Dilaporkan Reuters, bahwa pada 1 Desember 2023 waktu Amerika Serikat pemilik Vans, VF Corporation, memberhentikan sekitar 500 karyawan. Perusahaan ini telah berjuang untuk bertahan dalam pasar ritel Amerika Serikat yang sulit, di mana konsumen mulai mengurangi pengeluaran yang tidak penting. Pemutusan hubungan kerja dengan ratusan karyawan bertujuan untuk merestrukturisasi bisnis mereka.
Penjualan produk merek Vans mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. CEO Bracken Darrell yang baru menjabat menegaskan bahwa perusahaan sedang menjalankan program pengurangan biaya skala besar untuk membangun bisnisnya kembali. Di samping itu, pada bulan Oktober, VF Corporation juga mendapat tekanan dari investor yang tergabung dalam Legion Partners Asset Management and Engaged Capital. Para investor ingin perusahaan melakukan pemotongan biaya.
Mungkin jumlahnya terdengar besar, dengan ada sekitar 500 karyawan yang diberhentikan. Tetapi kalau melihat data, pada 1 April 2023, VF Corporation memiliki sekitar 35 ribu karyawan di seluruh dunia. Sementara jumlah 500 orang karyawan ini juga tidak terpusat dalam satu divisi dan wilayah. Sehingga bisa dibilang bahwa pengurangan karyawan ini tidak akan berdampak signifikan.
Vans didirikan oleh Paul Van Doren, James Van Doren, dan Gordon Lee pada 16 Maret 1966. Mereka mendapatkan kejayaannya di era 90-an. Lalu pada 2004, Vans bergabung dengan VF Corporation. Perusahaan ini sudah bergerak di bidang pakaian dan alas kaki sejak 1899. Mereka juga merupakan produsen dari 13 merek ternama lainnya, termasuk Dickies, And1 Lab, JanSport, The North Face, Timberland, dan yang paling baru di tahun 2020 adalah Supreme.
Pertanyaannya, kenapa Vans yang kena imbasnya? Padahal VF Corp punya begitu banyak merek di bawah naungan mereka. Jawabannya ada dalam laporan statista.com. Vans sempat berjaya di tahun 2019, atau sebelum pandemi melanda. Mereka mengalami penurunan tajam di tahun 2021, saat fase kedua pandemi. Pada tahun fiskal 2023, pendapatan global merek Vans mengalami penurunan sebesar 12 persen, setelah mengalami pertumbuhan sebesar 20 persen pada tahun sebelumnya. Meski dalam grafik tersebut, tidak ditunjukkan berapa jumlah pendapatan Vans dari tahun ke tahun. Namun dengan persentase seperti ini, tentunya bisa memahami alasan VF Corp melakukan pengurangan karyawan Vans.
Naiknya pendapatan Vans pada tahun 2022, dipengaruhi oleh rilisan produk VR3, di mana mereka menggunakan 30 persen bahan baku produknya terbuat dari daur ulang atau degeneratif. Banyak yang tertarik dengan kampanye produk yang ramah lingkungan pada saat itu. Tetapi pada tahun 2023, produk-produk tersebut tidak mendapatkan perhatian konsumen. Kembali lagi tentang tren konsumen yang mengurangi pembelian barang-barang "kurang penting", terutama di Amerika Serikat. (*)
Foto: Socalpulse.com