Pekan pertama IBL 2024 telah usai digelar. Sebanyak delapan gim dimainkan di Bali, Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Secara keseluruhan, gim-gim yang tersaji berhasil cukup menghibur publik. Pemain-pemain asing yang hadir pun tampak lebih bagus dari kelas 2023, kelas yang menurut saya terbaik sepanjang IBL menggunakan pemain asing. Satu lagi, para penggemar pun tampak cukup antusias dengan gelaran pekan pertama ini. Kredit untuk IBL dan seluruh tim yang menggelar laga kandang dengan baik.
Dari delapan gim yang ada, hanya Bali United yang berhasil tampil dominan dalam laga back-to-back mereka. Berhadapan dengan Amartha Hangtuah Jakarta dan Bima Perkasa Yogyakarta, Bali United berhasil mendominasi tiga kuarter akhir untuk menang dengan margin 12 poin atas Hangtuah dan 30 poin dari Bima Perkasa. Ya, tiga kuarter terakhir menjadi kunci kemenangan Bali United karena di kuarter pembuka di dua gim tersebut, mereka tampak kesulitan. Ini menjadi satu-satunya catatan minor Bali United di balik dua kemenangan mereka, start yang tidak cukup kuat.
Jika Bali United mengamankan dua kemenangan di kandang mereka, Pacific Caesar Surabaya justru sebaliknya. Mereka tak mampu meraih satupun kemenangan dari dua gim kandang melawan Rajawali Medan dan Tangerang Hawks. Jika di laga melawan Rajawali mereka terlambat panas, di gim menghadapi Hawks justru mereka tak mampu menutup laga dengan kemenangan. Inkonsistensi permainan masih jadi masalah terbesar Pacific.
Di sisi lain, Stephen Hurt yang datang beberapa hari sebelum tepis mula melawan Rajawali tampil solid untuk menggantikan Anthony January. Permasalahan terbesar Pacific adalah mengisi kekosongan saat salah satu dari Stephen atau Jaylyn Richardson sedang mendapatkan jatah istirahat mereka. Kamani Johnson yang jadi pemain asing ketiga performanya masih tidak cukup konsisten. Ini adalah musim pertama Kamani sebagai pemain profesional, jadi tampak beberapa kali ia mengambil keputusan yang kurang tepat. Barisan lokal pun demikian. Sejauh ini baru Daffa Dhoifullah dan Aven Pratama yang memberikan sumbangsih besar, itupun bergantian.
Dua tim lain yang bermain back-to-back dan menjadi tuan rumah adalah Prawira Harum Bandung dan Satria Muda Pertamina Jakarta. Prawira dengan masifnya perubahan mereka dari musim lalu tampak masih butuh penyesuaian. Tim pimpinan David Singleton masih memegang teguh konsep bermain mereka dengan pergerakan bola yang dinamis dan banyaknya opsi serangan. Namun, tampak ada kesulitan di barisan lokal. Yudha Saputera yang di musim lalu menjadi kandidat MVP dan memiliki sumbangsih besar juga tampak kesulitan di dua gim ini.
Secara komposisi, saya pribadi menilai David melakukan perekrutan yang matang dalam pemain asing. Dane Miller Jr. adalah pemain solid yang musim lalu tampil di BAL dengan rataan lebih dari 20 poin per gim. Julius Jucikas juga tampak solid di bawah ring. Gerakan kakinya lincah dan kekuatannya tak main-main. Namun, ia adalah pemain asing yang terakhir datang. Penyesuaian saya rasa lebih kepada situasi Indonesia secara cuaca dan semacamnya. Secara permainan saya rasa tak ada masalah. Sedikit kekhawatiran saya muncul kepada Christian James yang merupakan sosok termuda dari tiga nama ini. Emosinya masih sering meluap-luap hingga berpengaruh kepada pengambilan keputusannya. Pun begitu, dengan kemampuan komunikasi David, saya rasa semua akan membaik seiring waktu.
