Stephen Curry langsung mendapatkan medali emas dalam debutnya di Olimpiade. Pemain berusia 36 tahun itu muncul sebagai pencetak skor rata-rata tertinggi untuk Tim USA di Paris, setelah tampil melawan Serbia dan Prancis, untuk mengeluarkan timnya dari keterpurukan. Meskipun demikian, LeBron James- lah yang meraih gelar MVP Olimpiade. Broadcaster olahraga senior Amerika Serikat Stephen A. Smith tidak setuju dengan pilihan tersebut.
Smith lebih senang jika gelar MVP dalam Olimpiade kagum dengan kontribusi yang diberikan pemain tersebut dalam dua pertandingan terakhir. Tidak hanya mengumpulkan poin tetapi juga kegembiraan penonton.
"LeBron James adalah MVP. Dialah yang akhirnya meraih MVP Olimpiade dan dinobatkan sebagai MVP Olimpiade," kata Smith. "Saya pikir Steph Curry pantas mendapatkannya, tetapi saya sama sekali tidak menyalahkan LeBron James karena mendapatkannya karena dia adalah contoh konsistensi dalam pertandingan ini."
Sebelum Semifinal dan Final, penampilan Curry kurang konsisten. Selama empat pertandingan pertama, ia hanya mencetak rata-rata 7,25 poin, 2,25 rebound, dan 2,5 asis. Lebih jauh lagi, persentase tripoin berada di angka 25 persen. Curry hanya memasukkan 5 dari 20 percobaan tembakan. Bagi seseorang yang dikenal sebagai penembak jitu, dan mencetak rata-rata 40,8% selama musim NBA baru-baru ini, ini merupakan kejutan. Namun, melawan Serbia dan Prancis, ia mencetak masing-masing 36 dan 24 poin untuk memberi Tim AS keunggulan. Curry memiliki peringkat efisiensi 14,5 pada akhir turnamen.
Reaksi mulai bermunculan setelah LeBron James dianugerahi penghargaan MVP. Bagi Stephon Marbury, pilihannya jelas. Setelah menyaksikan pertandingan seperti jutaan penggemar lainnya di luar sana, Marbury menyadari bahwa Curry itu adalah penyelamat Tim AS. "Mereka memberikan MVP kepada pemain yang salah," tulisnya melalui Instagram.
Sementara Skip Bayless, pembawa acara Undisputed yang kontroversial itu telah lama mengkritik LeBron. Ia tidak siap untuk mengubah pandangannya bahkan setelah Olimpiade, seperti yang terlihat ketika ia mengklaim bahwa "politik" berperan dalam pemilihan MVP. Ia juga menantang basis penggemar untuk mengatakan kepadanya bahwa ia salah.
"Kami tidak akan bisa mengalahkan Prancis tanpa Steph Curry," tulis Bayless. "17-26 tembakan tiga angka di semifinal dan final, dalam pertandingan yang selalu menjadi ajang adu tembakan tiga angka. Saya memperkirakan dia akan menjadi pemain terpenting kami. Dia jelas seharusnya menjadi Most Valuable." (*)
Foto: fiba.basketball