Insiden pengaturan pertandingan (skor) atau match fixing oleh sekelompok pemain dan ofisial Siliwangi tentu masih menjadi buah bibir banyak orang. Apalagi kasus tersebut sampai saat ini kabarnya masih terus diselidiki. Sepertinya akan ada banyak nama lain yang terlibat, tetapi entah siapa gerangan. Publik agaknya memang belum boleh tahu tentang hal itu, sehingga kasus tersebut menuai banyak kritik dan pertanyaan-pertanyaan seputar: siapa dalang di balik pengaturan skor?
Mainbasket beberapa kali memuat kabar tentang manipulasi pertandingan itu, dari mewawancarai pihak Perbasi sampai mengulas sistem pengaturan skor yang selama ini terjadi. Sebagian orang pun sampai memberikan pandangannya terkait kasus itu, baik awam maupun yang benar-benar paham. Linimasa seperti Instagram bahkan ramai akan perbincangan.
(Baca: Mencoba Menyibak Cara dan Sistem Pengaturan Skor di Basket Indonesia)
Dari sekian banyak orang yang ikut komentar, muncul akun @metsfiksing. Ia merupakan salah satu “akun rahasia”—begitu cara menyebutnya jika tidak ingin memanggilnya akun bodong—yang cukup vokal mengeluarkan pendapatnya. Komentar-komentar dari akun itu pula yang banyak ditunggu orang di media sosial berbagi foto dan video tersebut. Ia ditunggu bukan hanya karena komentar-komentarnya yang masuk akal, tetapi juga karena kandungan informasinya yang rasanya terlalu banyak tahu, bahkan mungkin mendekati kebenaran. Silakan menilai sendiri.
Jauh sebelum muncul @metsfiksing, Mainbasket pernah memuat komentar-komentar @insideibl di majalah. Akun rahasia satu itu cukup vokal dalam memberikan pendapat tentang Dior Lowhorn yang dilarang bermain oleh IBL. Pendapat-pendapatnya terlalu bernas bagi sebuah akun bodong.
Munculnya fenomena akun rahasia itu tentu menuai perdebatan pula. Ada yang senang dengan kemunculan mereka, ada juga yang meminta mereka menunjukkan identitas aslinya sebelum berkomentar. Padahal masalahnya tidak sesederhana itu. Karena, misalnya, dalam kasus pengaturan skor, memberikan pendapat sebernas itu dengan identitas asli tentu sangat sensitif.
Pertanyaannya: salahkah mereka menggunakan akun rahasia?
Fenomena akun rahasia sebenarnya bukan sekali-dua kali ini terjadi. Beberapa kisah fiksi superhero seperti Batman sudah menampilkannya sejak lama. Film itu menunjukkan bagaimana Bruce Wayne bersembunyi dalam sebuah topeng dan jubah ala kelelewar untuk menyamarkan identitas aslinya.
Dalam film (dan komik) itu, Bruce Wayne sebenarnya adalah seorang pria kaya raya. Namun, dalam banyak kesempatan, ia justru lebih sering muncul sebagai kelelawar yang memiliki aktivitas "bawah tanah". Aktivitas itu, misalnya, penyelidikan kasus-kasus kejahatan dan pemberantasan sampah masyarakat. Sebuah kegiatan yang ia anggap benar.
Ya, namanya juga superhero.
Bruce Wayne alias Batman bukan satu-satunya superhero yang melakukan itu. Spiderman (Peter Parker), Superman (Clark Kent), bahkan Panji Manusia Milenium dan Saras 008 pun menyembunyikan identitasnya. Banyak superhero enggan menampilkan dirinya sendiri karena itu akan mengancam kehidupan pribadinya, mungkin juga keluarganya. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi andai mereka membuka topengnya. Maklum, mereka, kan, punya banyak musuh.
Dalam kehidupan nyata, fenomena akun rahasia juga pernah terjadi. Terkenal sebagai Bapak Pers Indonesia, Raden Mas Tirto Adhi Suryo, merupakan pengguna nama samaran ketika menulis artikelnya di media massa. Perintis persuratkabaran dan kewartawanan ini sering menggunakan singkatan T.A.S dalam setiap tulisannya.
Karakter Tirto yang suka mengkritik pemerintah kolonial Belanda tentu saja mengancam kehidupannya. Dalam cerita-cerita tentang Tirto, ia bahkan sampai berkali-kali diasingkan karena terlalu vokal membentuk opini publik. Akan tetapi, bagaimanapun publik memang berhak tahu dan Tirto berhak mencerdaskan kehidupan bangsa, meski identitasnya harus disingkat-singkat.
Pada zaman yang jauh lebih modern, sekelompok hacker bernama Anonymous pernah menggemparkan dunia. Mereka menyebut diri sebagai aktivis—atau lebih tepatnya “hacktivis”—dengan kegiatan seputar menentang pemerintah dunia yang terlalu membatasi masyarakatnya dalam berinternet. Mereka juga menolak keterlibatan pemerintah dalam mengawasi masyarakat lewat media daring. Ciri khas mereka adalah topeng Guy Fawkes atau dikenal juga dengan sebutan"V" dari komik dan film V for Vendetta. Pada 2011, Time sampai memasukan Anonimous ke dalam deretan orang-orang berpengaruh di seluruh dunia.
Itulah sejumlah kisah identitas rahasia yang pernah ada, baik fiksi maupun dalam konteks kehidupan nyata. Semoga sedikit kisah di atas bisa memberikan gambaran betapa identitas kadang kala memang perlu dirahasiakan. Apalagi menyangkut stabilitas kehidupan pribadi.
Dengan demikian, kembali kepada pertanyaan tentang @metsfiksing dan @insideibl: salahkah mereka menggunakan akun rahasia?
Tentu jawabannya sudah Anda ketahui. Toh, siapa tahu dengan kerahasiaannya, akun-akun yang dianggap bodong itu bisa memberikan perubahan untuk bola basket Indonesia. Siapa tahu? Mari kembali menyimak komentar-komentar akun rahasia dengan bijaksana.
Foto: CNBC, DC Comics