Piala Dunia FIBA 2023 yang digelar di Okinawa, Manila, dan Jakarta bisa dibilang berlangsung dengan sukses. Tidak ada kendala berarti dari sisi penyelenggaraan. Pertandingan yang disajikan pun berhasil menghibur jutaan pasang mata. Cerita-cerita menarik di dalamnya mengenai Piala Dunia pertama yang digelar di tiga kota berbeda pun cukup menarik untuk diikuti. 

Pun demikian, tak mungkin juga jika tidak ada masalah yang terjadi selama penyelenggaraan. Meski tak banyak, ada satu masalah fatal yang terjadi di Manila, Filipina, yang melibatkan pemain. Adalah peamin Serbia, Borisa Simanic yang harus kehilangan salah satu ginjalnya akibat insiden di lapangan. 

Berhadapan dengan Sudan Selatan, Borisa terkena benturan dengan Nuni Umot di area ginjalnya. Ia kesakitan dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Ia langsung menjalani operasi malam itu juga. Namun ternyata, ada cerita yang cukup mengerikan di operasi tersebut. 

Dilansir oleh Basketnews, meski operasi berjalan lancar dan Borisa merasa lebih baik keesokan harinya, tim dokter sempat kesulitan mendapatkan transfusi darah untuk Borisa. Kejadian yang terjadi di larut malam membuat tindakan harus menunggu lama dan mungkin menjadi penyebab hilangnya satu ginjal Borisa. 

Belajar dari pengalaman ini, FIBA dikabarkan siap mengubah beberapa aturan dan regulasi mereka. Masih dari Basketnews, salah satu dokter yang juga anggota Palang Merah Serbia, Dragan Radovanovic, mengabarkan bahwa FIBA sedang mengkaji regulasi mengenai kualitas rumah sakit rujukan agar situasi seperti Borisa tidak terjadi lagi. 

"Saya adalah anggota dari FIBA Medical Commission. Kami menggelar rapat satu bulan lalu di Jenewa dan salah satu topiknya adalah mengenai fasilitas kesehatan untuk turnamen. Selama ini, FIBA tidak pernah ikut campur dalam pemilihan rumah sakit rujukan di sebuah kota atau negara penyelenggara. FIBA juga tidak bisa menentukan kompetensi untuk rumah sakit yang ada. Ini adalah hal yang mudah untuk panitia lokal atau Local Organizing Committee (LOC)," terangnya. 

"Kami kini sedang mengkaji apakah kami bisa memberikan kriteria tertentu untuk panitia lokal dalam menentukan rumah sakit rujukan. Apakah kami bisa membuat kriteria untuk memastikan kompetensi rumah sakit tersebut, utamanya dalam spesialisasi tertentu. Sejatinya FIBA sudah mempunyai panduan dan instruksi untuk penentuan rumah sakit bagi negara atau kota penyelenggara. Namun, untuk hal kompetensi rumah sakit sampai sekarang belum ada karena FIBA jelas tidak bisa menentukan hal tersebut," tutupnya. (DRMK)

Foto: FIBA

Komentar