Nike membeli sepatu Nike dari StockX. Setelah diperiksa, Nike menyatakan bahwa sepatu Nike yang mereka beli di StockX adalah palsu. Palsu tapi dengan kualitas sangat bagus. Kalau kata pecinta sneakers di Indonesia, “Kawe super”. Yup, Nike kemudian menggugat StockX dengan tuduhan menjual sepatu kawe alias palsu.
Dipikir-pikir, ngapain juga Nike beli sepatu Nike? Bukankah mereka tinggal ambil saja di gudang? Atau bahkan tinggal bikin saja di studio atau pabrik mereka?
Betul. Tetapi Nike juga punya kebutuhan untuk memastikan bahwa sepatu-sepatu Nike yang dijual di mana-mana adalah asli. Harus asli, karena para pecinta Nike tak akan dirugikan secara kualitas dan nilai (value). Khususnya value dari sepatu-sepatu keluaran khusus yang jika sudah masuk ke pasar sekunder (secondary market) harganya bisa selangit. Harus asli, demi memastikan bahwa barang asli berarti pemasukan untuk Nike. Barang palsu berarti kerugian bagi Nike. Mereka sudah susah-susah membangun citra merek, namun orang lain (pembajak) yang meraup untung.
StockX adalah lokapasar (marketplace) daring. Mereka memfasilitasi interaksi penjual dan pembeli, kemudian mengambil komisi dari transaksi yang terjadi. Sejak kemunculannya tujuh tahun lalu, StockX sudah menjadi salah satu situs terpercaya bahkan terbesar dalam urusan transaksi pasar sekunder sepatu-sepatu keren. Bahkan kabarnya, pada tahun 2017, transaksi di StockX lebih besar daripada di eBay. StockX tak hanya menjual Nike, tetapi juga merek-merek lainnya.
Layanan standar di StockX adalah pemeriksaan ketat apakah sepatu yang akan dijual atau dilelang di sana merupakan sepatu asli atau tidak. Calon penjual terlebih dahulu mengirim sepatu yang akan dijual ke StockX untuk diperiksa. Bila asli, akan disertifikasi asli. Bila palsu, langsung dikembalikan ke calon penjual. Namun bila terlolos, terlanjur terjual, dan ternyata belakangan diketahui palsu, pembeli boleh mengembalikannya ke StockX dan uangnya dikembalikan. Salah satu bentuk “sertifikasi” StockX adalah lempengan mika berwarna hijau yang diikat dengan tali hijau pada sepatu yang dijual. Lempengan tersebut seolah menjadi penjamin sakti bahwa sepatu yang dibubuhinya adalah asli. Bagi beberapa pecinta sneakers, tali dan lempengan hijau StockX ini bahkan haram hukumnya untuk dipotong apalagi dibuang.
Beberapa tahun lalu, profesi pemeriksa keaslian sepatu sempat cukup semarak. Tak benar-benar jadi sebuah profesi memang. Namun ada beberapa orang yang dipercaya atau bahkan mengklaim diri, bisa membedakan mana sepatu asli dan mana sepatu palsu. Namun kalau sepatu keluaran StockX saja bisa diklaim palsu oleh Nike, maka rasanya bolehlah kita agak meragukan pemeriksa-pemeriksa keaslian sepatu yang katanya jago-jago tersebut.
Setelah mendapat tuduhan menjual sepatu palsu, StockX gak tinggal diam. Mereka mengeluarkan pernyataan. Bukan sekadar pernyataan, StockX bahkan memberi “pukulan” balik kepada Nike. “Kami sangat mengutamakan pelanggan kami, dan kami menginvestasikan jutaan dolar untuk memerangi barang-barang palsu yang sekarang sedang jadi masalah utama di dunia marketplace.” Tulis StockX dalam pernyataan resminya.
