"Tidak ada perkembangan".

Begitu terang Eric Gordon ketika awak media bertanya tentang perkembangan Houston Rockets sepanjang musim ini. Wajahnya datar dan tak berniat menjelaskan lebih rinci mengenai pernyataan tersebu. Bahkan, ia langsung mencari awak media lain untuk melihat apakah ada pertanyaan lain yang bisa ia jawab. 

Seluruh kejadian di atas terjadi tepai di hari terakhir tahun 2022. Kala itu, Rockets baru saja menderita kekalahan atas New York Knicks. Jumat (13/1), waktu setempat, Rockets juga baru saja menelan kekalahan atas Sacramento Kings. Mereka kalah 139-114 di Golden 1 Center. Dua hari sebelumnya, mereka juga kalah atas lawan yang sama di tempat yang sama dengan skor nyaris serupa, 135-115.

Gim pada Rabu (11/1) sebenarnya seru sampai di sisa delapan menit gim. Rockets seolah kehilangan "pegangan" mereka atas gim dan melihat Kings berlari begitu saja dengan (20-4). Momentum seutuhnya jadi milik Kings yang memenangi gim. 

Ini adalah kekalahan kesembilan beruntun Rockets. Sembilan kekalahan beruntun tersebut juga berarti Rockets belum sekalipun meraih kemenangan sepanjang 2023.

Terakhir kali Rockets menang terjadi pada 26 Desember 2022 atas Chicago Bulls. Rockets pun jadi tim terburuk di NBA sejauh ini dengan hanya 10 kemenangan dari 41 gim atau setara dengan 24 persen persentase kemenangan. 

Situasi Rockets memang sulit dijelaskan. Jika saya menggambarkan Suns terjun bebas di kurang lebih 1,5 bulan terakhir, maka Rockets sudah menyentuh dasar dalam dua musim ke belakang. Semuanya berubah untuk Rockets sejak mereka berpisah dengan Manajer Umum, Daryl Morey.

Perpisahan ini pula yang membuat seluruh rencana Rockets berubah total. Hal semakin diperparah dengan permintaan tukar James Harden yang akhirnya berlabuh ke Brooklyn Nets dan lantas kembali reuni dengan Morey di Philadelphia 76ers. 

Houston Rockets Terpuruk

Di bawah manajer umum Rafael Stone, Rockets sebenarnya sudah menetapkan tujuan mereka yakni rebuild atau membangun ulang skuad. Namun, arah rebuilding Rockets yang sudah berjalan dua musim ini serupa dengan ucapan Eric Gordon, tidak ada perkembangan, tidak jelas mau ke mana.

Gordon sendiri adalah satu-satunya pemain yang sudah membela Rockets sejak empat musim ke belakang. Gordon juga jadi satu dari dua pemain Rockets yang punya pengalaman lebih dari empat musim di NBA. Satu nama lainnya adalah Boban Marjanovic yang tak pernah punya peran besar di tim yang ia bela sebelumnya. 

Dari sini, bisa dilihat bahwa Stone ingin pol-polan dalam merombak tim. Akan tetapi, untuk saya, kesalahan terbesarnya adalah dengan mempercayakan tongkat komando tim ini kepada sosok Stephen Silas. Saat menerima jabatan kepala pelatih Rockets pada 2020 lalu, Silas adalah kepala pelatih ruki.

Proyek Rockets ini adalah proyek pertama Silas sebagai kepala pelatih. Sejak terjun di dunia kepelatihan pada 2000, Silas hanya bertindak sebagai asisten pelatih. Jika ingin melakukan perombakan total, mereka juga butuh sosok yang revolusioner. 

Meski Silas adalah salah satu arsitek di balik tajamnya serangan Dallas Mavericks tiga musim lalu, ia tak cukup revolusioner untk saya. Gaya bermain Mavericks kala itu ya berpusat pada Luka Doncic dan mengelilinginya dengan penembak jarak jauh plus seorang bigman rebounder.

Stephen Silas Rockets

Hal yang sama ia coba terapkan di Rockets. Masuk akal sebenarnya jika James Harden masih ada di tim. Namun, kini ia tak ada lagi dan Silas coba memberikan peran ini kepada Kevin Porter Jr. atau Jalen Green. 

KPJ dan Jalen adalah pemain yang bagus, cukup solid dalam menyerang, tapi apakah Anda akan membangun tim dengan mereka sebagai porosnya (franchise player)? Mungkin ada beberapa di antara Anda yang percaya kepada mereka, namun untuk saya masih jauh. Talenta mereka ada, tapi untuk menyentuh level "generational talent" seperti Luka Doncic atau berada di level permainan James Harden jelas keduanya belum di sana. 

Harden bahkan tak serta-merta ada di level ini. Ia bahkan salah satu bintang NBA yang memulai kariernya benar-benar dari bawah. Namun, ia berhasil berproses dengan baik dari waktu ke waktu. Sentuhan Harden dengan sederet veteran hingga dilatih pelatih kawakan seperti Kevin McHale dan Mike D'Antoni adalah kuncinya. 

Seperti namanya, Rockets benar-benar kehabisan bahan bakar pendorong mereka. Mereka mencoba mencari, menambah bahan bakar pendorong mereka, namun itu saja jauh dari kata cukup untuk kembali menerbangkan Rockets. Mereka juga butuh perencanaan matang dan "pimpinan proyek" yang paham betul apa yang dibutuhkan untuk kembali sampai di puncak.

Untuk sekarang, dua hal terakhir yang saya sebut tidak dimiliki oleh Rockets. Mereka melayang tanpa arah bak satelit-satelit tak bertuan yang sudah habis masa tugasnya di luar angkasa sana. 

*Hari ini, Senin (16/1) waktu Indonesia, Rockets kembali kalah 121-100 dari Clippers. Ini jadi kekalahan ke-10 beruntun mereka. 

Foto: NBA

Komentar