Asian Games 2018 menjadi panggung terakhir Nathasa Debby Christaline di dunia basket. Pada Sabtu (23/4) melalui media sosialnya, Debby mengucapkan salam perpisahan. Mengenal basket sejak di bangku sekolah dasar, Debby telah menghabiskan 14 tahun waktunya menjadi pemain basket profesional.

“Saya sangat bangga bisa menjadi bagian dari Timnas Basket Putri Indonesia. Karena olahraga yang saya sukai ini, saya bisa bertemu banyak teman baik. Semua usaha, pengorbanan, kerja keras, dan hal-hal gila sekarang menjadi kenangan besar,” tulisanya.

“Terima kasih untuk 10 tahun terakhir, saya mendapatkan pengalaman terbaik dalam hidup saya. Terima kasih Indonesia. Natasha Debby out,” lanjut Debby dalam unggahannya.

Dalam tiga tahun terakhir, Debby memang tinggal di Australia. Dia melanjutkan kuliah di Pacific Training Ground, Sydney, dan mengambil jurusan hospitality management.

Perempuan kelahiran Magelang, Jawa Tengah itu sudah memikirkan rencananya di luar basket. “Sepertinya sudah saatnya dan ini waktu yang tepat untuk meraih mimpi yang selanjutnya. Rencananya setelah ini akan kembali ke Australia,” kata Debby ketika dihubungi Mainbasket.

Debby mengenal basket sejak bersekolah di SD Tarakanita. Pada 2004, dia dipanggil Pengprov Jawa Tengah untuk mengikuti Kejurnas U-16 dan berhasil memenangkan medali emas. Kemudian pada usia 15 tahun, dia mulai dipanggil Timnas Basket Putri.

Debby telah empat kali membela Indonesia di ajang SEA Games pada periode 2011-2017. Debby juga tampil di ASEAN University Games 2014 dan Asian Games 2018, menjadi momen terakhirnya bersama Timnas.

Tercatat dua klub pernah ia bela. Debby bermain bersama Sahabat Semarang pada 2008-2017. Kemudian dia pindah ke Surabaya Fever 2017-2018. Bersama tim yang bermarkas di Kota Pahlawan itu, Debby meraih dua kali gelar Srikandi Cup. Dia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik Srikandi Cup 2017.

Setelah itu, kompetisi basket putri Indonesia tidak menentu. Debby telah merasakan momen naik turunnya basket putri tanah air. Dia berharap ke depan, Timnas Basket Putri Indonesia bisa meniru Jepang.

“Bisa mencontoh semangat pemain Jepang untuk lebih maju di area internasional. Dengan  size pemain Jepang dan kita itu kurang lebih sama. Jadi, bisa dijadikan tolok ukur dan acuan untuk maju,” ungkapnya.

“Mudah-mudahan banyak lembaga yang mendukung terus basket Indonesia bisa lebih baik. Untuk tim putri maupun tim putra,” kata Debby. (rag)

Foto : Mei Linda

Komentar