Adelaide Callista Wongsohardjo, pemain terbaik Honda DBL All-Star 2017, kembali ke Surabaya, Jawa Timur, sejak Minggu 7 Januari 2018. Ia tentu saja tidak datang sendirian. Kepala Pelatih Moses Foresto, ditemani Muflih Farhan, juga hadir bersama total 12 pemain putri terpilih. Mereka sempat mengikuti latihan di hari itu dan bersiap menghadapi beberapa klub sebagai ajang uji coba.

Selain tim asuhan Moses Foresto, tim putra asuhan Wahyu Budi dan Daniel Siswanto juga hadir di hari yang sama. Mereka mengikuti rangkaian kegiatan yang sama untuk juga menghadapi klub-klub ternama. Salah satu pertandingannya digelar tadi malam, Senin 8 Januari 2018, di DBL Arena Surabaya.

Tim putri bertanding lebih dulu. Mereka berhadapan dengan Wonder Whatsapp Surabaya sebagai ajang uji coba perdana. Maka, tidak heran jika Moses menilai kekompakan timnya belum cukup padu meski sudah terlihat membaik sedikit demi sedikit.

“Yang kami cari adalah kohesi, kekompakan, sama kemampuan mereka mengatur tempo mulai terlihat,” komentar Moses seuai pertandingan.

Selain kekompakan, pertahanan tim juga menjadi sorotan jajaran pelatih. Moses mengaku tidak puas dengan pertahanan tim tadi malam. Menurutnya, lawan terlalu mudah menyerang pertahanan mereka.

“Memang untuk defense itu belum padu. Switch-nya belum kelihatan. Attacking-nya tidak ada,” ujar Moses lagi.

Kendati demikian, secara keseluruhan penampilan tim putri cukup membuat Moses tersenyum. Tim ini memang memerlukan lebih banyak latihan bersama, tetapi di pertandingan tadi malam mereka menunjukkan kebintangan mereka. Adelaide dkk. menunjukkan bahwa mereka layak untuk terpilih di DBL All-Star. Tim putri menang 59-48.

Setelah putri, tim putra juga melakukan uji coba di hari dan tempat yang sama. Mereka menghadapi BBM Viking Surabaya dengan beberapa pemainnya yang sempat juara di Jawa Pos-Honda Pro Tournament November 2017 lalu. Dua di antaranya adalah Nickylaus Ramandaru dan Rico Aditya.

Tampil melawan tim juara, para putra terpilih ini tertinggal sejak awal kuarter. Mereka cukup kesulitan menembus pertahanan BBM. Tim asal Surabaya itu tidak mengendorkan semangat mereka meski ini hanya ajang uji coba. Mereka memberi tekanan berarti untuk menjadi pelajaran yang baik kepada para All-Star.

“Mereka bagus, mereka kompetitif, ukuran tubuh mereka bagus,” komentar Rico Aditya, center BBM. “Saya rasa mereka bisa sukses ke depannya.”

Selain Rico, Pelatih Ivan Widianto Tjahjono juga ikut buka suara. Menurutnya, tim putra All-Star bermain cukup baik meski baru kumpul Minggu lalu. Mereka sempat membikin sulit tim asuhannya dengan pertahanan penuh di akhir kuarter.

“Kami coba ikuti kemauan DBL All-Star. Mereka ingin man to man, kami man to man. Mereka ingin zone, kami zone,” ujar Ivan.

BBM benar-benar tampil tanpa memberi cela. Kepala Pelatih Wahyu Budi merasa harus memeras otak untuk membalikkan situasi. Ia ingin anak-anak asuhnya menjalankan strategi yang telah dirancang. Sayangnya, di kuarter kedua ia merasa kedodoran.

Dengan demikian, Wahyu pun mengubah sistem pertahanan timnya dari zone defense ke full court press. Ia berusaha beradaptasi dengan pertandingan supaya timnya juga bisa menekan lawan. Hasilnya pun cukup baik. Hal itu diakui Rico ketika ia dan timnya mendapat tekanan lebih di kuarter empat.

“Mereka cupup menekan di kuarter akhir. Pergantian defense cukup bikin kewalahan karena mereka pemain muda. Mereka masih cukup cepat,” komentar Rico.

Meski bisa memberi perlawanan, tim putra pada akhirnya harus mengalah 54-66. Hasil itu cukup menjadi pelajaran bagi Wahyu untuk bermain lebih baik lagi di laga selanjutnya. Karena tentu saja ini bukan laga satu-satunya. Tim DBL All-Star masih akan melakoni satu laga lagi malam ini, Selasa 9 Januari 2018.

Foto: Alexander Anggriawan

Komentar