Indonesian Baskteball League (IBL) 2023 baru saja mengakhiri perjalanan di Seri 4 Solo. Total akan ada delapan seri penyelenggaraan yang digelar di musim 2023 ini. Artinya, sudah separuh perjalanan ditempuh oleh tim-tim IBL. Secara jumlah gim pun, hanya ada empat tim yang baru bermain 14 kali. Sisanya, sudah bermain 15 dan 16 kali, atau tepat separuh dari total 30 gim yang akan dimainkan oleh seluruh tim.
Dari sini, Mainbasket akan merangkum performa tengah musim seluruh tim yang ada. Tidak sekadar mengenai menang kalah mereka, melainkan juga tentang apa kekurangan terbesar tim ini dan apa yang sebaiknya mereka lakukan untuk paruh kedua. Berikut ulasan mereka diurutkan berdasarkan peringkat dari bawah ke atas.
Satya Wacana Salatiga
Rekor: (1-14)
Bingung adalah kata yang tepat untuk menggambarkan Satya Wacana. Saya sendiri tak mengira mereka babak-belur seperti ini mengingat performa mereka di Indonesia Cup terbilang cukup bagus. Semua pemain mereka tak memenuhi harapan, semua. Terlebih lagi pemain asing mereka, Mervyn Lindsay II yang tak bisa dilihat.
Biasanya, jika sistem tak bisa berjalan, pemain asing kerap mengambil bola untuk dirinya sendiri, berkreasi sendiri, "maruk" sendiri. Mervyn justru sebaliknya. Ia tak berniat terlibat dalam permainan basket. Ada gim-gim di mana ia bahkan tak melepaskan tembakan.
Secara sistem, memang Satya Wacana belum menemukan formula terbaiknya. Kehadiran Calvin Biyantaka memang memberikan kecepatan, tapi pemain lain tak sanggup mengimbangi kecepatan ini. Secara tembakan jarak jauh, opsi terbatas di Febrianus Khiandhio.
Hengky Lakay dan Randy Prasetya memang menjanjkan, tapi bergantung kepada keduanya yang tak punya banyak "jurus" untuk menyerang ya sebuah keputusan yang tidak tepat. Dari bangku cadangan, benar-benar tidak ada yang bisa diharapkan selain Maikel Baliba. Maikel sendiri cedera sejak Seri 1 Bali dan baru mulai bermain di Seri 4 lalu. Mengoptimalkan Maikel mungkin bisa jadi jawaban terbaik Satya Wacana untuk bertarung di paruh kedua IBL 2023.
Elang Pacific Caesar Surabaya
Rekor: (2-13)
Jika Satya Wacana kebingungan, Pacific justru membosankan. Semua tim di liga (kecuali Satya Wacana) sudah tahu bahwa Pacific akan menyajikan dua sistem bertahan saja, zona 2-3 atau full court press. Dua hal ini pun tidak dijalankan dengan disiplin yang tinggi, jadi ya lawan-lawan yang berhadapan dengan Pacific pun bisa leluasa mengacaukan pertahanan mereka. Serupa dengan pertahanan mereka, serangannya pun monoton. Kasih bola ke Morakinyo Williams di bawah ring atau menembak dari tripoin.
Sejatinya, gaya serangan ini sangat masuk akal dilakukan dewasa ini. Namun, harusnya diimbangi dengan akurasi yang mumpuni. Akurasi tripoin pemain Indonesia yang masih di situ-situ saja membuat pilihan mematikan Kinyo di bawah ring lebih menjadi prioritas lawan. Di lain sisi, kehadiran Chris Barnes yang datang menggantikan Khapri Alston juga tak dimanfaatkan dengan baik. Dari gaya bermainnya saja, sejatinya kita bisa lihat bahwa Barnes adalah pemain yang solid. Namun, fakta bahwa ia hanya bermain di bawah 15 menit per gim membuatnya pun jadi tak ada artinya.
Tangerang Hawks
Rekor: (3-11)
Saya menempatkan Tangerang Hawks, Mountain Gold Timika, dan Evos Thunder Bogor di nafas yang kurang lebih sama. Dua tim yang baru memasuki musim keduanya di liga profesional dan satu tim yang baru mengalami perubahan manajemen. Hakws sejatinya sudah berkembang cukup baik di musim keduanya.
