Wajah para pemain Timor Leste di bangku cadangan tampak girang. Tidak ada kesedihan walau tim mereka baru saja dikalahkan oleh Thailand di babak penyisihan dengan kedudukan telak, 128-37.

Di pertandingan sebelumnya, atau hari pertama penyelenggaraan 18th Asian Games Invitation Tournament, tanggal 9 Februari, Timor Leste juga menelan kekalahan dengan selisih lebar dari Indonesia. Indonesia menang 135-30. Sebelum Invitation Tournament ini, kali terakhir tim nasional Indonesia bertemu Timor Leste terjadi di SEA Games Singapura tahun 2015. Saat itu Indonesia menang 135-21.

Hasil tanding di hari pertama membuat Timor Leste menjadi tim yang bisa dianggap tidak mengancam pada turnamen ini. Walau demikian, tiga tim lain tetap berusaha keras mendulang poin sebanyak-banyaknya dari Timor Leste. Ini penting untuk menjaga akumulasi poin agar menjadi dua tim teratas yang berhak maju ke babak final.

Menghadapi India di laga ketiga babak penyisihan, Timor Leste mampu mencetak lebih banyak angka. India meraih 145 angka, Timor Leste membalas dengan 50 angka.

Timor Leste memang tetap kalah telak. Tapi ada sedikit kebanggaan terucap dari Inacio Fonseca, manajer tim Timor Leste. Baginya, kemampuan Timor Leste mencetak 50 poin ke ring India tak beda jauh dengan Indonesia. Indonesia kalah melawan India di babak penyisihan dengan kedudukan 66-55.

Sebagai negara yang baru akan memulai membangkitkan potensi olahraga basketnya, meskipun selalu kalah di turnamen ini, para pemain dan jajaran tim Timor Leste memang layak bangga. Mereka memiliki jalan dan dukungan untuk memajukan basket di negerinya. Hal tersebut juga diungkapkan ketika kami mewawancarai Inacio dan Joao De Araujo Soares, kapten tim Timor Leste sesaat setelah mereka selesai melawan India.

 

Bagaimana persiapan Timor Leste ketika mendapat undangan mengikuti turnamen ini?

(Nico) Jujur, sejak, terhitung dari mendapatkan undangan sampai hari di mana kami berangkat meninggalkan Dili, Timor Leste, totalnya 15 hari. Persiapan tim 10-12 hari. Efektifnya 10 hari. Oleh karena itu, saya boleh berbangga diri karena anak-anak benar-benar menunjukkan bahwa, meskipun basket bukan olahraga nomor satu di Timor Leste, tapi mereka menunjukkan bahwa bakat-bakat alam yang mereka miliki bisa mereka ekspresikan.

Apa saja persiapan yang dilakukan selama 10 hari itu dan bagaimana cara mengumpulkan pemainnya?

(Nico) Untuk teknisnya, saya serahkan ke kapten (Joao). Karena dari mereka, akhirnya kami datang ke sini.

(Joao) Sebagai pemain di Timor Leste, untuk pemilihan pemain, bukan saya yang memilih. Itu dari federasi basket Timor Leste. Semua pemain dipanggil dari liga. Setelah liga pertama di Timor Leste selesai, (ada) tim juara satu, dua, tiga. Dari tiga tim itu pemain-pemainnya.

Seperti apa liga bolabasket di Timor Leste?

(Joao) Liga kami (Liga Nacional Basquetebol Timor-Leste) baru dimulai tahun kemarin (2017). Dimulai bulan Februari dan finis 23 Desember. Panjang, soalnya ada (kendala) nonteknis terlalu banyak. GOR yang kami gunakan untuk liga itu gedungnya serba guna. Bukan dipakai untuk basket saja. Ada voli, badminton, tae kwon do, dan beberapa macam olahraga lain. Ada 10 tim di liga kami. Ada liga perempuan juga. Dari 10 tim itu, 8 dari Dili, 2 dari provinsi lain.

Seperti apa perkembangan basket di Timor Leste saat ini?

(Joao) Perkembangan basket di Timor Leste masih sangat minim. Karena di Timor Leste, basket bukanlah profesi. Hanya hobi saja. Tapi banyak pemain-pemain dengan bakat alam. Bukan hasil latihan serius dan reguler. Kalau ada lapangan dan bola, ya kami pergi main.

Bagaimana dengan dukungan pemerintah?

(Joao) Dukungan pemerintah baru ada mulai tahun kemarin.

Apakah ada target atau misi dari federasi dan atau pemerintah?

(Nico) Saya kira, kalau secara institusional, federasi manapun punya misi bahwa suatu saat timnasnya bisa berkata sesuatu. (Baik) Di kancah internasional dan regional. Pemerintah kami memiliki komitmen yang sangat kuat. Karena ada kementerian pemuda dan olahraga seperti di Indonesia yang khusus menangani urusan olahraga tersendiri dan juga kepemudaan tersendiri.

Sampai saat ini basket Indonesia masih lebih maju daripada Timor Leste. Ada keinginan untuk ikut liga di Indonesia, misalnya liga pelajar DBL atau liga profesional IBL?

(Nico) Saya rasa kami terbuka saja untuk kalau diterima atau diundang. Kalau mau kerjasama antarpemerintah atau antarfederasi.

(Joao) Saya mau tambahkan, kemarin di liga kami pakai wasit dua orang dari Indonesia untuk pertandingan final. (*)

 

Foto: Ben Chandra.

Komentar