Kita mungkin sudah pernah melihat ribuan sneakers dengan berbagai model dan warna, baik di toko atau sudah dipakai oleh pemiliknya. Beberapa di antaranya memiliki sejarah yang cukup panjang. Sejarah tersebut terkait dengan momen penting, brand ambassador, atau bisa juga jadi sepatu yang melambungkan merek tersebut. Mainbasket merangkum lima sneakers legendaris dengan berbagai cerita panjang mengikutinya.

 

Converse Chuck Taylor

Barangkali setiap pecinta sneaker pernah memiliki sepatu ini. Siluet legendaris yang sudah berusia 100 tahun ini akan jadi poin pertama bila kita berbicara mengenai kultur sneaker secara luas. Diproduksi pertama kali pada 1908. Meraih kesuksesan setelah tahun 1923 Charles ‘Chuck’ Taylor membantu memasarkan The All Star lewat promosinya ke sekolah-sekolah di Amerika Serikat.

Sempat meredup akibat krisis keuangan pada tahun 1970-an, pamornya kembali naik setelah Kurt Cobain memakainya di video klip Smells Like Teen Spirit. Cobain juga memakainya saat konser sehingga makin masyarakat kembali memperhatikan Converse.

 

Adidas Stan Smith

Agak sulit memilih Adidas Superstar atau Stan Smith untuk artikel ini. Tapi pada akhirnya Stan Smith-lah yang dipilih karena sejarah. Sepatu tenis ini diproduksi pertama kali tahun 1965. Tidak ada perubahan berarti hingga kini namun mampu terjual menembus angka 30 juta pasang. Mengejutkan!

Sepatu ini awalnya bernama Adidas Haillet. Robert Haillet adalah petenis yang berjaya di era 60an. Kemudian datanglah petenis muda yang menerobos dominasi petenis senior saat itu. Dialah Stan Smith. Stan Smith selalu bertanding menggunakan Adidas Haillet sehingga nama Haillet pun makin lama makin pudar. Setelah Stan Smith resmi menempati posisi 1 petenis dunia, Adidas mengganti nama Adidas Haillet menjadi Adidas Stan Smith yang bertahan sampai sekarang.

 

Vans Authentic

Dulunya bernama Vans Style 44. Basis pertama yang dibuat oleh Van Doren Rubber Company pada 1966. Paul Van Doren waktu itu hanya membuat 12 pasang dan dibeli oleh klien yang juga merupakan temannya. Lambat laun produksi Vans 44 semakin banyak akibat permintaan yang semakin banyak.

Vans mengubah nama "44" menjadi "Authentic" setelah pada skateboarder dan pemain BMX banyak memburu sepatu ini. Sol luar yang bermotif waffle dirasa yang paling aman dan cocok dengan grid papan skateboard. Vans Authentic meraih puncak kepopuleran setelah Sean Penn menggunakannya saat membintangi film Fast Time At Ridgemont High pada 1982.

 

Puma Suede

Kita beralih ke Jerman, tepatnya ke merk sepatu yang didirikan oleh kakak dari pendiri Adidas. Setelah mengalami konflik dengan Adolf Dassler, akhirnya Rudolf Dassler membuat lini sepatu sendiri dan menamainya dengan Puma. Siluet legendaris dari Puma adalah Puma Suede. Meraih kegemilangan setelah digunakan oleh Walter "Clyde" Frazier sejak tahun 1973.

Namun nyatanya, kultur hip hop menangkap desain Puma Suede sebagai yang terbaik bagi mereka. Deretan musisi seperti MC Shan dan Beastie Boys kedapatan menggunakan Puma Suede saat tampil di depan publik. Puma Suede semakin erat dengan kultur hip hop setelah mensponsori film Beat Street tahun 1984. Film itu kemudian jadi salah satu rujukan kultur hip hop dunia, bahkan hingga sekarang.

 

Nike Air Max 1

Merk berlogo centang ini memiliki basis legendaris yang mendobrak teknologi sepatu lari di masanya. Air Max 1 adalah sepatu lari yang membuat penggunanya seolah sedang berlari di atas udara dengan menempatkan air bubble transparan di sol bawah. Dirilis pertama kali pada 1987, teknologi Air Max ini langsung jadi buruan para olahragawan dan penggiat fashion. Perpaduan antara teknologi dengan desain yang menawan selalu jadi senjata ampuh Nike dalam berbagai produk yang mereka buat.

Kini kita sudah menjumpai teknologi ini di berbagai jenis sepatu yang diproduksi oleh Nike. Sebut saja Nike Air Jordan, Air Pippen, hingga varian Air Max lainnya yang beragam. Namun kepopuleran Nike Air Max 1 seakan tak tergantikan

Sumber: Nike, Vans, Converse, Puma, Adidas

Komentar