NBA musim 2017-2018 sudah melewati bulan pertama mereka. Sesuai prediksi awal bahwa musim ini akan sangat menarik. Dengan segala perubahan dan perpindahan yang terjadi di jeda liga. Semua yang terjadi di sebulan awal masih tidak terlalu mengejutkan. Mungkin ada satu dua hal yang memang agak sulit dimengerti tapi masih masuk nalar.

Cleveland Cavaliers (Cavs) menderita 7 kekalahan dalam 12 laga pertama mereka. Sulit dimengerti di kala Cavs sebenarnya berhasil merekrut nama-nama besar bergabung ke tim mereka. Masih sesuai nalar jika menengok bahwa secara keseluruhan tim ini nyaris merombak separuh tim mereka musim lalu. Ditambah lagi banyaknya pemain yang cedera silih berganti di tiap laga.

Oklahoma City Thunder juga mengalami hal yang sama. Masuknya Carmelo Anthony dan Paul George membuat tim ini tampak “lebih seram” daripada Russell Westbrook seorang diri. Tapi ternyata perubahan yang terlalu drastis ini memang masih butuh banyak penyesuaian. Thunder menelan 11 kekalahan di 19 laga awal mereka.

Dari sekian banyak transaksi dan pergeseran yang terjadi selama jeda musim dan awal musim, ada beberapa tim yang akhirnya secara aklamasi mencanangkan “Rebuild” atau proses membangun ulang tim.

Rebuild merupakan hal yang sangat lumrah di NBA. Dan mungkin ini juga merupakan salah satu pembeda NBA dengan liga-liga lain atau bahkan olahraga lain. Di liga atau bahkan cabang olahraga lain, regenerasi skuat dapat dilakukan secara perlahan tanpa membuat kestabilan tim turun. Mengapa? Karena setiap tim memilki tim-tim lain di level junior mereka.

Ambil contoh di EuroLeague. Pemain macam Luka Doncic yang namanya sedang naik daun adalah proses pembibitan yang dilakukan sejak dini. Ia secara bertahap masuk ke skuat utama dengan memulai dari kelompok umur 14 tahun. Naik ke 15, 16, 17 dan akhirnya masuk ke tim senior.

Contoh lain berpindah cabang. Sepak bola melakukan pembibitan jauh di usia yang sangat dini. Bahkan di beberapa kesempatan bocah yang baru berumur 11-14 tahun sudah mendapatkan kontrak jangka panjang.

Di NBA ini tidak terjadi. Entah bagaimana awal mereka merumuskan sistem kompetisi NBA. Sejak resmi berdiri di tahun 1946 dan masih bernama Basketball Association of America (BAA) tidak tercatat dalam sejarah ada NBA untuk kelompok umur dini. Mereka mempercayakan pembinaan usia dini pada sekolah-sekolah di seluruh penjuru Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Sejak level sekolah dasar hingga kampus, semua memiliki kompetisi sendiri. Dan hebatnya kompetisi itu digelar sejak lingkup wilayah terkecil hingga nasional.

Selain sistem pembinaan, ada juga sistem pembatasan gaji atau yang biasa kita kenal dengan istilah salary cap. Salary cap ini memaksa tim untuk berpikir keras dalam memilih, mengontrak, menukar dan membeli pemain. Sistem salary cap ini juga mulai diterapkan di olahraga lain seperti sepakbola meskipun masih belum terlalu kentara.

Setiap tim NBA diwajibkan mendaftarkan 15 pemain sebagai pemain utama mereka sepanjang musim. Dan gaji ke 15 pemain ini tidak boleh melebihi batasan yang telah ditetapkan NBA. Batasan musim ini adalah 99 juta dolar AS. Jikalau pun melebihi batasan tersebut, maka tim itu akan membayar luxury tax yang secara mudah didefinisikan sebagai denda atas tiap kelebihan batas gaji.

Luxury tax ini akan membuat para pemilik tim berpikir dua-tiga kali untuk melewati batas gaji. Karena denda yang diberikan juga tidak main-main. Tentunya para pemilik tim tidak ingin terus-terusan membayar denda yang juga mengurangi keuntungan mereka.

Sistem di atas adalah faktor penunjang mengapa istilah rebuild hadir di NBA. Khusus di musim ini ada beberapa tim yang sangat jelas terlihat sedang melakukan rebuild, dan ada pula yang terlihat tidak tahu sedang melakukan apa.

Pertama adalah Sacramento Kings. Kings memang bisa dibilang salah satu tim dengan manajemen terburuk dalam kurun satu dekade terakhir. Terhitung sejak era Mike Bibby berakhir, tim ini benar-benar tidak jelas arah tujuannya. Mereka terakhir kali masuk ke playoffs di musim 2005-2006. Sejak saat itu mereka telah berganti sembilan kepala pelatih dan maksimum hanya meraih 38 kemenangan dalam semusim.

