Tidak hanya di Indonesia, ternyata kasus match fixing (pengaturan pertandingan) juga pernah terjadi di NBA. Salah satunya menyeret nama Tim Donaghy. Ia merupakan seorang wasit NBA yang bertugas selama 13 musim pada 1994-2007.

Selama karirnya, Donaghy bertugas di 772 pertandingan reguler dan 20 pertandingan playoff. Kemudian ia mengundurkan diri pada 9 Juli 2007 sebelum FBI mengeluarkan laporan penyelidikan dugaan pengaturan pertandingan. Pihak berwenang itu menduga Donaghy terlibat dalam skandal tersebut di dua musim terakhirnya.

Juru bicara FBI Neil Donovan dan pengacara pengacara Donaghy, seperti ditulis New York Times, tidak mau bicara kepada media tentang skandal itu. Akan tetapi, pengadilan Brooklyn terus melakukan penyelidikan selama beberapa bulan terakhir. Harapannya, kasus tersebut bisa selesai dalam hitungan minggu.

Laporan-laporan media tentang skandal itu pun mulai ramai. Kolumnis New York Post, Murray Weiss, menjadi salah satu jurnalis yang menulis hal itu. Dalam tulisannya, ia mengungkapkan Donaghy terlibat dalam perjudian sepanjang musim 2005-2006 dan 2006-2007. Wasit kontroversial itu dilaporkan juga bekerja sama dengan sindikat kelas bawah dalam skema perjudiannya.

Laporan-laporan media tentu saja membuat NBA gempar. Komisioner NBA saat itu, David Stern, bahkan sempat menggelar konferensi pers untuk secepatnya mengambil sikap. Ia menyebut skandal itu telah membangun kesadaran organisasi. Dan, sesuai kesepakatan dengan liga, wasit lainnya dilarang berbicara kepada media. Akan tetapi, salah seorang wasit senior berbicara kepada New York Times melalui sambungan telepon.

“Anda tidak pernah mengira salah satu dari kita, rekan kita, akan melakukan hal bodoh seperti bertaruh dalam pertandingan dan memanipulasi hasilnya,” ujar wasit senior yang tidak disebutkan namanya itu.

Reaksi juga tidak hanya datang dari kalangan eksekutif dan wasit, tetapi juga para pemain. Para pemain yang sedang mengikuti pelatnas timnas Amerika Serikat di Las Vegas mengaku terkejut dan kecewa. Salah satunya megabintang Cleveland Cavaliers, LeBron James.

“Sebagai seorang kompetitor yang bekerja sekeras saya, tentu saja (skandal) itu mengecewakan,” komentar James seperti dikutip ESPN.

Pada 15 Agustus 2007, Donaghy kemudian muncul di pengadilan Brooklyn. Kepada pengadilan, ia mengaku terlibat dengan perjudian dan manipulasi pertandingan. Setelah penyelidikan dilanjutkan untuk membuktikan hal-hal bersangkutan, pengadilan menjatuhkan hukuman 15 bulan penjara kepada Donaghy. Ia lalu meminta maaf kepada publik karena telah melanggar hukum.

“Saya malu kepada diri sendiri, keluarga saya, dan profesi saya,” kata Donaghy.

Dari skandal tersebut, NBA kemudian merevisi pedoman wasit dengan melarang keterlibatan mereka hampir di semua jenis perjudian. Hal itu dilakukan karena Stern ingin memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Sementara itu, selama dipenjara di Pensacola, Florida, Amerika Serikat, Donaghy menulis sebuah memoar berjudul “Blowing the Whistle: The Culture of Fraud in the NBA” yang menceritakan kisahnya.(*)

Foto: The New York Times

Komentar