Senin, 17 Juni 2024 adalah hari di mana Boston Celtics berhasil memenuhi takdir mereka. Gelar juara ke-18 sepanjang sejarah berhasil mereka dapatkan. Lebih dari itu, gelar ini membuat mereka jadi organisasi dengan gelar terbanyak dalam sejarah NBA yang sebelumnya mereka pegang bersama Los Angeles Lakers (17 gelar).
Ya, memenuhi takdir adalah satu frasa yang terlintas di kepala saya sejak mereka unggul jauh di kuarter empat Gim 5 atas Dallas Mavericks. Sebagai bukan penggemar Celtics, saya mengakui kehebatan mereka dalam menghadapi ekspektasi dan tekanan publik sepanjang musim.
Betul memang, kehadiran Jrue Holiday dan Kristaps Porzingis langsung membuat peluang mereka juara meningkat drastis sejak awal musim. Namun, untuk memastikan hal ini terwujud delapan bulan kemudian tentu bukan hal mudah. Atas hal ini, saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh bagian Celtics, pemain, pelatih, manajemen, dan semua barisan pendukung.
Pertama, yang patut diapresiasi adalah ketersediaan barisan pemain utama Celtics. Ini adalah faktor penting dalam menjaga performa tim sepanjang 82 gim musim reguler dan menuju Playoff. Payton Pritchard paling istimewa karena tidak pernah absen sekalipun dalam 82 gim musim reguler dan 19 laga Playoff.
Sam Hauser menyusul dengan absen di tiga laga musim reguler saja. Keduanya adalah salah dua pilihan Joe Mazzulla dari bangku cadangan. Sisanya, pemain seperti Jayson Tatum, Jaylen Brown, Derrick White, Jrue Holiday, Al Horford, dan Luke Kornet bermain setidaknya 63 laga.
Keberadaan Pritchard, Hauser, dan Kornet dari bangku cadangan menjadi bantuan besar untuk Celtics sepanjang musim. Ketiganya menjalankan tugas dengan baik, sesuai dengan spesialisasi masing-masing. Lebih lagi, ketiganya kerap menjadi faktor pengubah momentum saat duel sesama barisan cadangan.
Satu-satunya pemain rotasi utama yang tak menyentuh 60 laga musim reguler adalah Kristaps Porzingis. Bicara Porzingis, kariernya memang berubah drastis sejak ia mengalami cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) pada 2018, Ia coba kembali ke performa terbaiknya kala New York Knicks mengirimnya ke Dallas Mavericks. Sayangnya, ia juga kembali kena cedera, tepatnya di area menikus yang terus menghambatnya untuk berkembang.
Setelah menjalani satu setengah musim yang sehat bersama Washington Wizards, Celtics berani bertaruh untuk Porzingis. Tanpa ragu, Celtics mengirimkan Marcus Smart ke dalam pertukaran tiga tim yang melibatkan Memphis Grizzlies. Smart ke Grizzlies sedangkan Tyus Jones bergeser dari Grizzlies ke Wizards.
Celtics melakukan pendekatan yang berbeda kepada Porzingis, Setelah bermain di 10 gim perdana musim ini secara beruntun, Porzingis istirahat satu gim. Celtics lantas mengulang ritme seperti ini nyaris sepanjang musim. Jumlah 10 laga beruntun itu jadi yang terbanyak untuk Porzingis musim ini. Celtics sangat hati-hati dengan situasi pemain asal Latvia ini.
Semua langkah preventif ini bertujuan agar Porzingis sehat bugar di Playoff. Benar saja, ia sehat sepanjang tiga laga ronde pertama melawan Miami Heat. Sayangnya, di Gim 4, ia mengalami cedera setelah bermain 13 menit. Ia lantas tak bermain lagi sampai akhirnya tersedia di final dan memberikan performa luar biasa di tiga gim final yang ia mainkan.
Sepanjang absennya Porzingis, ada nama Al Horford yang mengisi peran kosong tersebut. Meski berusia 38 tahun, Horford tetap dalam kondisi prima, utamanya untuk menjalankan perannya. Ya, Horford sekarang berbeda dengan dirinya beberapa tahun lalu. Utamanya dengan kehadiran Jrue Holiday dan Derrick White, tugas Horford jadi lebih kecil lagi lingkupnya.
Jelas Horford bertugas menjaga pemain tertinggi lawan, merebut rebound, dan melakukan beberapa screen. Namun, perannya tak sebesar tahun-tahun sebelumnya seiring dengan semakin kompletnya skuad Celtics. Saat bertahan, Horford musim ini menjalani banyak sekali perbedaan, utamanya di Playoff.
Musim lalu, 51 persen waktu Horford di Playoff dihabiskan untuk menjaga pemain dengan posisi senter. Musim ini, mayoritas waktunya (47,6 persen) ia habiskan menjaga pemain dengan posisi forwarda. Ia hanya menjaga senter sebanyak 29 persen dari waktu bermainnya.
