Setiap pertandingan olahraga yang mempertemukan dua kubu selalu memilki satu perangkat pertandingan yang tak bisa dilepaskan, yakni wasit. Wasit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki berbagai arti: penengah, perantara, penentu, pemimpin, pemisah, dan pelerai.
Dalam olahraga, makna wasit yang dipakai mungkin lebih ke penentu dan pemimpin. Mereka yang memimpin pertandingan olahraga berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang telah disepakati. Mereka juga yang menentukan apakah para peserta masih menaati aturan-aturan tersebut.
Tidak terkecuali pada pertandingan bola basket. Satu pertandingan basket akan dipimpin biasanya oleh tiga wasit yang posisinya selalu mengikuti penguasaan bola. Tiga wasit ini memilki kapasitas sama dalam mengambil keputusan pelanggaran (foul), violation, atau bahkan menghentikan pertandingan.
Para wasit juga berhak menentukan seorang pemain terkena technical foul. Technical foul sendiri menurut peraturan FIBA adalah pelanggaran yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertandingan basket dan lebih mengarah ke tindakan tidak sportif. Beberapa poin juga disertakan dalam buku aturan FIBA untuk menjelaskan contoh-contoh perilaku yang dapat diberi technical foul, seperti berkata tak sopan.
Berpindah ke NBA, para wasit yang bertugas untuk musim 2017-2018 banyak sekali mendapat sorotan. Dalam beberapa pertandingan mereka melakukan keputusan-keputusan yang merugikan salah satu pihak atau bahkan kedua belah pihak. Wasit-wasit NBA juga sering mengambil keputusan yang dirasa aneh dan tidak relevan dalam pertandingan.
Salah satu yang dengan lantang mengutarakan kekesalannya terhadap wasit adalah power forward Golden State Warriors, Draymond Green. Secara terang-terangan ia mengungkapkan betapa tak becusnya wasit-wasit musim ini memimpin pertandingan. Para wasit juga dianggap Green terlalu personal dalam mengambil keputusan khususnya technical foul.
Wajar saja Green berkata demikian. Hingga 5 Januari 2018, ia merupakan pemain dengan total technical foul terbanyak. Ia tercatat sebelas kali dihukum dengan technical foul oleh wasit dalam 34 pertandingan yang ia lakoni. Secara rata-rata, Green akan mendapatkan satu technical foul tiap tiga laga yang ia lakoni.
Green memang terkenal memiliki gaya bermain keras dan mengandalkan kekuatan fisiknya. Meski memilki postur yang tidak terlalu tinggi di antara pemain lain di posisi yang sama, ia memilki kekuatan yang cukup besar pada dirinya. Ia juga terkenal sebagai pemain yang gemar menantang lawan lewat bicaranya (trash talk), berteriak saat mencetak angka, serta selebrasi yang mampu membuat para pendukung Warriors bersorak.
Kenyataannya, wasit tak setuju dengan mayoritas kegemaran Green tersebut. Wasit menganggap nyaris semua ulah yang ia tunjukkan merupakan technical foul. Jangankan memprotes wasit, jika Green bersorak saat mencetak angka saja ia bisa terkena technical foul. Saat ia melakukan protes, seketika itu pula ia dikeluarkan dari pertandingan (ejection).
Green lantas berujar kepada media The Athletic bahwa NBA telah melakukan kesalahan besar dengan memberikan kekuasaan kepada wasit-wasit tersebut. Bila diteruskan, para wasit ini bisa sangat merusak pertandingan itu sendiri.
Dalam laga melawan Brooklyn Nets beberapa waktu lalu, Green bahkan mendapatkan dua technical foul yang berujung pada ejection di dua kuarter pertama. Selain Green, hal serupa juga terjadi cukup sering musim ini. LeBron James bahkan mendapatkan ejection pertama dalam karirnya saat ia memprotes keputusan wasit. Padahal kelihatannya itu tak terlalu berlebihan.
Pada satu sisi, kita memang bisa memaklumi wasit juga manusia yang tidak luput membuat salah. Akan tetapi, Wasit yang fungsinya sangat krusial dalam pertandingan basket juga perlu mendapatkan evaluasi atau bahkan pembelajaran terus-menerus untuk mengurangi hal-hal seperti di atas. Karena bila keputusan-keputusan yang diambil terus menimbulkan kontroversi dalam pertandingan atau bahkan liga itu sendiri, NBA sebagai operator juga dalam masalah besar.
Foto: clutchpoints.com