Sejak memutuskan hubungan dengan rapper Ye (Kanye West), pada bulan Oktober 2022 karena kasus anti-Semit, sepatu adidas Yeezy yang dulu populer kini menumpuk di gudang. Awalnya mereka berencana untuk menyumbangkan produk ini, dengan alasan reputasi. Namun melihat neraca keuangan, pihak adidas membatalkan rencana tersebut. Mereka mungkin akan menjual sisa produk di gudang untuk mengurangi kerugian. 

Foto: New York Post

Tujuh bulan setelah adidas memutuskan hubungan dengan Ye, perusahaan ini direpotkan dengan kotak-kotak sepatu Yeezy yang dulu populer, sekarang menumpuk di gudang. CEO adidas Bjorn Gulden, yang telah berpikir keras selama berbulan-bulan, untuk menentukan apa yang harus dilakukan dengan persediaan Yeezy yang menumpuk. Akhirnya, diberitakan Bloomberg pada hari Kamis (11/5), adidas akan menjual sisa Yeezy tersebut. 

Gulden mengklarifikasi bahwa "membakar" persediaan bukanlah solusi yang tepat. Dalam hal ini adalah menyumbangkan atau membuang persediaan, yang justru tidak akan membantu perusahaan. Dia menambahkan bahwa adidas telah berbicara dengan banyak organisasi nirlaba yang setuju dengan keputusan tersebut. Gulden sebelumnya mengatakan akan membakar atau menyumbangkan sisa persediaan Yeezy, pada bulan Maret lalu. Namun keputusan ini direvisi setelah melihat neraca keuangan. 

Foto: adidas.com

adidas mengalami kesulitan setelah kehilangan Yeezy. Namun bukan hanya itu permasalahannya. Penjualan adidas tahun ini dilaporkan turun 20 persen di Amerika bagian Utara, tidak termasuk Yeezy. Sementara, Yeezy yang tidak terjual di gudang senilai 1,3 miliar miliar dolar Amerika. Jadi, kalau mereka menjual sisa produk Yeezy, maka bisa memangkas kerugian yang dialami adidas. 

"Apa yang kami coba lakukan adalah menjual sebagian dari barang-barang ini dan kemudian menyumbang sebagian. Ini bisa membantu kami yang mengalami kerugian oleh pernyataan Kanye," kata Gulden, dikutip dari Bloomberg. "Belum jelas kapan kami akan melakukan itu dan bagaimana kami akan melakukannya, tetapi kami sedang melakukan persiapan. 

Sementara itu, Bjorn Gulden juga mengatakan kepada Associated Press bahwa adidas mengalami kerugian sebesar 441 juta dolar Amerika pada awal tahun 2023. Gulden menegaskan bahwa tahun 2023 akan sangat mengecewakan bagi perusahaan. Namun ini bisa jadi tahun transisi untuk membangun dasar yang kuat untuk 2024 dan seterusnya. (*)

Foto: New York Post

Komentar