Converse Chuck Taylor All-Star dulunya adalah sepatu basket. Namun perkembangan sepatu atau sneaker kala itu tidak secepat sekarang. Masalahnya ada di aturan yang mengikat soal penggunaan dan model sepatu basket. Sampai pada akhirnya, ada beberapa orang yang berhasil meruntuhkan aturan-aturan yang dibuat NBA. Sehingga menurut The Sporting News, ada empat pemain NBA yang pantas disebut sebagai 'influencer' di ranah sneaker basket.
Mungkin sebagian besar dari penggemar basket akan menyebut Michael Jordan sebagai influencer sneaker basket. Tapi tunggu dulu, sebelum masa kejayaan Michael Jordan dan Nike, ada Walt Frazier yang sukses membuat gebrakan dengan Puma. Mungkin kalau di Indonesia, Walt Frazier akan disebut sebagai "Bapak Signature Shoes", karena dia adalah pemain bola basket pertama yang memiliki sepatu khasnya sendiri.
Foto: The Word on The Feet
Walt Frazier ini juga dikenal sebagai "Clyde". Dari nama ini saja, tentu para sneakerhead sudah tahu siluet seatunya. Ketika Puma mendekati Clyde untuk diajak bekerja sama, pemain tersebut membuat beberapa persyaratan. Perusahaan asal Jerman tersebut setuju dan lahirlah Puma Clyde pada tahun 1970.
Syarat yang diajukan Clyde saat itu adalah dia menginginkan sneaker dibuat dengan bahan suede, bukan kulit yang lazim digunakan di masa itu. Clyde juga meminta namanya tercantum dalam setiap sepatu. Dan, syarat ketiga yang akhirnya mengubah budaya sneaker dunia. Dia meminta agar dibuatkan banyak variasi warna.
"Menurut data kami, Puma Clyde dibuat hingga 390 warna. Inilah siluet sepatu yang paling banyak punya varian warna," kata Helmut Fischer, yang sudah bekerja lebih dari 40 tahun di Puma.
Foto: Puma.com
Puma Clyde berubah dari sneaker basket ke budaya hip hop. Karena pada tahun 1980-an, b-boys memilih sepatu tersebut karena daya cengkeram sol karet yang bagus. Sehingga aman untuk mereka menari berakdance. Bahkan pada tahun 90-an, Puma Clyde disangka sebagai sepatu skate, karena banyak dipakai skater dunia. Sementara itu, pada tahun 1993, Puma Clyde mulai dijual di luar Amerika Serikat yang membuat sneaker tersebut makin terkenal.
Foto: Sportingnews
Nama kedua yang layak jadi influencer sneaker basket adalah Allen Iverson. Pemain Philadelphia 76ers ini pada tahun 2001 mendapatkan sebuah sneaker ikonik, yaitu Reebook Answer V. Inilah masa-masa keemasan dari Reebok, karena produknya jadi laris manis di pasaran karena orang-orang ingin tampil seperti Iverson.
Cerita Iverson dan Reebok ini juga punya irisan dengan Michael Jordan. Karena pada tahun 1996, Nike sebenarnya ingin mencari "the next Jordan". Tapi kala itu, Iverson malah memilih Reebok yang mau memberinya ruang ekspresi lebih luas ketimbang Nike. Maka lahirlah Reebok "The Question", yang tercatat sebagai sepatu khas pertama Iverson.
Salah satu momen tak terlupakan Iverson dan Reebok The Quetion adalah saat dirinya berhasil melewati Michael Jordan. Itu terjadi di musim pertama Iverson bersama Sixers di NBA. Setelah itu, Iverson berhasil membuat budaya basket hip-hop. Gaya fashion tersebut masih sering terlihat sampai sekarang.
Dari sisi produk, Reebok dan Iverson mengeluarkan 14 sepatu khas. Ini menjadi kolaborasi sepatu khas terbanyak ketiga setelah Michael Jordan dan LeBron James. Meski Reebok kini sudah tidak di bawah adidas, namun perusahaan tersebut berusaha kembali ke masa jayanya. Salah satu caranya adalah merilis ulang sepatu basket Reebok Question dan Answer.
