Untuk pertama kalinya PP Perbasi periode 2019-2023 mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) secara luring (offline). Kegiatan tersebut diadakan pada 7-8 Februari di Hotel Atlet Century, Jakarta. Rakernas PP Perbasi itu dibuka oleh Menteri BUMN sekaligus FIBA Board Member Erick Thohir.
Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih rekarnas ini untuk mempersiapkan program selama 2023. “Program 2023 ini mempersiapkan ada beberapa event. Juga untuk menyiapkan kejuaraan nasional. Kemudian Indonesia Development League (IDL) untuk pemain 18-23 tahun yang nantinya disiapkan sebelum masuk ke IBL,” kata Danny.
Dalam sambutannya di pembukaan acara, Danny juga memaparkan tentang program jangka panjang Perbasi. Program tersebut merupakan program pengembangan basket nasional berusia 12 tahun. Dimulai dari 2023 hingga 2035. Tujuannya adalah lolos Olimpiade.
Hal ini dilakukan mengingat Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2036. Danny ingin timnas Indonesia bisa lolos dengan jalur reguler. “Saya tidak mau nanti tim basket bermain (di Olimpiade) hanya karena belas kasihan (kuota) tuan rumah,” ujarnya.
Momentum itu dinilai tepat dimulai saat ini. Untuk pertama kalinya Indonesia berhasil meraih emas di SEA Games 2022 lalu. Kemudian sukses menjadi penyelenggara FIBA Asia Cup 2022. Setelah ini Indonesia menjadi tuan rumah FIBA World Cup 2023 yang dijadwalkan pada 25 Agustus-10 September mendatang.
Erick mengatakan kemajuan prestasi basket Indonesia luar biasa. “Kemarin tim (5x5) putra juara SEA Games, tim putri dapat perak, lalu Kejuaraan Asia 3x3 ranking 3 (putri). Tentu kunci ke depan bagaimana kita bisa mempertahankan prestasi itu,” kata Erick Thohir kepada awak media.
Untuk mempersiapkan diri menuju target 2036 nanti, Erick menyorot soal pembinaan atlet yang berjenjang. Ujung tombak dari proses penting ini adalah para pengurus Perbasi di daerah. Tetapi kelemahannya tiga yaitu data base, pemetaan pembinaan, dan positioning olahraga basket.
“(Data base) penting untuk memprediksi peningkatan pelatih dan pemain dan mengurangi risiko bajak-membajak atlet. Kedua pembinaan tidak bisa dimulai hanya dari PON. Kalau PON tidak ada jenjang bagaimana ke SEA Games hingga Olimpiade. Jadi, keberlangsungan menyeluruh,” ucapnya. (rag)