Indonesian Basketball League (IBL) berusaha untuk terus membenahi diri. Dalam salah satu upaya pembenahan itu, mereka berencana untuk menggunakan sistem baru dalam merekrut pemain-pemainnya. Direktur IBL Hasan Gozali menyatakan, liga rencananya akan menggunakan sistem draft musim depan.

Wacana draft ini, menurut Hasan, tidak jauh berbeda dari draft pemain asing. Nantinya 10 klub peserta IBL akan memilih pemain dari daftar yang disediakan Liga Mahasiswa (LIMA). Karena nama-nama tersebut memang tersaring lewat kompetisi antarmahasiswa.

“Jadi, nanti tim-tim itu hanya boleh menambah rookie dari daftar yang sudah ada, dari daftar Liga Mahasiswa. Nama-nama di luar daftar itu tidak diperbolehkan,” tutur Hasan ketika IBL mampir di Seri VII Cirebon.

Dengan sistem tersebut, IBL akan memprioritaskan daftar nama dari LIMA. Itu artinya IBL akan mengutamakan pemain-pemain yang pernah berlaga di LIMA, meski pemain di luar itu sebenarnya masih bisa ikut draft dengan mendaftar. Namun, menurut Hasan, paling tidak pemain di luar LIMA bisa masuk ke liga lewat ronde dua atau malah tidak terpilih di draft.

“Seperti saya bilang, mereka (yang bukan peserta LIMA) juga bisa ikut draft, tapi bukan kami prioritaskan di ronde satu,” kata Hasan lebih lanjut. “Kemungkinan di ronde dua atau bahkan undrafted.”

Secara keseluruhan, semua tim hanya boleh merekrut minimal dua pemain dan maksimal lima permain baru setiap tahunnya. Minimal dua pemain itu diambil dari draft, sementara jika tim peserta membutuhkan lebih banyak rookie, mereka bisa mengambilnya lagi di luar draft. “Di luar dua ronde itu, tapi dari daftar yang sama (daftar pemain Lima),” kata Hasan.

Dengan adanya wacana ini, Satria Muda Pertamina Jakarta pun terancam batal merekrut Rivaldo Pangesthio. Karena menurut Hasan, pemain yang belum terdaftar di roster tim sebelum musim 2017-2018 bergulir dianggap belum ikut kompetisi. Itu artinya Rivaldo belum terjun ke IBL dan harus mengikuti draft musim depan.

“Mau tidak mau SM (Satria Muda) harus melepas,” jelas Hasan. “Kami sudah kasih toleransi—ketika  tim-tim yang punya pemain yang dibina tidak dimasukan sebelum season ini—ketika nama itu tidak dimasukkan, kami anggap itu tidak sah.”

Dengan adanya persoalan tersebut, IBL pun mengaku akan mengangkat masalah ini ke dalam rapat bersama manajer-manajer tim kemarin, Selasa 6 Februari 2018. Hasan menuturkan, dirinya akan membicarakan lebih jauh lagi soal wacana sistem draft. Ia ingin IBL memiliki sistem yang lebih rapi demi masa depan liga dan pemainnya sendiri. Karena dengan adanya draft, menurutnya, liga bisa melihat perekrutan pemain dari segi bisnis, mulai dari persoalan aset, kesesuaian gaji, maupun rencana jangka panjang tim dan liga.

Wacana draft ini sebenarnya bukan yang pertama kali. IBL jilid pertama—sebelum era NBL Indonesia—juga pernah melakukan hal serupa. Akan tetapi, saat itu penyelenggaraannya tidak berlangsung baik karena ada isu “main belakang”. Namun, Hasan yakin eranya kali ini sudah beda dan percaya wacana draft ini bisa berlangsung baik.

“Mungkin ketika 2009 ada draft dan itu yang terjadi,” ujar Hasan lagi. “Mungkin sekarang mindset-nya sudah beda, ya. Semua tim yang ada di IBL tentunya ingin menang, bukan cuma pengen eksis doang. Saya rasa pemain zaman sekarang tidak akan termakan oleh rayuan-rayuan seperti itu.”

Dengan mengacu pada pandangan itu, Hasan pun mengaku percaya diri dengan wacana draft kali ini. Ia melihat animo tim ini juga sudah beda dari zaman dulu. Apalagi kini ada pemain asing yang membantu mengangkat performa tim, sehingga peran rookie tampaknya menjadi kurang.

Dalam perjalanannya, Hasan juga mengaku pasti melakukan trial and error. Namun, IBL akan terus berbenah untuk menyempurnakan sistem ini. Dalam waktu dekat, mereka akan fokus untuk berkoordinasi dengan LIMA. Mereka juga akan mengajak para manajer klub untuk menyempurnakan wacana tersebut.  

Foto: Dok. Satria Muda

Komentar