Loop 3x3 Competition National Camp memang telah berakhir kemarin, Kamis 25 Januari 2018. Akan tetapi, masih ada banyak cerita yang belum diceritakan. Nama Dusan Bulut menjadi daya tarik tersendiri bagi para peserta dan tentunya pecinta basket Indonesia. Bulut bisa dibilang salah satu pemain 3X3 terbaik yang pernah ada di dunia.

Ada satu cerita terselip, Bulut tak akan jadi pemain seperti sekarang ini tanpa peran pelatih-pelatihnya. Kebetulan sekali, Bulut juga turut serta membawa salah satu pelatihnya ke acara yang dihelat di Surabaya ini. Lebih istimewa karena orang ini adalah pelatih yang melatihnya sejak usia sembilan tahun. Pelatih tersebut adalah Dusan Ignjatov.

Mainbasket berkesempatan melakukan wawancara dengan sang pelatih flamboyan di sela waktu istirahatanya saat hari kedua penyelenggaraan pemusatan latihan ini. Dengan suara berat nan tenang ia menjawab pertanyaan di bawah ini.  

Halo Coach Ignjatov, Apa Kabar?

Baik, cukup baik.

Pertama, bisa Anda perkenalkan diri anda?

Nama saya Dusan Ignjatov saya pelatih dari Serbia. Sebelum menjadi pelatih, saya menjadi pemain basket di Serbia selama 13 tahun.

Kapan Anda mulai bermain basket?

Saya mulai bermain sejak usia 12 tahun, di era sekarang mungkin usia 12 tahun cukup terlambat untuk memulai basket. Akan tetapi, dahulu mereka memang mulai bermain basket di usia tersebut.

Apakah basket adalah olahraga pertama yang Anda suka?

Tidak, saya melakukan banyak olahraga sebelum basket. Saya mencoba semuanya, tapi sejak bertemu dengan basket. Saya rasa saya jatuh cinta dengan basket.

Anda bermain selama 13 tahun sebagai posisi apa?

Pelatih saya dulu tidak terlalu bagus. Saya dipaksa bermain sebagai point guard, tapi sebenarnya saya terlahir sebagai shooter (penembak jarak jauh). Karir saya berubah menjadi bencana setelah mereka (tim pelatih) memaksaku bermain sebagai point guard, saya tidak suka itu. Tapi aku tak mampu berkata apa-apa kepada pelatihku, aku hanya mengikuti arahannya.

Bagaimana akhirnya Anda memutuskan menjadi pelatih?

Saat saya masih muda, saya selalu punya sesuatu untuk dikatakan kepada rekan setim saya. Itu seperti sebuah pertanda jelas bahwa saya cocok pelatih. Setelah pensiun bermain saya coba menggeluti dunia kepelatihan dan saya menyukainya. Lalu semua berjalan begitu saja hingga sekarang saya sudah menjadi pelatih selama 24 tahun.

Anda sudah pernah melatih di mana saja?

Kebanyakan saya melatih di Serbia tapi pada 2004-2005 saya melatih di Inggris Raya. Kemudian 2010 saya menghabiskan setengah musim di Amerika Serikat untuk memperdalam ilmu kepelatihan saya sembari merangkap menjadi pelatih sebuah SMA. Sebuah pengalaman yang berharga bagi saya.

Saya dengar Anda punya gelar kepelatihan basket? Benarkah itu?

Iya benar, 20 tahun yang lalu di Serbia saya menyelesaikan pendidikan pelatih di salah satu sekolah kenamaan. Saya punya gelar Higher Basketball Coach setelah lulus dari sana.

Apakah pengalaman 13 tahun bermain Anda berpengaruh banyak ketika menjadi pelatih?

Tentu saja, saat saya melihat kembali ketika saya bermain, ternyata saya melakukan banyak kesalahan di masa itu. Bagusnya, sekarang saya tahu mana yang salah dan mana yang benar. Saat saya mulai menjadi pelatih saya mempelajari banyak sekali latihan untuk menghindari murid-murid saya melakukan kesalahan seperti saya dulu.

Berganti topik, bisa cerita tentang pertemuan Anda dengan Dusan Bulut?

Tidak masalah, cerita dimulai ketika Dusan Bulut berumur sembilan tahun, sekarang ia berusia 32 tahun. Aku dan saudara laki-lakiku bekerja sebagai pelatih di sebuah sekolah basket bernama Sanz. Namun, sekolah tersebut sudah tidak ada lagi sekarang. Dusan Bulut datang untuk berlatih bersama beberapa anak lainnya. Aku dan saudaraku lantas memilihnya untuk bermain bersama dengan beberapa anak lainnya. Kami melihat sesuatu yang berbeda dari Dusan Bulut, ia bukan pemain tercepat, tertinggi, atau bahkan terkuat. Akan tetapi, ia punya keinginan, cinta, dan ia tidak mau menyerah.

Apakah keinginan, cinta, dan semangat pantang menyerah merupakan kunci bagi seorang pemain basket untuk menjadi lebih baik?

Tentu, untuk berlatih bermain bola basket, kamu harus mencintainya. Kamu harus memberikan sesuatu kepada olahraga tersebut hingga akhirnya olahraga tersebut memberikan balasannya. Dusan Bulut berlatih sangat keras tiap hari, ia tak pernah mau menyerah. Ia benci kalah, ia selalu membenci hal itu. Dan akhirnya ia menjadi salah satu yang terbaik di dunia seperti sekarang.

Anda dijadwalkan tiga hari melatih di Loop 3X3 Competition National Camp, bagaimana Anda melihat para peserta hingga hari kedua ini?

Saya sangat menyukainya, saya suka sekali bekerja dengan para pemain muda. Mereka punya cinta dan semangat yang besar tiap latihan. Anda bisa lihat di mata mereka semangat itu dengan sangat jelas, saya suka mereka. Setiap saat saya selalu bilang ke para pemain saya untuk jangan pernah menyerah, selalu berikan yang terbaik dari dirimu. Karena sekali anda menyerah, anda akan menyerah selamanya dan itu akan menjadi sebuah kebiasaan buruk.

Terakhir, sudah dua hari anda melihat 64 pemain muda berlatih bersama. Bagaimana Anda melihat kemampuan mereka?

Kemampuan dasar mereka sejujurnya masih belum cukup untuk usia SMA. Mereka punya keinginan dan semangat, saya harap mereka terus berlatih setelah pulang dari sini dan bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahan anak-anak kecil ini. Saat anda ingin berlatih namun tak ada yang mampu mengajari anda dengan benar, apa yang harus anda lakukan? Itulah masalahnya. Kalian (orang-orang Indonesia) harus mengirim pelatih-pelatih kalian ke luar negeri, Amerika Serikat, yang terbaik, Serbia juga tak masalah. Mereka harus belajar lebih banyak demi masa depan pemain-pemain muda Indonesia. Mereka (pelatih) harus terus belajar, tidak boleh merasa puas. Karena bila anda merasa puas, maka semuanya berakhir.

Foto: DBL, Mei Linda 

Komentar