Tentu ini tak lepas dari kemampuan bertahan yang luar biasa dari Holiday dan White. Saya rasa semua sepakat bagaimana kedua pemain ini membawa pertahanan Celtics lebih fleksibel, bergeser ke dimensi yang berbeda. Jika serangan ada five out, maka pertahanan Celtics musim ini juga melakukan five switch. Holiday dan White memiliki kapasitas dan kecerdikan untuk menjaga pemain dari posisi garda, forwarda, tak jarang senter.
Keduanya mengalami peningkatan persentase waktu menjaga senter. Holiday dari 6,6 persen musim lalu ke 9,1 persen musim ini. Sedangkan White tercatat 6,4 persen musim ini, meningkat dari 5,0 persen di musim lalu. Meski lawan masih memiliki akurasi tembakan yang tinggi saat keduanya menjaga senter, jumlah tembakan yang datang sangatlah sedikit.
Selain faktor kompletnya komposisi pemain Celtics, keputusan Joe Mazzulla dalam mengimbangi matchup lawan menjadi salah satu alasan mengapa Horford kini tak menjaga senter lawan dan justru Holiday serta White yang beberapa kali melakukan hal itu. Ini juga menjadi keputusan yang layak diapresiasi untuk Mazzulla yang cermat mengakali matchup dengan lawan yang seringnya berujung dengan kebingungan musuh untuk mencari celah di pertahanan Celtics.
Terakhir jelas faktor kepercayaan manajemen Celtics dan kemauan berkembang serta berkorban kepada dan dari dua bintang utama mereka, Jayson Tatum dan Jaylen Brown. Ya, kepercayaan manajemen adalah yang utama. Kepercayaan pertama yang diberikan manajemen tentu saja saat mereka memilih Brown dan Tatum di pilihan ketiga NBA Draft 2016 dan 2017. Utmanya untuk Tatum, Celtics sejatinya mendapakan hak pilih pertama. Namun, mereka menukar hak tersebut dengan Philadelphia 76ers untuk mendapatkan Tatum ketimbang Markelle Fultz.
Sama-sama terpilih di urutan ketiga tentu ada eksepktasi tinggi yang mengikuti keduanya. Entah mengapa, para penikmat basket, utamanya yang ada di Amerika Serikat sana, terus memberikan kritik tajam kepada duet Jay's ini. Beberapa terus mengekspos kegagalan mereka untuk membawa Celtics melangkah jauh di Playoff. Apalagi setelah Kyrie Irving angkat kaki dari Celtics yang membuat Brown dan Tatum menjadi pemimpin penuh skuad Celtics.
Musim lalu jadi puncak sorotan tajam kepada keduanya. Setelah lolos ke Final NBA 2022, musim lalu Celtics tersingkir di Final Wilayah Timur atas Heat. Isu-isu untuk membongkar duet ini kencang bermunculan di media-media sana. Akan tetapi, Celtics yang dikepalai Brad Stevens, sosok yang memilih keduanya di NBA Draft tak bergeming. Ia percaya, mereka hanya butuh sedikit kepingan untuk menjadi juara dan itu benar-benar terjadi.
Selain sosok-sosok yang didatangkan atau dipromosikan oleh tim, kepingan lain adalah mentalitas dua bintang di usia emas ini sendiri. Keduanya jelas sangat berbeda dari musim-musim sebelumnya. Jumlah tembakan keduanya menurun dari musim sebelumhya saat jumlah asisnya sama-sama meningkat. Ini menandakan bagaimana kedua pemain ini bersedia membagi bola untuk menemukan posisi menembak yang lebih baik.
Sepanjang musim reguler, Celtics membukukan 26,9 asis dan 11,9 turnover per gim. Rataan asis itu jadi yang tertinggi sejak musim 1989-1990. Sementara turnover tersebut jadi yang terkecil di sejarah organisasi Celtics. Catatan 64 kemenangan musim ini juga jadi yang tertinggi sejak 2007-2008 dan tertinggi keempat sepanjang sejarah organisasi. Ini membuktikan sekali lagi bahwa Celtics sangat konsisten sepanjang musim, selama delapan bulan, dalam total 101 pertandingan.
(Baca juga: Cerita-cerita Final NBA 2024)
Atas hal-hal di atas, ini adalah gelar yang mutlak dan layak untuk mereka dapatkan. Jikapun ada suara minor mengenai Celtics musim ini, rasanya mereka tak benar-benar mengerti apa yang mereka katakan. Brown dan Tatum juga tak peduli dengan gelar MVP Final NBA 2024 yang didapatkan Brown. Keduanya saling puji bahkan Brown menyebutkan bahwa ini adalah gelar yang sejatinya layak mereka dapatkan bersama.
Celtics musim 2023-2024 adalah salah satu tim terkuat yang pernah menjadi juara NBA. Untuk kesekian kalinya, keberhasilan ini menunjukkan bahwa gelar juara NBA butuh kerja keras dan pemahaman penuh dari satu organisasi secara keseluruhan dan tak terkecuali. Celtics sekali lagi jadi yang terbaik di NBA, tak hanya di musim ini, tapi sepanjang sejarah dengan gelar ke-18 mereka. Selamat berpesta Boston!
Foto: Getty Images