Antonius Joko Endratmo yang baru menjalankan musim pertamanya sebagai kepala pelatih sebenarnya sudah menerapkan pakem yang jelas, Ia ingin banyak pergerakan bola dinamis dan itu sudah ditunjukkan dengan baik oleh para pemain di lapangan.
Masalah terbesar Hawks adalah personel. Pemain-pemain yang mereka miliki bukanlah pemain kelas pertama IBL. Danny Ray yang jadi top skor tim baru benar-benar menunjukkan tajinya sejak ia merapat ke Hawks musim lalu. Rizky Effendy memang masih cukup membantu, tapi tentunya Hawks tak ingin bergantung kepada pemain senior sepertinya. Dari sisi asing, Anthony Allen Jr. juga lebih membantu pertahanan, Tyron Criswell hanya meledak di Seri 1 Bali.
Ia meredup karena berbagai masalah cedera ringan. Kunci performa lebih baik untuk Hawks di paruh kedua musim adalah Criswell. Jika ia bisa kembali produktif, Hakws sangat mungkin merangsek ke papan tengah. Jika tidak. maka Hakws sebaiknya fokus mengembangkan kemampuan individu pemain untuk musim depan.
Mountain Gold Timika
Rekor: (4-11)
Di tiga musim ke belakang penggunaan pemain asing (2018-2019, 2020, 2022), Mountain Gold Timika (NSH) selalu mendapatkan hasil yang baik. Namun, musim ini dimulai dengan situasi yang berantakan. Setelah mengumumkan pelatih baru tiga pekan sebelum musim dimulai, pergantian manajemen (pemilik) juga dilakukan sebelum musim dimulai. Hal-hal ini membuat Mountain Gold tampak lebih fokus dengan urusan non-basket ketimbang basket mereka sendiri.
Hal itupun diakui oleh Predrag Lukic, kepala pelatih baru mereka. Permasalahan internal menghantui mereka sepanjang Seri 1 Bali dan tampak sampai Seri 2 Malang. Dis eri 3 Surabaya, ia mengakui masalah non-basket telah berakhir. Namun, masalah tentang basket kini muncul. Di Seri 4 Solo, ia menyebutkan bahwa Shavar Newkirk tak berlatih sepekan ke belakang. Ia pun medaku sudah meminta manajemen untuk mengganti dua pemain asingnya, dua pemain yang tidak ia pilih. Akan tetapi, manajemen belum bergerak sama sekali. Jika masalah-masalah ini selesai, saya rasa Mountain Gold bisa memiliki musim yang lebih baik di paruh kedua.
Evos Thunder Bogor
Rekor: (4-11)
Situasi Evos bisa dibilang sama persis dengan Hawks. Keduanya memasuki musim kedua dan benar-benar fokus pada pengembangan pemain muda. Dua hal ini membuat kedua tim juga bermasalah untuk mencari opsi pertama dalam mengeksekusi tembakan. Hasilnya, mereka bergantung kepada pemain asing mereka. Saat pemain asing mereka tak memberikan kontribusi dengan baik, tim pun akhirnya kesulitan. Satu hal yang signifikan membedakan Evos dan Hawks adalah kepala pelatih yang sama. Evos masih ditangani oleh Andre Yuwadi.
Salah satu hal yang saya suka dari Evos adalah pergeseran posisi Christopher Jason Winata menjadi pembawa bola utama tim. Namun jelas, Jason masih butuh banyak waktu untuk lebih baik di sini. Evos juga sejatinya sudah menemukan kombinasi yang pas saat dua pemain asing mereka bergantian main. David Haye akan berbarengan dengan Tri Hartanto sedangkan Andre Jackson bersama Rheza Butarbutar. Sayangnya, keduanya pemain asing ini masih kurang banyak jurus untuk saya. Jika bertahan dengan skuad yang ada, dengan 15 gim yang tersedia, sangat mungkin Evos mendapatkan 4-5 kemenangan
Bali United Basketball
Rekor: (6-10)
Salah satu tim yang mengalami transformasi besar di IBL 2023 ini adalah Bali United. Memasuki musim ketiga mereka di IBL, Bali United berubah dari tim yang berisi kumpulan pemain muda menjadi tim yang penuh sesak dengan para veteran. Bima Riski Ardiansyah, Galank Gunawan, Sandy Febiansyakh, Dior Lowhorn merapat bersama dengan kepala pelatih baru Anthony Garbelotto. Hal ini menunjukkan keseriusan Bali United untuk lolos ke playoff yang belum terwujud.
