Tidak semua pemain bola basket menjadi bintang dengan latar belakang yang baik. DeMario Mayfield contohnya, ia mengawali karirnya dengan bermain basket di perguruan tinggi di Amerika Serikat. Saat itu ia bermain untuk beberapa tim basket kampus: University of North Carolina, University of Georgia, dan Angelo State University. Namun, pada Mei 2013, ia ditangkap polisi karena terlibat perampokan di Georgia. Ia didakwa dan menerima hukuman selama 10 setengah bulan di lembaga pemasyarakatan yang ia sebut ‘’tempat kerja’. Kemudian ia melanjutkan masa percobaan selama satu tahun.
Semenjak insiden tersebut tidak ada agen yang mau bekerja untuk Mayfield. Insiden itu juga membuatnya tidak bisa bermain di Tiongkok atau Eropa. Namun, Mayfield tidak mau menyerah dan ingin mencoba keberuntungannya di Irak. Mayfield mengatakan bahwa kenangan akan malam-malamnya yang panjang saat di penjara membuatnya tetap termotivasi.
Pada Oktober 2015, ia pindah ke Irak tepatnya di Baghdad. Ia menandatangani kontrak dengan Oil Club, salah satu dari 12 tim di liga Irak. Setiap tim saat itu diizinkan untuk memiliki dua pemain asing untuk memperbaiki tingkat persaingan di liga Irak.
Sebelum pindah ke Irak, Mayfield memiliki pandangan yang buruk tentang negara ini. Apalagi mengingat apa yang diberitakan media AS tentang Irak selalu buruk dan dicap negara teroris, Mayfield sedikit ragu untuk mencoba keberuntungannya. Namun, ia tetap harus mencobanya karena tidak ada yang mau bekerja dengannya di AS, Eropa, dan Tiongkok. Akhirnya setelah ia terbang ke Irak dan merasakan bagaimana rasanya hidup di sana, ia tampk kaget. Ia tidak menyangka bahwa sebenarnya orang Irak ramah dan baik.
Bola basket di Irak punya cukup popularitas. Namun, tiket untuk nonton basket di sana masih gratis. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat menonton basket. Kerumunan penonton bisa bervariasi dari beberapa ratus hingga sampai beberapa ribu.
Selain gaji, Mayfield mengatakan bahwa Oil Club menyediakan akomodasi di sebuah hotel di Baghdad, dan seorang sopir untuk berkeliling kota. Dengan fasilitas itu, Mayfield memanfaatkan semuanya untuk memberikan yang terbaik. Rata-rata ia mencetak 29 poin, 8 rebound, dan 8 as per laga. Ia pun memimpin Oil Club ke kejuaraan pertamanya musim kemarin. Penampilannya yang kuat membuatnya diundang untuk bergabung dengan timnas Irak. Namun, ada syarat utama yang harus dipenuhi, yaitu menjadi warga negara Irak.
Setelah berdiskusi dengan keluarganya, akhirnya ia memutuskan untuk mengajukan permohonan menjadi warga negara Irak. Ia adalah satu-satunya orang AS yang menjadi warga negara Irak untuk bermain basket. Kini Mayfield pun sangat terkenal di Irak dan dianggap sebagai pemain terbaik.
Foto: FIBA, SB Nation, The National