Foto: Sport Illustrated
Kobe Bryant juga layak disebut sebagai influencer di dunia sneaker basket. Bahkan dia berhasil membuat produk yang ikonik bersama dua brand yang saling bersaing, yaitu adidas dan Nike.
Kobe mendapatkan kontrak dengan adidas sejak dia berada di sekolah menengah. Dia mengenakan adidas EQT Elevation di musim pertamanya di NBA. Kemudian proyek sepatu khas dengan adidas dimulai pada tahun 1997. Kobe mendapatkan adidas KB8 atau yang sekarang dikenal sebagai adidas "Crazy 8".
Kemudian setelah mengeluarkan adidas Kobe 2, kedua belah pihak memilih berpisah. adidas punya klausul yang mengikat kebebasan Kobe. Sehingga pada saat itu, Kobe harus mengeluarkan uang senilai AS$8 juta untuk membebaskan diri dari kontrak tersebut.
Foto: Sneaker Bar Detroit
Setelah melakukan petualangan dengan merek sepatu basket, akhirnya pada tahun 2004 Kobe mendapatkan kontrak dengan Nike. Lalu pada tahun 2005, sepatu khas Kobe dirili ke pasaran. Kobe melakukan revolusi sepatu basket dengan membuat Nike Kobe 4. Sneaker tersebut berpotongan rendah, yang disebut Kobe terinspirasi dari sepatu sepak bola.
Dia juga membuah sesuatu yang unik pada Nike Kobe 9. Di mana sepatu tersebut punya potongan yang tinggi pada leher sepatu. Tujuannya melindungi kaki Kobe Bryant yang cedera. Namun Kobe sendiri pernah bercerita bahwa dia memutuskan untuk membuat sepatu tinggi setelah melihat pertandingan tinju.
Nike mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan sneaker Kobe. Bahkan pendapatan mereka semakin besar sejak sang legenda tutup usia. Kobe Bryant merupakan salah satu tokoh penting dalam budaya sneaker.
Foto: Sporting News
Terakhir, dan yang paling besar dalam sejarah sneaker adalah Michael Jordan. Nike awalnya berharap Michael Jordan bisa menaikkan penjualan mereka sebesar AS$3 juta di tahun keempat. Tapi Jordan sudah berhasil meningkatkan pendapatan Nike sebesar AS$126 juta di tahun pertama. Hebatnya lagi, Jordan sekarang memberikan keuntungan bagi Nike sebesar AS$3 juta hanya dalam waktu lima jam.
Agen Michael Jordan, David Falk, dalam film dokumenter "The Last Dance" membuka cerita seputar MJ dan sneaker. Ternyata Jordan ingin dia disposori oleh adidas. Tapi merek Jerman tersebut justru tidak memberikan apa yang diinginkan pemain. Jordan akhirnya berpaling ke Nike, dan adidas akan dikenal sebagai merek yang menyesal selamanya karena tidak mau memberikan kontrak untuk MJ.
"adidas benar-benar meremehkan Jordan saat itu. Mereka (adidas) ingin memiliki Jordan sebagai duta, tapi tidak memberikan sepatu khas di tahun pertama. Akhirnya saya mendorong Michael untuk menandatangani kontrak dengan Nike. Alasannya karena mereka sama-sama orang baru di NBA saat itu," jelas David Falk.
Falk mendorong agar Nike mau memberikan apa yang Jordan mau. Hal yang paling diinginkan Jordan saat itu adalah memiliki sepatu khas dan lini pakaian sendiri. Nike menerima syarat tersebut akhirnya lahirlah Air Jordan 1 pada tahun 1985.
Foto: Complex
Sepatu Nike khas Michael Jordan melaju pesat. Nike sampai memberikan divisi sendiri sejak tahun 1997 bernama Jordan Brand untuk mengakomodir semua keinginan Jordan. Akhirnya sneaker Jordan bisa masuk di kalangan rapper, skater, hingga budaya hip-hop. Lebih dari itu, di era sekarang, memiliki sepasang sepatu Jordan menjadi simbol kekayaan seseorang. Apalagi mereka yang memiliki sneaker hasil kolaborasi dengan desainer ternama seperti Virgil Abloh, Christian Dior, atau Travis Scott. (*)
Foto: incountryvalueoman.net, Run Repeat, Sports Illustrated