Namun, dengan target ini, tampaknya Bali United justru tertekan. Ditambah dengan hasil dua kekalahan menyakitkan di Seri 1 Bali, situasi tim pun tampak jelas tak lepas di Seri 2 Malang dan Seri 3 Bali. Perbaikan terlihat di Seri 4 Solo saat tim ini bekerja jauh lebih solid ketimbang sebelum-sebelumnya.
Jika masalah tekanan mental ini berhasil diatasi oleh Bali United, bukan tidak mungkin visi mereka untuk lolos ke playoff musim ini terwujud. Secara komposisi, kesulitan terbesar mereka adalah mencari pelapis Abraham Wenas sebagai garda utama. Sebenarnya ada nama Gede Elgi Wimbardwi, namun ia dipanggil oleh Indonesia Patriots. Tersisa nama Irvine Kurniawan yang harus meningkatkan kesiapannya demi menjadi pelapis yang solid untuk Abraham.
West Bandits Solo
Rekor: (7-8)
West Bandits juga memiliki masalah yang kurang lebih sama dengan Bali United yakni mental. Jika Bali United tampak tak lepas, West Bandits justru kerap kehilangan fokus. Empat kekalahan di Seri 3 Surabaya terjadi dengan situasi mereka sempat unggul bahkan unggul jauh. Konsistensi terlihat jelas menjadi masalah utama West Bandits, utamanya saat Prince Williams digantikan oleh Sade Hussein. Keduanya memiliki karakter yang berbeda dan jika Sade di lapangan, maka West Bandits harus menyisakan satu pemain lokal untuk menjadi pemimpin tim ini.
Di bawah asuhan Nedas Pacevicius, West Bandits juga belum sempat turun dengan skuad penuh mereka. Rizal Falconi yang didatangkan dari Satria Muda mengalami patah tangan sebelum liga dimulai. Ia baru bermain di Seri 4 Solo lalu. Namun, saat Jali (sapaan Rizal) bermain, West Bandits justru kehilangan Christian Gunawan, Patrick Nikolas, dan Sevly Rondonuwu. Jika seluruh pemain ini sehat, saya bisa membayangkan West Bandits akan jadi salah satu tim menyerang tercepat di liga.
RJ Amartha Hangtuah Jakarta
Rekor: (6-10)
Hangtuah dan keberuntungan mungkin memang tidak memiliki hubungan yang cukup baik. Ya, untuk saya, Hangtuah musim ini dinaungi banyak tidak keberuntungan, tentunya terkait cedera pemain. Setelah Indonesia Cup November lalu, mereka kehilangan Fisyaiful Amir dan Amaluddin Ragol karena cedera. Amal (sapaan Amaluddin) adalah satu-satunya senter yang rmereka punya. Amal pun cukup solid dalam bertahan dan memiliki jarak tembakan yang bagus.
Sedangkan If, (sapaan FIsyaiful) adalah pemain penting untuk Hangtuah musim lalu. Ia bahkan masuk dalam jajaran nominasi MVP. Kemampuan If dalam melakukan penetrasi dan menjadi penjaga pemain terbaik lawan adalah dua hal utama yang ia tawarkan untuk Hangtuah.
Tanpa keduanya, Hangtuah sejatinya melakukan langkah cepat dengan mendatangkan Daniel Wenas, Joseph Desmet, dan Yosua Otto. Sayangnya, Daniel juga lantas cedera setelah gim perdana Hangtuah. Ia baru kembali bermain di Seri 3 Surabaya. Tak berhenti di situ, Diftha Pratama juga menyusul Daniel mengalami patah tangan. Tifan Eka Pradita dan Kelly Purwanto juga kerap bermasalah dengan tubuh mereka. Terakhir, pemain asing, Emmanuel Malou juga terpaksa diganti karena cedera. Jika mereka berhasil mendapatkan hasil baik di Seri 5 Semarang dan If kembali di Seri 6 setelah SEA Games nanti, Hangtuah bisa jadi akan mengejutkan IBL 2023 ini.
Indonesia Patriots
Rekor: (7-9)
Bicara Indonesia Patriots di edisi ketiga ini, rasanya tak mungkin membicarakan tentang Anthony Beane Jr.. Beane memang benar-benar mendominasi Patriots. Secara perannya sebagai pembawa bola utama dan paket ketangkasannya yang luar biasa, ia memang layak disebut sebagai salah satu pemain asing terbaik yang pernah ada di IBL.
