Mantan pelatih Satria Muda Jakarta dan Indonesia Warriors, Cokorda Raka Satrya Wibawa, beri dukungan moril kepada tim CLS Knights Indonesia. Pria ramah yang akrab disapa Wiwin tersebut mengatakan, kompetisi ASEAN Basketball League (ABL) sangat berbeda dengan IBL yang berada dua level di atasnya.

Mengamati kiprah CLS Knights di kancah ABL, Wiwin yang juga pernah merasakan gelar juara sebagai pemain di Indonesia Warriors pada 2012, menyampaikan dukungannya kepada CLS Knights dan jajaran pelatih untuk tetap sabar dan terus bekerja keras.

Dalam sudut pandangnya, tim yang bermarkas di GOR Kertajaya itu tidak kalah dengan tim lainnya. Namun, ia mengerti bahwa di musim pertama ini perjuangan Sandy Febiansyakh dan rekan-rekannya pasti akan berat. Apalagi tim kebanggaan warga Surabaya ini baru melakukan transisi pergantian pelatih. Para pemain juga masih asing dengan atmosfir liga, di mana sebagian besar pemainnya baru pertama kali berlaga di ABL.

“Mereka sebenarnya sudah bagus dan bisa melawan dengan tim lainnya. Tinggal konsistensinya, khususnya pada kuarter akhir, dan jangan banyak melakukan turnover. Karena di level ABL jika kita buat kesalahan, 90 persen jadi poin buat musuh. Tim pelatih juga harus bisa memaksimalkan potensi pemain yang ada. Hal lain yang tidak bisa dipungkiri adalah perekrutan pemain asing dan asia keturunan yang tepat untuk tim, karena mereka merupakan salah satu faktor x yang bisa mendongkrak performa tim di liga ABL,” komentar Wiwin.

Selama berkarir menjadi pelatih, Wiwin juga akrab dengan tekanan, baik dari fans, media, maupun manajemen. Untuk itu ia menyampaikan pesan kepada kepala pelatih CLS Knights, Koko Heru Setyo Nugroho, untuk tetap fokus menatap sisa pertandingan selanjutnya. Ia juga turut menyampaikan pesan kepada para penggemar tim agar sabar dengan proses, mengingat ini merupakan musim pertama CLS Knights di kancah ABL yang kompetisinya cukup ketat dan berat.

“Jabatan pelatih memang rentan dengan isu pemecatan dan tekanan. Istilahnya ready for hire and ready for fired. Tapi semua balik lagi ke visi dan misi tim itu sendiri dan hubungan antara pelatih dengan manajemen serta tim owner. Kalau semuanya saling memahami dan  saling back-up, pemecatan akan menjadi hal yang paling terakhir untuk mereka putuskan. Contoh di NBA, Greg Popovich (San Antonio Spurs) dan Rick Carlisle (Dallas Mavericks), mereka tidak selalu berhasil jadi juara malah kadang gagal masuk playoffs, tapi jabatan pelatih masih tetap mereka pegang. Kepercayaan manajemen dan owner sudah sangat tinggi untuk mereka. Terlebih keduanya sempat memberikan gelar juara untuk timnya. Tapi resiko pemecatan dan tekanan sudah menjadi part of the job. Saya yakin semua pelatih sudah paham dengan hal ini," papar Wiwin yang juga pernah merasakan tekanan serupa saat ia menukangi tim Satria Muda dan juga Indonesia Warriors beberapa tahun yang lalu.

Tidak lupa ia memberikan apresiasi kepada manajemen CLS Knights, khususnya untuk penggemar mereka yang selalu memberikan dukungan langsung kepada timnya, meski saat ini CLS Knights berada dalam pusaran dasar klasemen ABL.

“Saya salut dan respek kepada manjemen CLS Knights yang saya anggap sebagai salah satu yang terbaik. Juga untuk fans mereka yang sangat luar biasa dan fanatik. Hampir setiap pertandingan kandang GOR Kertajaya full house dan itu jarang terjadi di kompetisi basket lokal kita. Bahkan ketika game final Indonesia Warriors tidak sepenuh seperti Surabaya. Apresiasi penonton Surabaya patut dibanggakan. Di saat ini, CLS Knights membutuhkan dukungan moril langsung. Hujatan dan kritik negatif di media sosial itu tidak membantu mereka untuk bisa bangkit di game selanjutnya,” pungkas suami dari Anak Agung Aditiya Yogiswari, yang kini sudah menetap di Bali dan berkeinginan memajukan olahraga di Pulau Dewata itu.

Foto: Dok. pribadi Cokorda Raka Satrya Wibawa

Komentar