Musim reguler IBL 2022 telah berakhir 31 Maret lalu. Ditutup dengan sebuah gim All Star, berakhir pula "gelembung" sekitar sebulan yang IBL lakukan di Jakarta. 

Kami sadar menjalani dan menggelar sistem "gelembung" seperti itu bukanlah hal mudah. Oleh karena itu, kami ucapkan apresiasi tinggi untuk semua jajaran IBL atas apa yang mereka lakukan dengan hampir tanpa cela. 

"Gw mewakili segenap tim Mainbasket ingin mengucapkan apresiasi kepada seluruh panitia yang sudah menjalankan musim ini dengan sangat luar biasa," buka Rosyidan di Mainbasket Podcast Episode 69

"Kita di Mainbasket nonton semua gim, lima gim setiap hari saja capai, apalagi para panitia yang menjalankan ini semua. Apresiasi untuk semua yang terlibat sekali lagi luar biasa," imbuhnya.

Di lain sisi, kami juga selipkan beberapa harapan untuk diperbaiki ke depannya. Meski harapan-harapan ini tak sepenuhnya bertumpu pada IBL, semoga IBL bisa jadi pihak yang mencari jalan untuk perbaikan-perbaikan ini.

Salah satu kendala utama yang kami soroti adalah kualitas pertandingan itu sendiri. Di episode ke-67, kami sudah menyinggung betapa bahayanya dampak gim-gim yang mana tim IBL mencetak tak sampai 40 poin dalam satu gim. 

"Kita kan tahu bersama bahwa IBL ini berusaha menjadikan basket sebagai sebuah industri," terang Adrian Darmika, kontributor Mainbasket di episode 69. "Dengan konsep itu, maka seharusnya mereka berharap bisa menjangkau lebih banyak penonton lagi, penonton-penonton baru, yang mungkin tidak tahu banyak tentang basket."

"Lah, kalau orang-orang ini datang, meluangkan waktu mereka, lalu melihat gim yang mana satu tim hanya mencetak tidak sampai 40 poin, ini tentunya tidak akan menjadi impresi yang baik. Mereka sangat mungkin tidak kembali lagi dan industri tidak berkembang."

"Jelas ini bukan sepenuhnya permasalahan IBL, bahkan pusat masalahnya jelas di para pemain dan tim-tim peserta. Namun, IBL mungkin bisa mengubah beberapa aturan permainan untuk mempermudah pemain mencetak angka, seperti 3 seconds defense violation yang ada di NBA," tutupnya.

Dari sisi pemain, Dimaz Muharri juga melihat adanya masalah di permainan, utamanya dalam bertahan. "Di basket kan ada man to man defense dan team defense. Kita masih sangat kurang sekali untuk team defense."

"Bisa dilihat jika ada situasi yang membuat tim yang bertahan melakukan help defense, rotasinya hampir selalu terlambat. Pertahanan jadi kacau. Ini tidak terjadi di basket NBA sana, tidak sering. Jika ada help, ya rotasinya bagus. Ini harus jadi catatan untuk tim-tim dan para pemain," tutupnya. (DRMK)

Foto: Hariyanto

 

Komentar