Pun demikian, apa yang ditunjukkan pemain-pemain lokal muda Indonesia di tim ini juga tidak buruk.
Saya melihat bagaimana pemain seperti Ida Bagus Ananta, Gede Elgi Wimbardi, Julan Chalias, hingga Dame Diagne juga terlihat semakin baik untuk level IBL. Keempatnya terlihat tumbuh pesat dari musim lalu. Saya rasa, selama pemain seperti Beane disertakan dan peningkatakan fundamental pemain terus diperhatikan, nama-nama di atas bisa sangat membantu tim nasional Indonesia di level internasional.
RANS PIK Basketball
Rekor: (9-5)
Kredit selayaknya kita semua berikan kepada Bambang Asdianto Pribadi. Dengan materi pemain yang benar-benar seadanya seiring kepergian Bima Riski, Nuke Tri Saputra, dan Christian Gunawan, Bing (sapaan Bambang) bisa membuat RANS PIK hanya kalah lima kali di paruh pertama musim. Lebih hebat lagi, mereka berhasil sapu bersih di Seri 2 Malang. Mereka juga sudah mencatat kemenangan atas Hangtuah, Bumi Borneo, dan Bali United. Satu hal yang saya suka dari skuad RANS PIK musim ini adalah mentalitas menolak kalah yang mereka tampilkan. Coach Bing pun membuat sistem bermain yang sangat cocok dengan skuad yang tidak diberkahir sosok yang menonjol.
Namun, satu hal yang cukup membuat saya ragu adalah keberanian manajemen RANS PIK dalam keputusan mengganti Duom Dawam dengan Roscoe Smith di gim ketiga dari total empat gim mereka di Seri 4 Solo. Saya tak meragukan kemampuan Roscoe. Bahkan, dari video dan sejarah yang ia punya, pemain ini cukup menjanjikan. Akan tetapi, waktu pergantian pemain di tengah jalan dan di tengah situasi yang baik-baik saja ini yang menakutkan. Oh iya, dua dari lima kekalahan RANS PIK terjadi di dua gim terakhir mereka, dua gim debut Roscoe.
Bumi Borneo Basketball Pontianak
Rekor: (10-6)
Setelah finis di peringkat sembilan musim lalu, Bumi Borneo di musim keduanya berhasil terus meningkatkan potensi mereka. Satu hal yang mencolok dari Bumi Burneo adalah pertahanan mereka yang sangat adaptif. Mereka bisa menyesuaikan pertahanan mereka dengan permainan lawan dan materi yang mereka punya. Dalam beberapa kesempatan di Mainbasket Podcast pun, saya sering menyebutkan respek saya pada keberanian Coach Tondi yang menurunkan seluruh pemain garda bersamaan.
Hal menarik lain tentang Bumi Borneo adalah mereka bekerja secara koletkif. Serupa dengan RANS PIK, mereka tak benar-benar punya satu sosok yang bisa jadi andalan di barisan lokal. Namun, ada beberapa nama yang bisa panas di sebuah gim dan menjadi tumpuan. Pada dasarnya, selama tim ini masih bekerja secara kolektif, tidak terlalu terpancing atas upaya lawan memaksa mereka bermain lebih egois, maka babak playoff sudah ada di depan mata mereka.
Prawira Bandung
Rekor: (12-2)
Kepergian Abaraham Grahita ka Jepang tak terlalu berasa seiring dengan menggilanya performa Brandone Francis. Bersama Yudha Saputera, keduanya jadi duet menyeramkan untuk lawan-lawan Prawira. Sejauh ini, hanya Bima Perkasa dan Satria Muda yang berhasil menghentikan keduanya. Itupun dengan catatan saat Bima Perkasa menang di Seri 1 Bali, Prawira hanya punya Brandone sebagai pemain asing. Tambahan Jarred Shaw di Seri 2 Malang juga menambah dalam skuad asuhan David Singleton.
Pertanyaan terbesar untuk Prawira adalah siapa yang akan mengisi posisi "pemain ketiga" dalam setiap gim mereka. Sejauh ini, peran tersebut belum komsisten diisi oleh satu pemain. Di Malang Hans Abraham panas, di Solo ia redup. Reza Guntara mungkin sosok yang paling konsisten, namun ia sempat terkena cedera yang membuatnya harus menepi. Jika peran ini dipatenkan oleh salah satu pemain Prawira, bukan tidak mungkin mereka finis di peringkat teratas klasemen akhir IBL 2023.
