Mantan pemain Boston Celtics Enes Kanter Freedom membuat pengakuan yang mengejutkan. Bukan dengan kabar bermain di NBA lagi. Tetapi terkait urusan politik. Dalam wawancara dengan Turkish Minute pada 10 Januari lalu, Enes masuk dalam “Daftar Pencarian Teroris” di Kementerian Dalam Negeri Turki.

“Saya bukan satu-satunya. Ada begitu banyak jurnalis, akademisi, atlet, aktivis, dan pendidik yang tidak bersalah dalam daftar ini. Sekarang hidup mereka dalam bahaya karena pemerintah Turki,” ungkap Enes kepada Turkis Minute.

Pemerintah Turki menawarkan hadiah sebesar 10 juta Lira atau sekitar AS$500 ribu bagi yang bisa menangkap Enes. Pemain berusia 30 tahun itu mengetahui hal tersebut seminggu yang lalu.

Baca juga: Enes Kanter Freedom Mengaku Masih Bisa Bermain Enam Musim Lagi

“Itu membuatnya sangat berbahaya. Sebelum ada hadia, intelijen Turki mengejar orang-orang dalam daftar ini. Tetapi sekarang semua orang mengejar mereka karena menginginkan uang,” kata Enes dilansir melalui New York Post.

Enes memang dikenal sebagai pemain yang blak-blakan. Pemain berdarah Turki kelahiran Swiss itu terang-terangan menentang pelanggaran HAM pemerintah Cina. Lalu Enes berurusan dengan pemerintah Turki karena sering mengkritik Presiden Recep Tayyip Erdogan. Enes pernah menyebut Erdogan diktator, menginjak foto Erdogan salam sebuah protes, hingga menjulukinya “Hitler dalam Abad Kita”

Pada November 2021 Enes menjadi warga negara AS. Ia resmi mengubah nama belakangnya menjadi Freedom. Ia menjadi agen bebas sejak Houston Rockets melepasnya pada Februari 2022 lalu.

Enes mengakui ia masuk dalam daftar hitam (blackball) NBA. Ini berkaitan tentang komentarnya atas pemerintah Cina. Klub-klub tidak memperbolehkan merekrut pemain yang masuk blackball.

Saat ini Enes tinggal di Washington DC, AS. Setelah mengetahui ia masuk daftar buruan, Enes meminta bantuan kepada penegak hukum setempat dan FBI. “Saya dilindungi sepanjang waktu,” imbuhnya. (rag)

Foto: Reuters

Komentar