Dahulu kala, tepatnya pada 2002 silam, tersebutlah seorang pria bernama Matt Barnes. Grizzlies, sebuah klub NBA yang berpusat di Memphis, Tennessee, Amerika Serikat, memilihnya dalam NBA Draft di urutan ke-42 ronde kedua. Namun, mereka langsung menukarnya ke Cleveland Cavaliers, tim yang mengirimnya ke Fayetteville Patriots di D-League (sekarang G-League) sebelum musim 2003-2004 dimulai. Sehingga ia tidak berhasil bermain di NBA pada tahun itu, tetapi bisa bermain di liga kasta bawah.
Setahun berselang, Barnes bermain di Long Beach Jam di ABA bersama Dennis Rodman. Di sana ia berhasil keluar sebagai juara, sehingga L.A. Clippers tertarik meminangnya. Maka, ia pun menandatangani kontrak dengan tim NBA asal Los Angeles itu di tengah musim.
Tidak lama sejak itu, Barnes pindah ke Sacramento Kings. Ia bermain di sana selama hampir satu musim sebelum akhirnya melawat ke Philadelphia 76ers di musim yang sama. Sayangnya, Sixers merasa tidak cocok dengannya. Apalagi saat itu ia sedang mengalami cedera sehingga tim asal Philladelphia itu harus melepasnya.
Dalam situasi bebas transfer, Barnes kemudian menandatangani kontrak dengan New York Knicks pada Oktober 2005. Ia sempat bermain di enam laga sebelum akhirnya Knicks melepasnya. Kesempatan itu kemudian dimanfaatkan Sixers yang meminangnya kembali untuk mengarungi musim 2005-2006.
Hanya sebentar, Barnes kemudian pindah ke Golden State Warriors di musim berikutnya. Ia bermain selama dua tahun sebelum akhirnya pindah lagi Phoenix Suns. Di sana ia bermain bersama Steve Nash yang masih aktif bermain.
Hari-hari pun berlanjut, musim berganti, Barnes berganti kostum lagi. Setelah tampil bersama Suns, kini ia melanjutkan karir dengan tim barunya: Orlando Magic. Di sana ia bermain selama satu musim saja.
Pada 2010, Barnes pernah ditangkap karena dugaan kasus penganiayaan terhadap bekas istrinya, Gloria Govan (mereka bercerai pada 2014). Ia juga pernah ditangkap pada 2012 lantaran mengemudi dengan surat izin yang mati dan mengancam polisi. Itu belum dihitung dengan insiden perkelahian di sebuah klub malam dan pertengkarannya dengan Derek Fisher karena mengencani bekas istrinya. Ia juga terkenal sebagai anak nakal di lapangan yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan pertandingan.
Di sisi lain, meski pun terkenal dengan persona itu, Barnes ternyata memiliki kedermawanan. Seperti ditulis ESPN, pria nomaden ini memiliki sebuah yayasan yang fokus membantu mengumpulkan uang untuk penderita kanker. Ia mengatakan bahwa ia bekerja sama dengan UCLA menggalang dana untuk pasien yang ingin kuliah. Maka, lupakan saja tentang keburukannya, karena kali ini Barnes terbang kembali ke Los Angeles. Ia hendak bermain dengan salah satu tim di sana. Kali ini bukan bersama Clippers melainkan Lakers.
Barnes bermain bersama Lakers selama dua musim. Setelah itu, pria nomaden ini bergeser tempat lagi. Ia kembali bergabung ke tim pertamanya bermain di NBA, Clippers, pada 2012. Ia bermain di sana selama tiga musim, tahun terlamanya di suatu tim.
Pada musim 2015-2016, Barnes merantau ke Memphis. Di sana ia bermain untuk Grizzlies selama satu musim sebelum—lagi-lagi—pindah tim. Ia kembali ke Sacramento Kings untuk bermain di sana selama satu musim.
Pada 2017, akhirnya Barnes kembali ke Golden State Warriors. Ia bergabung bersama Stephen Curry dkk. dan berhasil melaju ke final NBA untuk menantang Cavaliers. Pada akhirnya, ia pun sukses menyabet gelar juara dan mendapat cincin yang bisa ia banggakan seumur hidupnya. Ia menerima cincin itu pada November 2017 lalu. Kebetulan saat itu ia sedang memperingati 10 tahun wafatnya Sang Ibunda.
Setelah sukses meraih gelar juara, Barnes memang tidak terlihat lagi di lapangan. Hari ini, Selasa 12 Desember 2017, ia ternyata memutuskan pensiun lewat unggahannya di Instagram. Ia mengakhiri 15 tahun perjalananya di basket profesional.
Selama karinya, Barnes telah bermain dengan 9 tim dalam 929 pertandingan. Ia membukukan rata 8.2 poin, 4.6 rebound, dan 1.8 asis. Beruntung, ia menghiasi statistik itu dengan cincin juara.
Selamat tinggal, Anak Nakal!
Foto: SB Nation, Yahoo! Sports