Bima Perkasa Yogyakarta
Rekor: (11-4)
Jika ada penghargaan Most Improved Team of the Year, maka Bima Perkasa layak mendapatkan gelar ini. Pergerakan yang matang di jeda musim yang dimulai dari pergantian manajemen, pelatih, hingga perekrutan pemain membuat Bima Perkasa yang dulu bukanlah yang sekarang. Tagar #KembaliPerkasa pun terlihat relevan dengan kehadiran Nuke Tri Saputra, Andre Adrianno, Argus Sanyudy, hingga Victory Jacob Lobbu.
Di bawah asuhan Efri Meldi pun, Bima Perkasa berubah menjadi tim yang cukup berapi-api. Mereka bertahan dengan solid dan menyerang dengan pakem yang pasti. Di lokal, bola serangan akan dimulai oleh Ikram Fadhil dan Nuke, Andre berfungsi sebagai eksekutor jarak jauh. Keuntungan lainnya adalah kehadiran pemain asing Cameron Coleman dan Fuquan Niles. Cam pemain asing all around yang tidak egois sedangkan Fu adalah senter menyeramkan di bawah ring. Atas hal-hal di atas, Bima Perkasa bisa jadi salah satu tim yang tak ingin dijumpai di playoff.
Satria Muda Pertamina Jakarta'
Rekor: (13-1)
Tak banyak yang bisa dibicarakan tentang Satria Muda. Seperti biasa, mereka tangguh, kuat, dan mengintimidasi setiap lawan mereka. Sebelum menelan kekalahan perdana dari Dewa United, Satria Muda tak terkalahkan dalam 11 laga beruntun mereka. Di mata saya, 11 kemenangan itu bahkan mereka dapatkan tanpa usaha yang luar biasa. Tambahan Ali Bagir dan Widyanta Putra Teja membuat tim ini memang semakin mengerikan. Belum lagi Antoni Erga yang semakin berapi-api, Satria Muda seolah tanpa celah.
Namun, Satria Muda sendiri memang belum menyentuh performa terbaik mereka seperti di Playoff musim lalu. Pemain asing mereka, AJ West juga mundur dan mereka belum mengumumkan penggantinya. Pengganti West bisa jadi sebuah titik penting perjalanan Satria Muda di musim reguler dan playoff nantinya. Jika pemain yang datang berhasil menyatu denagn tim dan mengisi kekosongan di area sayap atau senter, Satria Muda mungkin bisa jadi sempurna,
Dewa United Banten
Rekor: (12-3)
Masuknya Azzaryan Praditya, Katon Adjie Baskoro, dan Firman Dwi Nugroho memang di atas kertas membuat Dewa United menjadi tim yang lebih dalam dan menakutkan. Namun, mereka tampak belum menyatu dengan baik secara keseluruhan. Pemain asing mereka, Ramon Galloway dan Anthony Johnson juga datang 10 hari sebelum musim dimulai. Artinya, mereka memanfaatkan musim reguler berjalan ini sebagai penyesuaian mereka.
Seperti yang Coach Maximilliano Seigorman ungkapkan dalam beberapa kesempatan, masalah utama Dewa United adalah pertahanan mereka. Sejatinya, ini bukan perkara banyaknya poin lawan saja. Lebih dari itu, Dewa United kerap kesulitan dalam mennetukan penjagaan lawan dan melakukan penjagaan baik secara satu lawan satu ataupun help defense.
Pelita Jaya Bakrie Jakarta
Rekor: (13-2)
Pelita Jaya memasuki musim kedua mereka dengan skuad muda. Selepas kekalahan di laga perdana melawan Prawira, Pelita Jaya terus menunjukkan peningkatan permaianan mereka. Permasalahan mereka sejatinya masih sama, tentang fokus dan energi yang berlebihan yang kerap membuat turnover.
Hal ini terus coba dikontrol oleh Djordje Jovicic dan tampak semakin berhasil. Pelita Jaya juga meyakini kekuatan mereka masih kurang hingga akhirnya melakukan pergantian Michael Laster dengan DaShaun Wiggins. Wiggins baru akan memulai debutnya di Seri 5 Solo. Jika Dash menyatu dengan baik, Pelita Jaya juga berpeluang tak kalah lagi di sisa musim ini.
Foto: Hariyanto, Ariya Kurniawan