Desain menjadi faktor utama dalam pembuatan sebuah sepatu. Selain itu, teknologi serta kenyamanan berpadu dengan warna yang apik jadi resep untuk menghasilkan daya tarik prima. Dari formula itu, maka setiap sepatu akan menggaet komunitasnya tersendiri.
Komunitas itu menempatkan sepatu favoritnya menjadi sebuah mahakarya. Sebut saja Converse Chuck Taylor All Star, sebuah sepatu basket klasik yang identik dengan kultur street fashion. Ambil contoh adidas Stan Smith yang kini jadi simbol anak muda urban. Pencapaiannya mengagumkan walau tak banyak perubahan sejak pertama kali dirilis pada 1978. Begitu pula Nike Air Force 1.
Nama Diambil dari Nama Pesawat Presiden AS
Sepatu besutan Nike ini didesain oleh Bruce Kilgore dan diperkenalkan pertama kali pada 1982. Nike Air Force 1 adalah sepatu basket Nike pertama yang menempatkan Air Sole Unit ke dalam desainnya. Letak tepatnya ada didalam sol bagian belakang.
Di samping itu, Air Force 1 adalah sepatu basket pertama yang sol bawahnya merupakan hasil pengecapan. Berbeda dengan sepatu-sepatu lain di masanya yang menggunakan sol bawah hasil proses vulkanisir seperti Converse Chuck Taylor All Star. Bagian sol bawah kemudian dijahit melingkar dengan bagian atas sehingga punya ketahanan ekstra.
Bruce Kilgore ingin sepatunya kuat, aman, dan jadi pusat perhatian. Dari situlah muncul inspirasi nama Air Force 1. Sejatinya, Air Force 1 adalah pesawat kepresidenan Amerika Serikat. Pesawat tersebut punya berbagai teknologi, disukai oleh banyak orang, dan mampu melindungi para penumpangnya dengan fitur keamanan mumpuni.
Desain Terinspirasi dari Bangunan Kuno Eropa
Inspirasi bisa datang dari mana saja. Begitupun bagi Bruce Kilgore. Ia terkenal sebagai desainer yang eksentrik karena menggabungkan berbagai unsur menjadi sebuah karya. Saat ia sedang sibuk mendesain Nike Air Force 1, ia sempat kebingungan untuk desain bagian sol samping (midsole). Selang beberapa saat, ia melihat sebuah bangunan tua yang kemudian jadi inspirasinya.
Bangunan itu bernama Notre Dame de Paris Cathedral. Sebuah katedral tua di pusat Kota Paris, Perancis. Strukturnya kokoh, tahan lama, dan punya nuansa gotik yang kental. Dari situ ia kemudian menggambar lagi Nike Air Force 1 besutannya. Ia sengaja membuat bagian samping lebih tebal dan sol samping punya ketebalan yang pas. Hal tersebut bertujuan untuk membuat sepatu ini kokoh dan tahan lama. Seperti apa yang terjadi pada Notre Dame.
Beberapa tahun kemudian, Tinker Hatfield, juga menerapkan cara pemikiran Kilgore. Hal ini ia lakukan saat membuat desain sepatu andalannya, Nike Air Max. Sepatu ini nyatanya terinspirasi dari Pompidou Museum of Paris.
Jarang Diiklankan, Laris Karena Jasa Para Rapper
Inilah sisi menarik dari Nike Air Force 1. Gembar-gembor sepatu ini tergolong sedikit dibanding saudaranya saat itu; sebut saja Nike Air Jordan (1985) dan Nike Air Max (1987). Koran The Washington Post pernah meliput fenomena ini pada 1991. Artikel itu ditulis Bill Brubaker. Di artikel tersebut, disebutkan bahwa Nike Air Force 1 adalah sepatu yang tak pernah masuk katalog penjualan Nike, tapi penjualannya sangat baik di luar sana.
Kepopulerannya semakin meningkat setelah Nike Air Force 1 Low dirilis ke publik. Tak ada tanggal pasti, tapi beberapa artis hip-hop asal Bronx, New York, yaitu Lord Finesse, kedapatan pernah menggunakannya sekitaran tahun 1992. Kultur hip-hop pun semakin erat dengan Nike Air Force 1 setelah disebut Pete Rice dalam lagunya yang berjudul “Outta My Way Baby”.
