Jumat, 17 November 2023, saya kira akan berlalu begitu saja. Ternyata saya salah. Hari ini, berlalu dengan sangat luar biasa.
Saya tak menyangka, Indonesia Arena akan menjadi tempat yang magis di hari itu. Saya tak menyangka, bahwa final antarpelajar SMA di Jakarta bisa menjadi sebuah tontonan yang luar biasa, dramatis, emosional, dan menyenangkan untuk 12.000 orang yang hadir di sana. Belum lagi, ratusan ribu layar yang juga turut menyalurkan seluruh rasa campur-aduk yang tersaji sepanjang sore hingga jelang tengah malam itu.
Ya, saya menjadi salah satu saksi mata di mana Final Honda DBL with Kopi Good Day 2023 DKI Jakart Series menyihir ribuan orang di sepanjang hari itu. Rangkaian acara dimulai sejak sore hari, sekitar pukul 15.00. Antrean penonton yang ingin menyaksikan final di sektor putri terlihat mulai mengular. Mengingat ini adalah hari Jumat, hari kerja, pemandangan ini saya rasa cukup luar biasa.
Kekaguman saya tak berhenti di situ. Dua finalis, SMA Jubilee Jakarta dan SMAN 70 Jakarta datang menggunakan bus. Setelah saya tanyakan, bus ini ternyata disediakan oleh DBL sendiri. Bus ini menjemput kedua tim dari sekolah masing-masing menuju Indonesia Arena. Sesampainya di Indonesia Arena, mereka sudah disambut oleh beberapa kamera dari DBL yang memang ditugaskan untuk mengabadikan momen ini menjadi bentuk foto ataupun video. Nuansa yang sangat profesional!.
Mereka datang dengan menggunakan jersei latihan masing-masing. Saya pribadi sih berharap mungkin di sini setiap pemain bisa menggunakan setelan favorit mereka masing-masing ya, biar OOTD gitu lah. Akan tetapi, dengan perlakuan ini saja sejatinya sudah membuat saya merasa,"Ini bukan pertandingan biasa." Oh iya, kebetulan di sini saya membantu sebagai komentator, jadi saya mendapatkan sajian yang kurang lebih sama dengan penonton layar kaca. Meski saya dibekali kertas rundown acara, saya tak menyangka eksekusi tim DBL akan seperti ini. Sekali lagi, luar biasa untuk mereka.
(Baca juga: Indonesia Arena yang Melengkapi Kultur Basket Jakarta)
Setelah kedatangan, pemain langsung menuju ruang ganti. Di sini lebih tidak masuk akal lagi. Masalah setelan jersei digantung dalam kondisi siap sudah tak lagi memukau saya. Yang menarik perhatian saya adalah stiker Final Honda DBL with Kopi Good Day 2023 DKI Jakarta Series yang tertempel di tengah ruang ganti dan nama masing-masing pemain yang sudah menempel di atas rak baju.
Bergerak ke lapangan, video perjalanan kedua tim mulai ditampilkan. Diiringi dengan beberapa narasi tentang pertemuan kembali keduanya di partai puncak seperti musim lalu menambah panas atmosfer Indonesia Arena meski pendingin ruangan di sini juga sangat luar biasa. Saat semua menanti pemain untuk keluar, sebuah gerbang dengan panel LED di belakang ring sebelah kanan layar menyala terang.
Ternyata, setiap pemain keluar dari sana. Video mereka bergaya saat nama dipanggil, lengkap dengan "nomor punggung baru" (jersei final selalu khusus dari DBL bukan jersei tim) mereka muncul di sana. Bersamaan dengan kemunculan mereka, alunan musik menghentak tapi mengalir keluar dari home band yang juga ada di atas panggung membuat para pemain juga semakin menyatu dengan persiapan pertandingan.
Sampai sini semua terasa luar biasa menyenangkan. Lantas, setelah melakukan pemanasan, "Indonesia Raya" berkumandang. Selalu, setiap prosesi ini, semua berubah menjadi lebih sakral. "Indonesia Raya" di DBL juga berarti pertanda pertarungan akan dimulai.
