Akhirnya waktu yang ditunggu itu tiba. Untuk pertama kalinya DBL diselenggarakan di wilayah barat Jawa Timur. Wakil tuan rumah, SMAN 2 Madiun (putra) dan SMAN 1 Madiun (putri), berhasil menjadi juara perdana DBL East Java – West Region.

Namun, saya tidak akan membahas tentang performa tim juara, melainkan membahas tentang pembinaan di wilayah barat Jawa Timur. dengan menggunakan kacamata four factors. 

(Baca juga: Empat Faktor Pembawa Kemenangan di Basket)

Sudah sering disinggung oleh Mainbasket tentang four factors. Secara singkat, four factors merupakan empat faktor kemenangan yang terdiri dari eFG%, TO%, OR%, dan FT Rate. Bukan hanya melihat faktor kemenangan, four factors secara luas juga dapat dipergunakan untuk melihat pembinaan di suatu kompetisi.

Berdasarkan data four factors di DBL East Java – West Region, terlihat bahwa di kategori putra dan putri TO% menjadi faktor kemenangan tertinggi dibandingkan tiga faktor yang lain. Bahkan, di kategori putri, terlihat 100% tim yang memenangkan pertandingan memiliki TO% yang lebih rendah dibandingkan tim yang kalah. 

Jika terdapat suatu kondisi TO% lebih besar dibandingkan tiga faktor lainnya menandakan bahwa terdapat masalah fundamental karena turnover kerap terjadi. 

Pada kategori putra, tidak terdapat satu pun pertandingan di mana baik tim yang kalah atau pun yang menang memiliki TO% maksimal 12 persen. Sedangkan dalam kategori putri, hanya ada satu pertandingan di mana tim yang kalah atau menang memiliki TO% maksimal 12 persen. 

Angka TO% 12 persen sendiri adalah angka rata-rata persentase turnover di Filipina, negara dengan basket terbaik di Asia Tenggara. Saya menggunakan angka tersebut sebagai acuan untuk basket Indonesia mengejar Filipina. 

Yang lebih mendapatkan perhatian, 75 persen pertandingan diakhiri dengan TO yang lebih tinggi dibandingkan produktivitas angka. Ada pula satu pertandingan di mana suatu tim mengakhiri 73 persen play dengan kesalahan sendiri (TO).

Di lain sisi, faktor yang seharusnya menjadi faktor kemenangan paling penting, eFG%, hanya berada di peringkat dua. Rata-rata akurasi di area tiga angka pada semua kategori berada dibawah 20 persen.

Pada area dua angka, hanya ada satu tim yang memiliki akurasi diatas 50 persen, yaitu SMAN 1 Madiun (putri). Melihat rata-rata akurasi tersebut, pertanyaanya kemudian, apakah para pelatih masih mau memaksakan gaya basket modern dengan frekuensi tembakan tiga angka yang tinggi?

FT Rate masih setia dengan faktor kemenangan terendah. Hal ini menandakan bahwa permainan drive dengan tujuan utama untuk mencari FT tidak efektif untuk mencari kemenangan. Dalam perjalanannya menjadi juara, SMAN 2 Madiun dan SMAN 1 Madiun hanya memiliki satu pertandingan di mana FT rate mereka lebih tinggi dibandingkan tim yang kalah.

Semoga berdasarkan fakta di atas yang dibahas bukan hanya tentang “MENANG DAN KALAH”. Melainkan terdapat masalah fundamental yang harus dibenahi dengan tujuan anak didik yang lebih baik. Kesalahan-kesalahan yang dibuat dapat dilihat kembali melalui cuplikan pertandingan yang disediakan oleh DBL play. Semoga pada DBL East Java – West Region tahun depan kondisi tersebut sudah berubah. 

Foto: DBL Indonesia 

Komentar