Sejak saat itu, para rapper dari daerah timur Amerika Serikat menjadikan Nike Air Force 1 sebagai sepatu kebanggaan mereka. Jay-Z juga pernah memasukkan sepatu ini di album pendek perdananya, tepatnya di lagu berjudul “Can I Live II” yang dirilis pada 1994. Rapper-rapper seperti Roc-a-Fella, Fat Joe, dan Nelly juga turut serta dalam mempopulerkan Nike Air Force 1 di kultur hip-hop saat itu.
Desainnya Ditiru Sepatu Lain
Kepopuleran Nike Air Force 1 semakin tinggi. Desainnya yang tegas, bersih, dan mudah diingat nyatanya menarik desainer sepatu lain untuk membuat sepatu yang terinpirasi darinya. Merek sepatu yang paling terkenal dengan desain yang sangat menyerupai Nike Air Force 1 adalah Bapesta.
Bapesta merupakan lini sepatu dari merek busana asal Jepang, A Bathing Ape. Sang desainer, Nigo, pernah dituntut karena merilis sepatu yang terlalu mirip. Namun, akhirnya Nigo lolos dari tuntutan karena tuntutan hanya bisa dilayangkan pada pelanggaran nama dan logo. Kala itu, belum ada aturan mengenai plagiasi model sebuah produk.
Tak hanya Nigo, beberapa produk ini juga diduga meniru desain sepatu buatan Bruce Kilgore. Allen Iverson pernah menggunakan Reebok i3 Pressure. Legenda NBA itu pun sempat dicibir karena sepatunya punya kemiripan dengan Nike Air Force 1.
Lugz, sebuah merek sepatu boots asal New York, juga tercatat pernah memproduksi sepatu yang desainnya sangat mirip dengan Nike Air Force 1. Sepatu itu bernama Birdman. Karena dianggap terlalu menyerupai Nike Air Force 1 Low, sepatu itu pun akhirnya tak mendapat atensi luas.
Kolaborasi Mentereng dengan Para Desainer Muda
Seri Nike Air Force 1 Low “white-on-white” sudah dianggap sebagai kanvas kosong oleh para desainer muda. Di era kustomisasi sepatu yang kian marak, mereka punya kreativitas tak kalah liar dari sang pencetus siluet ini, Bruce Kilgore.
Sebut saja A$AP Bari yang merilis VLONE x Nike Air Force 1. Ia membuat tampilan Air Force 1 terlihat lebih sangar. Ia memadukan warna hitam dengan ornamen berwarna oranye. Perpaduan tersebut sangat terinspirasi dari kultur jalanan daerah pantai timur Amerika Serikat, tempat awal populernya Air Force 1.
Errolson Hugh dari label Acronym menjadikan Nike Lunar Force 1 terlihat nyeleneh dengan penambahan resleting. Ben Kirschner, desainer Nike, juga membuat Special Fields Nike Air Force 1 High dengan desain yang tak kalah menarik. Karya Kirschner ini memadukan siluet klasik modern dengan tampilan militer yang khas.
Selain kolaborasi-kolaborasi itu, masih ada puluhan lagi seri Nike Air Force 1 yang tak kalah mentereng. Sebut saja Supreme, Comme Des Garcoins (CDG), Slam Jam, CLOT, Pigalle hingga Off-White. Nike pun tak lupa untuk mengajak para artis dan desainer kenamaan untuk membuat versi mereka sendiri. Sebut saja Roc-a-fella, Travis Scott, Mark Ong dari SBTG, serta yang paling nyeleneh adalah karya Ricardo Tisci.
Siluet Klasik Modern yang Lekang oleh Waktu
Meski pun meraih kesuksesan luar biasa, Bruce Kilgore tak pernah menduga sepatu buatannya meraih kegemilangan. Bahkan, ia tak menyadarinya hingga lima tahun setelah Nike merilisnya. “Waktu itu saya sedang di Taiwan untuk memeriksa bagian produksi. Lalu, semua orang di sana sedang membicarakan tentang Air Force 1. Saya sama sekali heran,” ungkap Kilgore kepada Hypebeast pada perayaan 35 tahun Nike Air Force 1 2017 lalu.
Warna putih polos, sol tebal, serta bahan kulit yang baik jadi ciri khas utama sepatu ini. Tak akan ada yang akan menyamai, apalagi meniru desain itu. Sepatu klasik ini akan selalu jadi sepatu klasik modern besutan Nike yang tak akan kehilangan penggemar.
Sumber Foto: Nike, Complex, Highsnobiety, Sneaker Files, Classic Kicks