*Artikel ini diunggah untuk kali pertama di Mainbasket.com pada 31 Desember 2017
Komik pertama kali muncul di Indonesia pada era 1930-an. Pada kala itu cerita rakyat dan perjuangan kemerdekaan masih mendominasi komik-komik dalam negeri. Waktu pun terus berlalu, komik Indonesia mulai mendapat gempuran komik asing dari Amerika Serikat dan Jepang pada era 1980-an. Hingga milenium baru, komik-komik itu makin tak terbendung kejayaannya, terutama komik Jepang. Mereka datang dalam berbagai segmen seperti romansa, petualangan, total humor, bahkan olahraga.
Salah satu komik olahraga terbaik, sangat nyata, dan cukup membekas di pikiran saya adalah Slam Dunk.
Slam Dunk adalah komik karangan salah satu komikus kenamaan Jepang, Takehiko Inoue. Ia menulis Slam Dunk atas dasar kecintaannya yang besar terhadap olahraga basket. Karena olahraga itu mulai menarik hatinya saat ia duduk di bangku SMA.
Slam Dunk sebenarnya bukan satu-satunya komik basket yang Inoue tulis. Dalam prosesnya Inoue membuat dua judul lain bertema basket, yakni Buzzer Beater dan Real. Namun, keduanya gagal mendekati kesuksesan Slam Dunk hingga saat ini.
Komik fisik Slam Dunk sendiri menurut data yang dilansir The Japan Times, hingga awal 2017 lalu tercatat telah terjual 157 juta kopi di seluruh dunia. Membuat Slam Dunk dinobatkan sebagai salah satu komik olahraga terlaris di dunia.
Salah satu yang membuat Slam Dunk menjadi sangat digemari dunia adalah jalan ceritanya itu sendiri. Komik ini tidak menghadirkan aksi-aksi heroik sang tokoh utama. Tidak ada pula drama berlebihan dalam ceritanya. Slam Dunk membawa kita kepada proses belajar dan bermain basket yang nyata, bahkan beberapa pembaca mulai belajar bermain basket setelah membaca komik ini.
Tokoh utama cerita ini adalah Hanamichi Sakuragi, seorang berandalan di SMA Shohoku yang jatuh cinta kepada seorang gadis penggemar basket. Gadis ini adalah Haruko Akagi, adik dari kapten tim basket Shohoku, Takenori Akagi. Singkat cerita Sakuragi yang bertinggi badan 189,2 sentimeter diajak bergabung oleh Haruko ke dalam tim basket. Sakuragi pun menyanggupi permintaan Haruko meski pun ia sama sekali belum pernah bermain basket.
Dari situlah cerita perjalanan basket Sakuragi dimulai. Meskipun dengan sedikit paksaan, Sakuragi makin menikmati basket seiring berjalannya waktu. Ia juga merasa tertantang untuk mengalahkan idola basket Shohoku kala itu yang seumuran dengannya, yakni Kaede Rukawa.
Dalam sepuluh seri awal, kita akan disuguhi cerita Sakuragi melakukan latihan dasar permainan basket. Inoue secara tidak langsung menyelipkan pesan betapa pentingnya teknik dasar dalam sebuah permainan basket. Dribble atau melantun bola adalah latihan pertama Sakuragi yang lantas dilanjutkan dengan latihan layup serta memberikan umpan. Semua tata cara melakukan latihan tersebut pun dijelaskan secara gamblang dan jelas oleh Inoue.
Singkat cerita, Sakuragi berhasil menembus skuat utama Shohoku yang berisi Ryota Miyagi sebagai point guard, Hisashi Mitsuii sebagai shooting guard, Kaede Rukawa sebagi small forward, dan Takenori Akagi, kapten sekaligus center Shohoku.
Shohoku sendiri diceritakan sebagai tim nonunggulan yang tidak punya tradisi kuat dalam basket dan berupaya menembus kejuaraan nasional Jepang dengan skuat mereka kala itu. Bersama dengan kepala pelatih, Mitsuyoshi Anzai atau yang akrab disapa Anzai-Sensei, Shohoku dan Sakuragi meningkatkan kemampuan mereka.
Meski gagal menang melawan SMA Kainan, Shohoku berhasil mengalahkan SMA Ryonan untuk menjadi perwakilan regional tim basket dari provinsi Kanagawa. Mereka lantas melaju ke jenjang nasional untuk pertama kali dalam sejarah sekolah.
Turnamen nasional diceritakan berlangsung dalam sistem gugur. Lawan pertama Shohoku adalah SMA Toyotama dari Osaka. Shohoku yang tampil grogi di awal laga mampu bangkit dan memenangi pertandingan hingga lanjut ke babak selanjutnya
Di babak selanjutnya, Shohoku harus berhadapan dengan juara nasional tahun sebelumnya, yakni SMA Sannoh Kougyou dari Akita. Pertandingan berjalan seru diwarnai berbagai aksi termasuk aksi Sakuragi yang sudah mampu melakukan tembakan jarak menengah. Pertandingan ini dimenangi Shohoku dengan susah payah melalui tembakan saat bel berbunyi oleh Sakuragi. Hasil umpan dari musuh bebuyutan sekaligus rekan setimnya, Rukawa.
Mengejutkan, itu adalah aksi terakhir bagi tim Shohoku dan Sakuragi di dalam komik. Laga selanjutnya tidak digambarkan oleh Inoue, hanya berupa tulisan bahwa Shohoku kalah dan harus gugur dari turnamen. Lalu, para pemain dari Shohoku melanjutkan hidup mereka dengan pilihan masing-masing.
Komik ini tidak menyajikan euforia juara dari sang tokoh utama. Komik ini menyajikan bagaimana kita menghargai sebuah proses untuk berkembang lebih baik. Kita juga akan terbawa emosi di beberapa segmen melihat bagaimana perjuangan Sakuragi dkk. Melatih diri supaya lebih baik.
Sekali lagi, Inoue menyajikan cerita tentang medioker bukan superstar. Ia juga berhasil menjalin koneksi dekat antara tokoh utama dengan pembaca. Saat Sakuragi berhasil memasukkan layup pertamanya, para pembaca juga merasakan kegembiraan yang sama. Begitu pula saat pertandingan berjalan ketat, intensitas itu terbawa langsung ke dalam diri pembaca.
Slam Dunk juga membuat pembaca selalu penasaran bagaimana pertandingan berlangsung. Bukan bagaimana pertandingan berakhir. Inoue menunjukkan bagaimana satu tim bisa menang ataupun kalah dengan cara yang sangat nyata dan mudah dicerna. Tidak lupa ia juga menyelipkan beberapa info tentang basket dalam bentuk gambar-gambar lucu yang dinamai Dr. T.
Tidak hanya dalam bentuk fisik, cerita ini juga lantas dituangkan pada beberapa sesi film dan juga video animasi. Bagi anda yang berusaha mendapatkan bentuk fisik komik Slam Dunk untuk sekarang, mungkin, akan butuh kerja keras. Tapi untuk seri daring ataupun video mungkin jauh lebih mudah.
Menetapkan komik ini sebagai komik basket terbaik yang pernah ada mungkin masih bisa diperdebatkan. Namun, menjadikan Slam Dunk sebagai sebuah komik yang menyajikan basket secara nyata di hati dan pikiran para pembaca adalah mutlak adanya.
Selamat menikmati Slam Dunk, kawan-kawan!
Foto: Zerochan