Untuk saya, laga putri berjalan dengan pergeseran momentum yang sangat besar. Jubilee mengambil alih inisiatif serangan di awal laga saat SMAN 70 belum mendapatkan ritme mereka. Namun, itu tak berlangsung lama, Mengejar gelar juara ketiga beruntun, anak-anak Bulungan (SMAN 70) tahu betul apa yang harus mereka lakukan. Di bawah komando Keira Hadinoto yang memainkan musim DBL terakhirnya, Bulungan berhasil mengontrol laga di akhir kuarter tiga hingga menang dengan skor 54-43.
Keira memang luar biasa. Gelar MVP menjadi buktinya. Namun, Keira tentu tak bisa memenangkan laga ini sendiri. Bantuan dari Kayla Imani, Deidra Gweneza, Asyhila Putri, dan Shinta Nugroho, gelar ketiga beruntun tak akan berada di tangan Bulungan. Selamat untuk Bulungan atas gelar ini!.
Jarak antara gim final putri ke gim final putra ada sekitar dua jam. Di sini DBL Indonesia menunjukkan keunggulan mereka. Kemasan non-stop entertainment membuat semua orang terus nyaman untuk tinggal di tempat duduk mereka dan menantukan gim final putra.
Ada Rizky Febian, penyanyi yang jadi penampil utama di malam ini. Kemudia rangkaian acara lain yang tak kalah seru menyusul. Pengumuman First and Second Team yang berangkat ke DBL Camp untuk menjadi DBL All Star juga ada di sini. Lalu acara Pond's Men 3X3 yang mengundang pesohor dan beberapa pemain profesional.
Aksi lima tim dance terbaik DBL Jakarta yang menyingkirkan ratusan tim dance lainnya sebelumnya. Tak lupa ada aksi amal untuk memberikan bantuan kepada tim basket kursi roda, Jakarta Swift, dan kemenangan besar Augie Fantinus yang mendapatkan satu unit sepeda motor usai memasukkan tembakan dari tengah lapangan membuat suasana terus terjaga meriah.
Sampai di final putra. Tayangan video di jumbotron dan di lapangan yang disulap menjadi sebuah layar lebar oleh tim DBL membuat aroma persaingan semakin kuat tercium. Sekali lagi, para pemain muncul dari gerbang menyala di atas panggung dengan percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri ini yang membuat publik sulit menebak siapa yang akan memenangkan gim ini, siapa yang secara aklamasi akan menjadi penguasa Jakarta, SMA Bukit Sion atau Sang Juara Bertahan, SMA Jubilee.
Azrul Ananda, founder dan CEO DBL Indonesia menyapa publik tepat sebelum "Indonesia Raya" berkumandang. Pidato kecilnya membuat suasana jelang final semakin mendebarkan. Baik pendukung Buksi (Bukit Sion) ataupun Jubilee percaya bahwa mereka yang pantas mengangkat juara dan tersenyum bahagia di akhir hari.
Benar saja, kedua tim langsung berusaha mengambil inisiatif permainan dengan gaya masing-masing. Jubilee terlihat kesulitan menemukan akurasi mereka saat Buksi terus menggempur dengan berbagai macam pola permainan mereka dengan berbagai macam komposisi mereka.
Paruh pertama benar-benar ada di bawah penguasaan Buksi, utamanya oleh pemain tahun pertama bernama Efrael Yerusyalom yang luar biasa. Efrael menari-nari di hadapan para pemain Jubilee, "menerkam" mereka satu demi satu untuk menjaga Buksi tetap di atas Jubilee. Efrael bahkan menutup paruh pertama dengan tripoin buzzer beater yang membuat Indonesia Arena bergemuruh kencang.
Kuarter keitga, Jubilee menunjukkan perubahan nyata. Pertahanan mereka jauh lebih agresif. Meski akhirnya Efrael kembali membuat Indonesia Arena berteriak setelah buzzer beater dari tengah lapangan, Jubilee mulai mencuri momentum. Momentum ini yang tak bisa diubah oleh Buksi di kuarter terakhir. Angka mereka mampet di 46 selama hampir empat menit. Sebaliknya, selama waktu yang sama itu, Jubilee melau (11-0), membuat mereka berbalik unggul 2 poin dari ketinggalan 9 poin.
