang mereka gantikan. Akan tetapi, untuk meraih kemenangan, kami tidak hanya butuh dua atau tiga pemain. Kami butuh 8 hingga 12 pemain untuk memenangkan pertandingan. Kami butuh semua aspek untuk bekerja secara bersamaan.  

Masih percaya tim ini bisa melaju ke playoff?

Ini terdengar gila untuk dipikirkan. Tetapi, seperti yang saya bilang sebelumnya, kami tidak boleh dan tidak bisa menyerah begitu saja. Masih ada enam laga yang tersisa, kami menangi semuanya dan Saigon Heat atau Singapore Slingers kalah lima kali, kami masih bisa melaju.

Pertanyaan terakhir, apa pendapat Anda tentang Knights Society? Dan pesan untuk mereka?

Mereka luar biasa, tak pernah lelah mendukung kami. Saya ucapkan banyak terima kasih atas semua dukungan yang mereka berikan. Lebih spesial karena mereka terus mendukung kami di tengah masa sulit ini, saat sebenarnya mereka bisa pergi begitu saja. Saya hargai semua dukungan kalian dan saya pastikan kami akan terus berusaha meraih kemenangan dan membayar dukungan yang sudah kalian berikan. Sekali lagi, terima kasih.

Foto: Yoga Prakasita

Komentar