Satria Muda jujur saja juga cukup membuat saya ragu-ragu. Datangnya Abraham Grahita memang membuat komposisi starter mereka solid dengan Curtis "Trey" Davis III dan Jarred Shaw. Namun, setelah barisan starter ini mendapatkan jatah istirahat, konsistensi Satria Muda jadi mengkhawatirkan. Mycheal Henry entah kenapa memberikan vibe yang tidak cukup meyakinkan di lapangan. Ditambah dengan track record Satria Muda yang memang kerap kesulitan mencari pemain asing, saya ragu Henry akan bertahan sampai akhir musim.
Bicara permainan, secara serangan Satra Muda memang terlihat produktif dengan 93 poin per gim. Namun, secara strategi penyerangan yang mereka gunakan, saya tak merasa ada peningkatan signifikan dari Youbel Sondakh ke Manuel Pena. Bahkan, ada satu play yang mana memberikan entry pass ke area low post menjadi aksi pembukanya membuat saya cukup kebingungan. Pasalnya, dalam sejarah basket kita, atau setidaknya dalam 10 tahun terakhir, saya tak melihat kita punya pemain yang mampu bermain pos dengan baik.
Bergeser ke pertahanan, kemasukan 86,5 poin per gim bukanlah pertanda baik. Pertahanan satu lawan satu Satria Muda tak spesial, bahkan kerap dieksploitasi lawan. Help defense mereka juga tak cukup baik. Rotasi dalam mengatasi pick n roll lawan kerap terlambat dan berhasil dieksploitasi. Satu hal lain yang mengkhawatirkan bahkan levelnya cukup krusial adalah rebound. Dalam dua gim itu, Satria Muda selalu kalah untuk offensive rebound. Size jelas bukan masalah saat kita bicara Satria Muda.
Tim-tim lain yang berlaga di pekan pertama memberikan kesannya masing-masing. Hangtuah dan Bima Perkasa meninggalkan kesan belum siap dalam menghadapi pekan pertama kemarin. Hangtuah utamanya pemain asing mereka tampak masih fokus kepada permainan mereka masing-masing. Permainan tampak tanpa adanya pola pasti. Bima Perkasa juga lebih sulit lagi. Beberapa kesalahan mereka terlalu fundamental bahkan saat Bali United tidak memberikan tekanan apa-apa. Namun, saya bisa maklum mengingat Bima Perkasa diisi pemain-pemain baru dan ruki.
Tangerang Hawks menjadi satu-satunya tim yang memenuhi ekspektasi saya. Tim ini punya pondasi yang bagus secara pemain, pelatih, dan manajemen. Pemain asing yang mereka pilih juga semuanya berpengalaman. Yang mungkin sedikit meragukan adalah pemain asing bigman mereka. Persaingan di posisi bigman dari tim-tim yang sudah bermain membuat saya sedikit khawatir atas Nemanja Besovic. Pergerakannya tidak secepat bigman-bigman lain yang sudah bermain.
Rajawali Medan, Kesatria Bengawan Solo, dan Borneo Hornbills jujur saja mengejutkan saya. Rajawali dan Kesatria menunjukkan kejutan yang menarik. Pemilihan pemain asing kedua tim ini cukup bagus dan barisan lokal mengisi peran-peran pendukung dengan baik. Nuansa yang dihadirkan pun tampak menyenangkan. Meski Kesatria tak menang di gim pertama mereka, rasanya mereka punya kesempatan untuk bersaing di papan tengah. Sebaliknya untuk Borneo, kekalahan dengan 27 turnover cukup mengejutkan saya. Ini tentu bukan cara mengawali musim yang baik dan saya yakin Coach Tondi juga sudah menemukan cara untuk memperbaiki ini.
