Menjadikan olahraga sebagai tema pembuatan sebuah film sudah sering kita temui. Meski jumlahnya tak sebanyak tema umum lainnya, film bertema olahraga selalu punya daya tarik tersendiri.
Ketika film bertema cabang olahraga telah banyak jumlahnya, Andibachtiar Yusuf ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Sutradara kawakan tersebut menghadirkan film bertema basket pertama di Indonesia. Film itu diberi judul “Mata Dewa”. Film ini diproduseri oleh Avesina Soebli, rekan kerja Yusuf sejak lama.
Ini bukan kali pertama Yusuf menggarap film bertema olahraga. Sebelumnya, ia tercatat pernah beradu pikiran dengan Avesina Soebli dalam pengerjaan “Garuda 19”. Selain itu, ia juga punya andil dalam film “Hari Ini Pasti Menang”. Kedua film tersebut memang bertemakan sepak bola, tapi ia justru merasa tertantang ketika ditawari film bertema basket.
“Walau beda cabor, namun inti cerita film Mata Dewa punya beberapa kesamaan dengan film saya sebelumnya. Sama-sama bercerita tentang bagaimana mengatasi egoisme, kerja tim, dan mencapai sasaran. Tinggal bagaimana kita mengolah ceritanya,” ungkap Yusuf kepada Jawa Pos.
Sutradara berusia 44 tahun ini juga mengatakan bahwa ia mengemas film ini dengan konten yang ringan. “Kami tidak mengkhususkan film ini hanya untuk kalangan penikmat basket. Seluruh kalangan bisa menikmatinya kok,” imbuhnya.
Ide cerita film “Mata Dewa” terinspirasi dari kisah nyata salah satu peserta turnamen Developmental Basketball League (DBL) Indonesia. Tokoh Dewa punya cita-cita untuk memenangkan turnamen DBL East Java Series. Namun, perjalanan meraih gelar itu harus dilalui dengan terjal. Karena suatu insiden, penglihatan mata kirinya mengalami gangguan.
Kisah itu terjadi di DBL Arena dan SMA Wijaya Surabaya sehingga seluruh proses pengambilan gambar juga diambil di sana. Tak hanya itu, seluruh pemain yang beradu akting di film ini mayoritas adalah mantan pemain kompetisi basket SMA terbesar di Indonesia ini. Jika tidak menjadi peserta, setidaknya mereka punya ikatan emosional dengan DBL Indonesia. Begitulah standar yang dipatok Yusuf dalam menyeleksi pemerannya.
Sebut saja Kenny Austin yang memerankan tokoh Dewa. Remaja asli Medan ini hampir saja mengikuti DBL North Sumatera Series andai tak terkendala batasan usia. Ada juga komedian Dodit Mulyanto. Sebelum menjalani karir sebagai figur publik, ia adalah guru musik di salah satu SMA di Surabaya. Ketika tim basket sekolahnya bertanding di DBL Arena, ia pernah menjadi koordinator suporter.
Kenny terpilih sebagai pemeran utama mengalahkan puluhan kandidat. Saat casting, dia diminta mempraktikkan beberapa teknik basket. Ia mampu melakukannya dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pemeran utama wajib menguasai dua skill, yaitu bermain basket dan berakting.
Tak hanya Kenny, pemeran pendukung lainnya tercatat sebagai pemain berprestasi di DBL, di antaranya: Abram Nathan (DBL All Star 2015), Rivaldo Tandra Pangestio (DBL All Star 2012 dan 2013), dan Nuke Tri Saputra (shooting guard Pacific Caesar Surabaya dan DBL All Star 2012). ”Sengaja kami mengajak alumni DBL supaya lebih menjiwai. Bagaimanapun juga, ini adalah film tentang DBL dan mereka sudah mengenal turnamen ini,” terang Avesina kepada Jawa Pos.
Avesina menjanjikan, emosi para penonton akan tersentuh ketika menonton film ini. “Ada ratusan ribu individu yang pernah bersentuhan dengan DBL. Entah sebagai pemain, pelatih, atau suporter. Bisa jadi, seorang ibu merasa dekat dengan DBL karena anaknya pernah bermain di sana. Bisa juga adiknya, keponakannya, atau temannya,” imbuhnya.
Hal ini diiyakan oleh Azrul Ananda, President Director DBL Indonesia sekaligus Executive Producer film "Mata Dewa". “Entah sudah berapa juta orang yang terlibat dalam pertandingan DBL. Pasti ada jutaan cerita yang sulit kita bayangkan. Semoga film ini bisa merepresentasikan cerita-cerita itu,” lanjut Azrul yang menjadi kameo dengan memerankan dirinya sendiri.
Film “Mata Dewa” dibintangi segenap artis tanah air seperti Kenny Austin, Chelsea Agatha, Brandon Salim, Valerie Tifanka, Nino Fernandez, Ariyo Wahab, dan Dodit Mulyanto. Anda juga bisa menikmati penampilan khusus Augie Fantinus serta Udjo Project Pop. Anda sudah bisa menikmati film basket pertama di Indonesia ini mulai 8 Maret 2018.
Sumber Foto: Jawa Pos