Di balik sukses timnas Jerman menjadi juara di Piala Dunia 2023, ternyata ada kisah sedihnya. Di Jerman, bola basket bukan olahraga dengan dana paling besar dari pemerintah. Mereka ada di peringkat ke-26 dalam peringkat anggaran olahraga negaranya. Hal inilah yang diprotes oleh Federasi Bola Basket Jerman.
Sehari setelah kemenangan yang membawa Jerman meraih medali emas Piala Dunia untuk pertama kalinya, presiden federasi, Ingo Weiss, mengkritik keras sistem PotAS (Sistem Analisis Potensial) yang digunakan untuk menentukan pendanaan bagi organisasi olahraga di negara tersebut.
Sistem PotAS yang diterapkan di Jerman, digunakan untuk menganalisis infrastruktur dan peluang setiap federasi olahraga untuk membawa pulang medali di kejuaraan olahraga dunia. Pemeringkatan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan pendanaan yang didapat setiap federasi. Ternyata bola basket di Jerman, anggarannya tidak semewah yang dibayangkan.
Dikutip dari Basketnews.com, atletik menempati posisi pertama dari sistem PotAS dengan peluang mendapatkan medali sebesar 80,73 persen. Diikuti tenis meja (80,4 persen), berkuda (79,4 persen), kano (78,7 persen), dan triatlon (76,94 persen). Faktanya, bola basket ada peringkat ke-26 dengan persentase mendapatkan medali di kejuaraan dunia sebesar 46,9 persen. Persentase ini jauh lebih kecil dibandingkan anggar, taekwondo, senam, dan golf.
Tetapi bola basket membuat semua hitung-hitungan ini salah. Timnas Jerman menampilkan bola basket ofensif yang indah di Piala Dunia FIBA 2023 dan meraih medali emas, mengalahkan Tim AS dalam prosesnya. "Sistem PotAS tidak mengakui eksistensi kami. Setiap tahun kami harus mencari 250 ribu euro untuk menutup kerugian biaya," ujar Weiss.
Padahal timnas bola basket Jerman mendapatkan medali perunggu EuroBasket pada tahun 2022, dan meraih medali emas Piala Dunia FIBA 2023. Dari sektor putri, mereka menempati posisi ke-6 di EuroBasket 2023, yang jadi prestasi terbaik sejak 1997.
"Bagi saya, sistem seperti ini tidak jelas. Sebuah lembaga menentukan anggaran sebuah federasi berdasarkan persentasi, dan menganggap kami tidak punya potensi juara," keluh Weiss. "Apa yang terjadi sekarang adalah pembuktian kami. Bahwa kami bisa berprestasi."
Presiden Federasi Bola Basket Jerman Ingo Weiss berani mengkritik sistem PotAS, karena mereka melihat ketimpangan dalam anggaran. Tetapi kenyataannya, olahraga dengan anggaran terbesar, malah kurang berprestasi. Atletik Jerman tidak membawa satu medali pun dari Kejuaraan Dunia yang baru saja digelar. Atlet lempar lembing Julian Weber yang menjadi andalah hanya menempati posisi keempat. (*)
Foto: Munstersche Zeitung