“Tuduhan terbaru Nike bukan hanya tak berdasar, tetapi juga membingungkan karena tim ‘brand protection’ mereka sendiri telah menyatakan keyakinannya pada program autentifikasi kami, dan ratusan pegawai Nike, termasuk para eksekutif senior menggunakan StockX untuk menjual dan membeli barang.”
“Taktik (Nike) ini tak bernilai apapun selain menunjukkan kepanikan dan rasa putus asa mereka setelah kalah dalam kasus Vault NFT kami yang inovatif yang mampu merevolusi cara konsumen dalam membeli, menyimpan, dan menjual barang-barang koleksi berharga secara aman, efisien, dan terpercaya. Tuduhan Nike memperlihatkan ketidakpahaman mereka terhadap (perkembangan) marketplace modern.”
(We take customer protection extremely seriously, and we’ve invested millions to fight the proliferation of counterfeit products that virtually every global marketplace faces today. Nike’s latest filing is not only baseless but also is curious given that their own brand protection team has communicated confidence in our authentication program, and that hundreds of Nike employees—including current senior executives—use StockX to buy and sell products. This latest tactic amounts to nothing more than a panicked and desperate attempt to resuscitate its losing legal case against our innovative Vault NFT program that revolutionizes the way that consumers can buy, store, and sell collectibles safely, efficiently, and sustainably. Nike’s challenge has no merit and clearly demonstrates their lack of understanding of the modern marketplace.)
Bulan Februari lalu, Nike memang menggugat StockX karena memperjualbelikan NFT bergambar sepatu dan logo Nike tanpa izin. Praktik tersebut dianggap melanggar hak Nike atas kekayaan intelektualnya, berpotensi membingungkan pelanggan, dan dianggap mengganggu program NFT dari Nike yang sedang direncanakan.
StockX membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa NFT yang mereka luncurkan tak ubahnya hanya sebatas “tiket” atau sekadar gambar yang menunjukkan deskripsi dari produk nyata yang dijual atau mewakilinya. “Tiket” ini kemudian digunakan sebagai akses ke produk atau barang nyata yang sudah dibeli oleh pelanggan. Dengan kata lain, NFT dari StockX adalah bentuk lain dari bukti keaslian dan kepemilikan terhadap produk atau barang yang ada bentuk nyatanya. Bukan produk terpisah seperti yang dituduhkan Nike.
Pasar sekunder adalah pasar yang sangat besar. Berkebalikan dengan namanya yang seolah-olah adalah “barang second”. Pasar sekunder khususnya sneakers punya aturan main sendiri. Di pasar sekunder, jumlah pasokan (supply) tak akan pernah bertemu atau seimbang dengan permintaan (demand). Pasokan jauh lebih sedikit daripada permintaan. Produk jadi langka. Harga selangit. Namun permintaan tetap tinggi. Akibatnya, volume atau angka transaksi di pasar sekunder jadi sangat tinggi. Dari beberapa data yang kami temukan di berbagai sumber, angkanya bisa mencapai miliaran dolar. Sangat menggiurkan. Rasio dengan produk-produk retail atau pasar pertama bisa sampai seperempat (1/4). Besar sekali dan sangat menggiurkan. Nah, StockX adalah salah satu perusahaan yang paling cuan atau diuntungkan dari situasi ini.
Bayangkan saja, sebagai “perantara”, StockX bisa meraup untung besar tanpa harus mengulak terlebih dulu kepada Nike. Dengan azas pasar sekunder, keuntungan tersebut bahkan bisa jauh lebih besar daripada mitra-mitra resmi Nike di pasar pertama alias retail.
Jadi, wajar saja kalau Nike “cari gara-gara” dengan membeli sepatu ke StockX, kemudian memeriksa keasliannya. Karena bila hanya mau sepatu baru, yaa tinggal ambil di gudang atau bikin sendiri saja. Oh ya, satu lagi, kalau kata Nike bahwa sepatu di StockX saja ada yang palsu, lah bagaimana dengan tempat-tempat lainnya? Wkwkw.. (dan)