Tiga musim lalu tim ini mencanangkan rebuild. DeMarcus Cousins adalah fondasi utama mereka di antara nama-nama seperti Rajon Rondo dan Rudy Gay. Cousins yang juga sudah sangat nyaman dan siap menjadi inti utama tim ini kemudian secara tiba-tiba ditukar ke New Oerlans Pelicans di tengah musim.

Vlade Divac yang kala itu menjabat sebagai General Manager mengungkapkan bahwa tim ini akan melakukan rebuild dan Cousins bukanlah pemain yang mereka inginkan sebagai poros atau fondasi tim. Perubahan arah tujuan hanya dalam waktu setahun.

Dari pertukaran itu Kings berhasil mendapatkan hak memilih di NBA Draft plus pemain muda potensial Buddy Hield. Ditambah posisi mereka yang cukup buruk musim lalu, mereka mendapatkan cukup banyak hak memilih di NBA Draft musim ini. Maka kemudian munculah nama D’Aaron Fox, Frank Mason III, Justin Jackson dan Hary Gilles yang mereka dapatkan musim ini. Secara keseluruhan skuat dari musim lalu yang tersisa hanya 7 pemain. Dari 7 pemain itu hanya ada Kosta Koufos dan Willie Cauley-Stein yang telah bermain untuk Kings di tiga musim terakhir.

Kemudian manajemen Kings berusaha menambah para veteran untuk membimbing para pemain muda ini. Walau begitu, para pemain yang mereka ambil juga bukan yang terbaik. George Hill yang karirnya berkutat di situ-situ saja, Zach Randolph yang sudah makin melambat dan Vince Carter yang tampaknya sudah mulai memikirkan tur perpisahan sebelum pensiunnya.

D’Aaron Fox pun mengakui dalam sebuah wawancara dengan The Starters bahwa target mereka musim ini adalah berusaha menjadi lebih baik dari hari ke hari. Yap, jadi untuk para pecinta Kings di luar sana, bersabarlah dan berdoalah semoga ini fondasi yang benar dan tak akan diubah lagi.

Tim kedua yang melakukan rebuild adalah Atlanta Hawks. Masih segar diingatan saat Hawks berhasil memuncaki kalsemen reguler wilayah timur tiga musim lalu. Mereka mengungguli Cavaliers yang di atas kertas menjadi unggulan utama wilayah timur. Hawks 2014-2015 juga berhasil mencatatkan 60 kemenangan dalam semusim yang merupakan catatan terbaik dalam sejarah tim.

Di bulan Januari 2015 mereka bahkan berhasil memenangi 19 laga yang mereka mainkan dalam satu bulan tersebut. Di bawah asuhan mantan asisten pelatih Gregg Poppovich, Mike Budenholzer, Hawks menjelma menjadi tim yang menghibur dan menyenangkan. Skuat mereka kala itu diisi Jeff Teague, Kyle Korver, DeMarre Caroll, Paul Millsap dan Al Horford.

Kelima pemain di atas sekarang sudah tidak ada lagi dalam barisan pemain Hawks. Caroll mengawali eksodus para pemain utama Hawks setelah memutuskan bergabung dengan Toronto Raptors pada musim 2015-2016. Semusim kemudian giliran Horford yang merapat ke Celtics.

Di musim lalu Teague dan Korver juga ikut pergi sebelum akhirnya Millsap menutup eksodus ini pada jeda awal musim ini. Musim lalu manajemen Hawks telah berusaha membangun ulang tim ini dengan berharap pada Millsap dan Dennis Schroder. Bahkan untuk memfasilitasi Schroder mereka menambahkan Dwight Howard ke dalam tim. Tapi hasil akhirnya memang tidak memuaskan. Meski mereka masih mampu melaju ke playoffs, permainan tim ini jauh berubah dari mereka tiga tahun lalu.

Kehabisan pemain bintang untuk ditukar dan posisi yang tidak buruk-buruk amat musim lalu memaksa Hawks tidak bisa mendatangkan pemain bagus musim ini. Hasil draft pun hanya mendapatkan John Collins yang bisa dibilang lumayan. Skuat yang bertahan dari 3 musim lalu pun hanya ada 3 pemain. Schroder, Kent Bazemore dan Mike Muscala secara permainan masih bertahan di situ-situ saja. Schroder adalah satu-satunya harapan mereka untuk mengarungi musim ini. Musim ini pula kemungkinan gagal lolos playoffs untuk pertama kali dalam 10 musim terakhir akan mengancam.

Yang terakhir ada Chicago Bulls. Bulls memiliki perjalanan yang nyaris sama dengan Hawks. Bulls sempat merajai wilayah timur di musim 2010-2011 dan 2011-2012. Mereka berhasil mengalahkan Miami Heat di musim reguler meskipun harus takluk saat playoffs. Tiga musim setelahnya pun Bulls masih bertahan di posisi lima besar selalu. Kejutan terjadi saat manajemen Bulls memutuskan untuk mengakhiri hubungan kerja mereka dengan pelatih Tom Thibodeau.

