Pemain All-Star Stephon Marbury akan gantung sepatu besok, Minggu 11 Februari 2018. Hal itu diketahui saat ia membocorkan rencananya kepada salah seorang kontributor The Undefeated, Marc J. Spears, pada 2 Februari 2018 lalu. Marbury memutuskan untuk gantung sepatu setelah berkarir dalam dunia basket profesional selama 22 tahun.

Starbury—julukannya Marbury—terakhir bermain di klub basket profesional di Cina, Beijing Ducks. Setelah meraih gelar juara liga basket di sana sebanyak tiga kali, pemain ini kembali ke rumahnya di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Kala itu ia berencana untuk tetap menjaga kondisi tubuhnya agar siap jika klub NBA membutuhkannya sewaktu-waktu. Namun, kesempatan itu tidak juga datang.

“Saya sudah lelah. Saya telah bermain selama 22 tahun,” kata Marbury.

Marbury rata-rata mengumpulkan 19,3 poin, 7,6 asis, dan 3 rebound per laga dalam 13 tahun berkarir di NBA. Ia pernah bermain untuk tim Minnesota Timberwolves, New Jersey Nets (sekarang Brooklyn Nets), New York Knicks, dan Boston Celtics.

Stephon Marbury merupakan pemain keempat yang dipilih dalam NBA Draft 1996. Ia dipilih Minnesota Timberwolves yang menjadi tim pertamanya di NBA hingga 1999. Ia juga merupakan pemain terakhir yang aktif bermain dari NBA Draft 1996 setelah Steve Nash, Kobe Bryant, Ray Allen serta Allen Iverson menggantungkan sepatunya lebih awal.

“Ini adalah batu loncatan untuk saya” kata Marbury. “NBA bagi saya adalah wadah untuk menyiapkan diri saya dan menerapkannya di tempat yang baru. Semua pengetahuan yang saya dapatkan dan semua hal yang saya pelajari selama bermain di NBA memungkinkan saya datang ke tempat yang baru.”

Delapan tahun lalu, Marbury menjadi pemain NBA pertama yang menjejakkan kakinya di liga basket profesional Cina. Pada Januari 2010, ia bergabung dengan Shanxi Zhonyou di Taiyuan, Cina. Musim berikutnya ia bermain di Foshan dan pada musim 2010-2011, pria asli New York itu pindah ke Beijing di mana ia menjadi legenda di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Di Cina, Stephon Marbury memenangkan tiga kali gelar liga  bersama Ducks dan menjadi pemain terbaik di final liga basket Cina pada 2015 silam. Dia merayakannya bersama patung di luar stadion yang menjadi markas Ducks. Pemain bintang Chinese Basketball League itu juga merayakannya dengan film yang menceritakan kisahnya. Ia juga punya poster sendiri yang di atasnya ada gambar dirinya. Kini Marbury berencana untuk melanjutkan bisnis yang telah ia rintis di Cina bersama koleganya usai pensiun.

“Saya telah menjuarai tiga gelar di negara yang bahkan saya tidak bisa mengunakan bahasa aslinya,” kata Marbury. “Orang tidak tahu bagaimana sulitnya bermain di Cina. Mereka berpikir bahwa bermain di Cina merupakan hal yang mudah untuk pemain asing, tapi tidak demikian adanya. Silakan saja tanya kepada J.R. Smith dan Tracy McGrady. Ini bukan hanya tentang kemampuan untuk mencetak angka, tapi juga menjadi pemenang.”

“Saya telah mendapat banyak pencapaian di Cina di mana olahraga basket telah lepas landas menuju level yang lebih tinggi dari sebelumnya. Saya berbicara bukan sebagai pemain muda, tapi sebagai pemain tua yang melihat semua secara langsung,” tambahnya.

Stephon Marbury yakin bahwa setelah pensiun dari basket profesional namanya layak diinduksi dalam Naismith Memorial Basketball hall of Fame sebagai kandidat internasional.

“Yang pertama, nomor punggung saya harus diistirahatkan,” kata Marbury. “Anda hanya melihat ke orang-orang yang tidak pernah menjuarai liga di dunia dan memasukkannya kedalam Hall of Fame. Kedua, apa yang telah saya lakukan telah membantu menjembatani antara Amerika Serikat dengan Cina sebagaimana Cina telah menjadi komponen dalam basket di dunia dan saya telah memangkas jarak kesenjangan itu.”

Sebagai bagian dari Naismith Hall of Fame, Tracy McGrady pun setuju dengan apa yang dikatakan Marbury. Menurutnya, apa yang Marbury capai di Cina memang pantas menjadi bagian dari Naismith Hall of Fame.

“Dia adalah bintang besar di NBA juga memiliki karir yang hebat. Tapi sayang kondisi mulai goyah saat akhir karirnya,” kata McGrady dalam sebuah acara di ESPN bernama The Jump. “Dia pergi ke Cina dan berhasil menemukan kembali jati dirinya yang sesungguhnya”.  

Foto: The Beijinger, USA Today, Sporting News

Komentar