“Tim nasional basket Indonesia tampil di Olimpiade 2036.” Begitu kurang lebih kata Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali pada acara “Ngobrol bareng Anak Basket” di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (1/4). Acara ini adalah rangkaian menyambut gelaran besar FIBA Asia Cup 2022 di Jakarta bulan Juli nanti. Bagi gw ini adalah salah satu kalimat paling menyegarkan yang pernah gw dengar tentang rencana-rencana pengembangan basket Indonesia.
Tidak pernah sebelumnya gw dengar kalimat serupa. Ada jarak 14 tahun antara saat ini ke tahun 2036. “Akhirnya, kita punya waktu yang cukup untuk benar-benar mengejar prestasi mentereng bagi basket kita,” pikir gw dalam hati yang entah kenapa sangat melegakan.
Selama ini, kita sudah kenyang dengan persiapan-persiapan singkat. Baik sebagai kultur, maupun alasan. Suguhan kambing hitam kurangnya ikatan antarpemain (chemistry) karena persiapan singkat terlalu sering, bila tak ingin dikatakan, selalu, disajikan. Gw rasa, 14 tahun adalah waktu yang cukup pas!
Setahu gw, belum ada yang pernah mengatakan atau membahas tentang target tahun 2036 ini. Mungkin karena memang kita semua sedang fokus ke target lolos FIBA World Cup 2023 yang harus dicapai dengan cara lolos delapan besar di FIBA Asia Cup 2022 bulan Juli nanti.
Angka tahun 2036 sepertinya memang masuk ke dalam rentang rencana besar pemerintah bernama Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Program DBON ingin mengangkat prestasi beberapa cabang olahraga selama 2021 hingga 2045. Memang tidak semua cabang olahraga punya privilese masuk ke dalam bagian rencana besar tersebut. Syukurnya, bola basket adalah salah satunya.
Secara singkat, Menpora juga menjelaskan salah satu langkah menuju ke sana. Ia mengatakan bahwa sekolah-sekolah calon atlet akan digencarkan kembali. Calon-calon siswa mulai SMP kelas 1 akan diseleksi untuk ikut program ini. Mereka akan mendapat kurikulum khusus yang menitikberatkan kepada kurikulum olahraga sesuai talentanya. Mereka akan terus didampingi para pelatih, dokter, hingga psikolog yang terus memantau perkembangannya. Sebuah ambisi yang, bagi gw, sangat-sangat menggiurkan. Semoga benar akan terlaksana. Dan hal paling penting menurut gw, semoga bukan hanya siswa-siswi bertalentanya saja yang dijaring, tetapi juga para pengajar dan pelatihnya bermutu kelas dunia. Yup, pelatih-pelatih kelas dunia untuk basket Indonesia (Manajer Tim Nasional Indonesia Jeremy Imanuel Santoso sudah memulai langkah ini dengan mengikat kontrak selama tiga tahun dengan IMPACT Basketball Amerika Serikat).
Obrolan tentang rencana panjang ini jelas membawa gw kembali ke pemikiran sebelumnya. Bagaimana para praktisi di level profesional sudah harus melakukan aksi-aksi untuk meningkatkan mutu permainan bola basket kita. Selengkapnya bisa di baca di sini. Dengan dukungan pemerintah dan rencana panjang yang baik, bermain bahkan berprestasi di Olimpiade 2036 sepertinya tidak akan menjadi impian di siang bolong.(*)
Foto: Hari Purwanto