Dalam proses lima tahun Coach Thib ada di Bulls. Tim ini setia bersama Derrick Rose, Joakim Noah dan Jimmy Butler. Mereka tumbuh dan berkembang bersama Bulls dan coach Thib. Meskipun Rose harus melewatkan dua musim tanpa bermain karena cedera, tidak ada keraguan sedikitpun oleh coach Thib atas Rose.

Peruntungan berubah saat Fred Hoiberg menangani tim. Di musim pertamanya meskipun berhasil membawa Bulls memenangi 42 laga, Hoiberg gagal membawa tim ini lolos ke playoffs. Semusim kemudian perombakan cukup besar terjadi kala Rose dan Noah berlabuh ke New York Knicks. Sebagai gantinya Bulls berhasil mendapatkan Rajon Rondo, Dwyane Wade, Denzel Valentine, dan Robin Lopez.

Secara keseluruhan tim ini hanya meninggalkan Jimmy Butler sebagai fondasi utama disokong oleh Nikola Mirotic, Bobby Portis, Cristiano Felicio dan Taj Gibson. Bulls kembali berhasil lolos ke playoffs meskipun harus lumayan terseok sepanjang musim. Dan sepanjang musim ini pulalah berbagai rumor muncul.

Kegagalan coach Fred mengontrol kenyamanan atmosfer di ruang ganti dikabarkan membuat para pemain bintang kehilangan kepercayaan. Butler, Wade dan Rondo silih berganti memberikan pernyataan-pernyataan di media yang menjurus ke arah sana. Hal-hal di luar basket itu sendiri membuat tim ini makin tidak jelas arahnya.

Seiring kekalahan Bulls atas Celtics di playoffs, tiga pemain bintang itu diprediksi akan meninggalkan tim. Tepat sekali, Rondo bergabung dengan Pelicans, Wade menuju Cavs dan Butler ditukar ke Timberwolves. Khusus nama terakhir sebenarnya prediksi tidak terlalu kuat mengingat bagaimana pemain ini menjadi pusat permainan sejak Rose cedera dan pergi dari tim. Masuknya para pemain muda belum teruji seperti Zach LaVine dan Kris Dunn juga kembali diragukan para pengamat.

Bulls berhasil mendapatkan Lauri Markkanen di NBA Draft yang merupakan bagian dari pertukaran Butler. Markkanen bukan pemain yang buruk tapi seberapa besar harapan Anda pada seorang rookie 19 tahun? Terakhir kali rookie yang benar-benar memberikan hasil nyata dan langsung bisa dibilang adalah LeBron James kembali di tahun 2003.

Tidak hanya Markkanen yang berhasil didapatkan Bulls saat draft kemarin. Masih ada nama Jordan Bell yang mereka dapatkan di putaran kedua. Dan manajemen Bulls kembali menunjukan “keanehan” mereka setelah melepaskan Bell ke Warriors untuk 3,5 juta dolar.

Persiapan Bulls semakin berantakan setelah Nikola Mirotic dan Bobby Portis terlibat baku hantam saat latihan. Padahal keduanya termasuk pemain terlama yang memperkuat Bulls saat ini. Sempat terlewat, LaVine juga sedang dalam proses penyembuhan cedera yang ia dera sejak Februari lalu.

Dengan segala keadaan itu Bulls memulai musim ini dengan hasil terbaik yang bisa mereka dapat. Hanya menang 3 kali dalam 18 laga.

Selisih memasukkan dan kemasukan mereka juga adalah yang terbesar di liga sekarang, -12.6 poin per laga. Kekalahan demi kekalahan ini akan berlangsung sepanjang musim jika manajemen Bulls tidak segera melakukan perbaikan. Tapi memulai perbaikan ini dari mana?

Terlalu banyak “lubang” dalam satu atap Bulls. Proses membangun ulang pun belum bisa dibilang telah dimulai. Mengingat siapa sebenarnya sosok utama fondasi Bulls.

Selain ketiga tim di atas sebenarnya masih ada Dallas Mavericks yang sedang dalam kondisi buruk. Tapi bila kita melihat ke skuat mereka, Mavs jelas tidak sedang melakukan rebuild. Ada nama Harison Barnes, Wes Matthews dan Nerlens Noel dalam tim ini. Mungkin yang sebenarnya dibutuhkan Mavs hanyalah pembaruan dalam strategi mereka.

Rebuild adalah hal yang sangat lumrah dalam NBA. Beberapa tim memang rela hancur lebur terlebih dahulu sebelum akhirnya bangkit menanjak. Warriors yang sekarang mendominasi sudah melewati masa itu hingga akhirnya mereka berhasil mendapatkan bintang-bintang mereka sekarang.

Bila Anda merupakan penggemar ketiga tim di atas, maka mungkin hanya satu hal yang harus Anda lakukan. Mengutip dari Joel Embiid, ”Trust The Proccess”.(*)

Foto: USA Today, NBC.

               

Komentar