Sedikit catatan mengenai Borneo di laga melawan Satria Muda adalah betapa solidnya permainan Najeal Young. Ia akan menjadi kunci permainan Borneo sepanjang musim ini. Sebaliknya, Travion Leonard sedikit membuat saya khawatir mengenai pendekatannya kepada gim. Di laga pertama kemarin pun, ia adalah pemain dengan turnover terbanyak (6). Satu pemain asing lainnya, Devondrick Walker belum tampak di lapangan di gim pertama. Kabarnya, ia masih pemulihan cedera. Devondrick punya catatan yang solid di NBL 1 dan menarik melihat bagaimana jika nanti ia bermain dengan Borneo.
Pelita Jaya Bakrie Jakarta memulai IBL 2024 dengan sorotan tajam dari seluruh pecinta basket Indonesia. Kehadiran tiga mantan pemain NBA, Thomas Robinson, Malachi Richardson, dan K.J. McDaniels sejatinya sudah cukup untuk membuat publik menantikan performa mereka. Lantas, tambahan Brandon Jawato dan Anthony Beane Jr. semakin membuat penasaran bagaimana tim ini akan bermain dan bayangan panyak pihak, mendominasi. Namun ternyata, bukan itu yang disajikan di gim perdana.
Dari lima nama di atas, Mali (sapaan Malachi) memulai gim dari bangku cadangan. Posisinya di lapangan digantikan oleh Muhamad Arighi. Sayangnya, menurut saya Pelita Jaya belum berada di kondisi terbaik mereka. Bola terlihat lebih monoton dengan banyaknya aksi satu lawan satu. Rotasi mereka juga terbatas hanya dengan sembilan pemain saja. Situasi ini pun dibenarkan oleh kepala pelatih mereka, Rob Beveridge. Menurutnya, tim masih dalam tahap penyesuaian karena tidak semua hadir di saat pemusatan latihan dimulai.
Pun begitu, Rob juga mengungkapkan agar publik tak perlu khawatir. Ini liga yang panjang dan rotasi pemain pasti akan mereka lakukan. Namun, di awal musim di mana mereka harus memiliki standar tinggi, sangat mungkin rotasi pemain akan terbatas di sembilan nama jika mereka belum bisa membuka jarak kemenangan. Langkah yang sangat bisa dimaklumi saat kita semua tahu bersama bahwa Pelita Jaya sedang dalam mode "must win now".
Terakhir tim yang memberikan kesan solid kepada saya dalam pekan pertama adalah Dewa United. Meski permasalahan pertahanan dalam dua musim terakhir belum sepenuhnya terpecahkan (Satria Muda mencetak 92 poin), namun ada peningkatan dari dua musim sebelumnya. Saya melihat peran Pablo Favarel sebagai kepala pelatih mampu memaksimalkan dan mencari kombinasi yang baik dalam mengatasi Satria Muda. Keputusan merekrut Lester Prosper dan Tavario Miller membuat Dewa United fleksibel dalam posisi bigman.
Jordan Adams dan Gelvis Solano yang hadir di posisi backcourt pun menunjukkan bahwa keduanya bisa diandalkan tapi juga bisa menjadi fasilitator. Kehadiran keduanya ini yang membuat Kaleb Gemilang bisa dengan tenang mencari tempat terbuka dan mematikan lawan yang terlalu fokus menjaga pemain asing. Kaleb menghasilkan 18 poin dari 7/12 tembakan. Efektivitas Kaleb ini yang harus diikuti pemain lokal lain Dewa United karena setelah gim pertama ini, saya jamin setiap tim akan coba mematikan Jordan dan Gelvis dengan double team jika mampu.
Tak sabar rasanya melihat IBL 2024 berlanjut ke pekan kedua. IBL 2024 menyisakan RANS Simba Bogor dan Satya Wacana Salatiga sebagai dua tim yang belum bermain. Dengan format pemain asing seperti sekarang, liga ini akan sangat tergantung kepada kemampuan pemain asing. Semakin bagus pemain asingnya, semakin besar juga potensi kemenangan tim tersebut. Mari kita tunggu aksi-aksi selanjutnya!
Foto: Dokumentasi IBL