Di sisa dua menit gim, kedua tim saling beradu mengambil keunggulan. Di titik ini, saya pribadi ingin memberi kredit kepada Jubilee yang bertahan dengan baik dan rapi. Kredit khusus juga untuk Hosea Yedija yang berhasil menempel ketat Efrael yang di 30 menit pertama mencetak 20 poin dan akhirnya tak mencetak satupun poin di kuarter empat. Hingga akhirnya di sisa belasan detik, Kanara Haady Pasha berhasil mendapatkan offensive rebound dan melakukan putback dan mendapatkan foul. Indonesia Arena riuh luar biasa.
Situasi ini membuat Jubilee unggul satu poin, 53-52. Kanara gagal memasukkan satu tembakan gratisnya dan bola pun menjadi hidup, tanpa timeout. Bola diambil oleh Buksi dan jelas diberikan kepada Efrael. Efrael tidak melakukan banyak kesalahan di situasi ini keucali pertahanan Hosea yang gigih akhirnya membuat bola lepas dan Jubilee memastikan kemenangan.
Seisi Indonesia Arena pecah di titik ini, menyusul dengan teriakan mereka, para pemain Jubilee berhamburan di lapangan merayakan kemenangan mereka saat pemain Buksi tertenduk lesu tak bergerak di posisi mereka. Menang atau kalah, satu hal yang pasti di basket yang tak mungkin terhindarkan, bahkan oleh DBL yang selama ini selalu menunjukkan bisa melakukan segalanya.
Tangis kecewa ada di kiri layar saat tangis bahagia ada di sisi sebaliknya. Indonesia Arena jadi saksinya. Dua tim SMA, beradu sampai titik darah penghabisan untuk mencetak sejarah sebagai tim putra pertama yang mengangkat trofi juara di rumah basket termegah Indonesia.
Sebuah akhir cerita yang luar biasa. Mencuri bahasa anak sekarang, semesta seolah mendukung bahwa Jumat, 17 November 2023 adalah hari yang bersejarah dan harus ditutup dengan cara yang menguras emosi, penuh drama yang istimewa. What a magical night in Indonesia Arena adalah kalimat yang menggambarkan pikiran saya di malam itu.
Semua seolah berjalan beriringan dengan baik, dari awal, sampai akhir. Alur masuk-keluar penonton yang rapi, tenant makanan yang mumpuni, hiburan yang presisi (tidak kurang tidak lebih), dan ditutup dengan gim yang menguras emosi.
Untuk saya, malam ini tak hanya menghadirkan magis, melainkan juga pikiran realistis. Berkali-kali DBL Indonesia menunjukkan bahwa semuanya mungkin terjadi, anything is possible. Sejak 2004 berdiri, entah berapa banyak tantangan mereka lewati untuk akhirnya kembali mengukir sejarah di Indonesia Arena. Oh iya, final ini dipastikan sebagai laga basket skala nasional dengan jumlah penonton langsung terbanyak sepanjang sejarah dengan 12 ribu penonton.
(Baca juga: DBL All Star di Chicago!)
Ini adalah gebrakan kedua DBL Indonesia di tahun 2023 ini. Sebelumnya, Juli lalu, DBL untuk kali pertama membawa tim DBL All Star ke Chicago. Di sana, beberapa pemain untuk kali pertama mendapatkan tawaran beasiswa di sana. Meski akhirnya tidak ada yang merealisasikan hal tersebut, ini adalah langkah besar bahwa pemain Indonesia bisa bersaing di sana, di level SMA ini. Sekali lagi anything is possible.
Terakhir, menutup sebuah kisah hari yang magis di Indonesia Arena, izinkan saya mengucap harap. Semoga, apa yang dilakukan DBL Indonesia sejauh ini, utamanya di Jumat, 17 November 2023, mampu menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Untuk saya, utamanya kepada para pelatih dan pemain muda di luar sana untuk terus menadi lebih baik di peran masing-masing. Pun demikian dengan pelaku dan insan basket, untuk terus menerobos batas demi memajukan diri dan membantu basket Indonesia. Targetnya masih jelas, coba mengejar lolos ke Olimpiade 2036 nanti!
Foto: DBL Indonesia