Dewa United Surabaya dan Satria Muda Pertamina tidak menampilkan para pemain asing mereka pada laga Rabu, 9 Maret.

"Ini terjadi karena (aturan) 'Covid Compliance'. Apabila terjadi kasus Covid-19 pada dua pemain asing pada salah satu klub yang sedang bertanding, maka disepakati kedua tim hanya bertanding dengan pemain-pemain lokal," jelas Manajer Kompetisi IBL Rufiana.

Dua pemain Dewa United, Darryl James Palmer dan Dishon Lurell Lowery masih terpapar Covid-19 dan belum bisa dimainkan. Hal ini menjadikan Satria Muda tidak bisa menurunkan pemain asingnya Brachon Griffin dan Elijah Foster.

"Darryl masih positif sementara Dishon baru terkonfirmasi positif hari ini (9 Maret). Sebelum pertandingan, hal ini sudah diinformasikan kepada kedua tim," jelas Rufiana.

Dewa United masih bisa memainkan Jamarr Andre Johnson karena dia berstatus pemain lokal naturalisasi.

Sekitar 99 persen dari alinea-alinea di atas gw salin dari edaran resmi IBL pada situs resminya. Sebelum tampil di sini, gw unggah lebih dulu ke instagram @mainbasket. Seperti yang gw duga, netizen datang dan ramai berkomentar. Sebagian besar mengomentari aturan tersebut. Sebagian lagi, tentang status Jamarr sebagai pemain “lokal naturalisasi”.

Pada laga tersebut, Dewa United menang atas Satria Muda, 60-55. Gim berlangsung ketat. Sayangnya, akurasi (FG) kedua tim buruk dan turnover yang sangat banyak. Akurasi kedua tim tak sampai 40 persen. Mereka mengombinasikan 44 turnover (24 Satria Muda). Satria Muda juga hanya mencetak 5 poin di kuarter empat. Jamarr Andre Johnson tampil cukup baik untuk Dewa United dengan dobel-dobel 19 poin, 13 rebound, ditambah 4 asis, 5 steal, dan 6 blok. 

Membaca komentar-komentar yang muncul di unggahan tentang “Covid Compliance” di instagram, ada satu komentar yang menarik hati gw. Sejujurnya, gw merasa gak enak hati memunculkannya di tulisan ini. Relatif kasar. Tetapi ya sudahlah, terlepas dari kekasarannya, ia adalah salah satu, kalau bukan yang paling “kena” komentarnya.

Begini bunyinya (beberapa kalimat dan kata gw sensor): “***, Serasa NBA klo pemain bintangnya covid pemain lawan juga ga boleh pake pemain bintang. Kita-kita yang penonton aja ketawa loh. Bolehlah jadi bahan Stand up comedy. Apalagi Jammar, Lokal Naturalisasi wkwkwkwk ***, udah di Naturalisasi ya Lokal, emang paspor Jammar sekarang apa? USA? Kok dianggap asing? Aneh bin ajaib. Apa karena dia darahnya kulit hitam? Gimana klo ada pemain kulit hitam/bule yang lahir di Indonesia, apa itu dilihat dari kelahirannya ato Gen-nya? Ya anggap aja Jammar lahir di Indonesia walaupun kulit hitam, wong paspornya Indonesia. Ini kayak jaman orde baru, dimana pemain keturunan Cina aja ga dianggap orang Indonesia walaupun udah nyumbang medali emas di Olimpiade. ***.

Relatif kasar. Tetapi, sulit bagi gw untuk tidak mengatakan bahwa komentar di atas sangat mengena. Status Jamarr beberapa waktu terakhir, khususnya sejak diadakannya pemain asing di IBL kerap abu-abu. Ia pernah nyaris dianggap sebagai pemain asing (walau sudah dinaturalisasi). Aturan ini kemudian dianulir. Lalu musim ini diberi status baru “lokal naturalisasi” dengan peran bebas tetapi terbatas.

“Lokal”, Jamarr sebagai pemain naturalisasi dianggap pemain lokal. Oleh karenanya, Dewa United boleh tetap mengambil jatah dua pemain asing di musim IBL 2022 ini. “Naturalisasi”, Jamarr sebagai mantan Warga Negara Asing, masih dianggap “asing”. Oleh karenanya, jatah bermainnya terbatas seperti pemain asing lainnya. Dalam aturan IBL, dua pemain asing boleh ada di roster dalam satu gim yang sama, tetapi tidak boleh main bersamaan. Harus bergantian. Ada jatah waktu yang harus dipenuhi. Setiap pemain asing wajib dimainkan di tiga kuarter setiap pertandingan. Minimal bermain setiap kuarter tiga menit. Jamarr kena aturan ini.

Ketika terjadi kasus Covid Compliance, yang kebetulan menimpa Dewa United, Jamarr sepertinya dipandang sebagai pemain lokal. Namun dampaknya, dua pemain asing Satria Muda tak boleh main. Di mana, Jamarr “pun sebenarnya” pemain asing dalam statusnya sebagai “lokal naturalisasi”. Kadang membingungkan memang. Itulah, menurut gw, kenapa netizen pun ramai berkomentar.

Aturan Covid Compliance akhirnya memang seolah menempatkan Jamarr pada situasi standar ganda. Jadi wajar saja bila netizen geregetan. Bagi gw, kontroversi ini sebenarnya bisa dihindari sejak awal jika sejak awal pula IBL menegaskan bahwa Jamarr adalah pemain lokal. Bukan lokal-naturalisasi, apalagi asing.

Apabila keputusan tersebut diambil oleh IBL, memang akan hadir konsekuensi lain. Selain Jamarr, maka para pemain naturalisasi lain pun harus berstatus lokal dan bebas bermain di mana saja di IBL dengan status sebagai pemain lokal. Selain Jamarr, ada Ebrahim Enguio Lopez, Lester Prosper, Brandon Jawato, dan Marques Bolden. Jarron Crump? Setahu gw, Crump masih berstatus Warga Negara Asing. Ia punya KTP memang, seperti yang pernah ia perlihatkan di instagramnya beberapa waktu lalu. Namun KTP memang boleh dimiliki oleh WNA dengan syarat-syarat tertentu.

Tentu saja, ini juga berdampak kepada dua pemain naturalisasi putri jika kelak liga basket putri jadi bergulir. Kita punya dua pemain naturalisasi putri, Peyton Alexis Whitted dan Kimberley Pierre-Lois. Keduanya sudah pernah membela Indonesia di berbagai ajang internasional.

Seperti bunyi komentar yang beberapa kalimat dan katanya gw sensor di atas, sudah sewajarnya kita melihat para pemain naturalisasi ini sebagai pemain lokal. Mereka sudah mengambil sumpah sebagai Warga Negara Indonesia. Oleh karena itu mereka jelas saudara kita senegara. Tak ada bedanya sudah dengan para pemain WNI lainnya. Sama.

Memang, memang ketangkasan bermain mereka ada di atas rata-rata. Istimewa, namun bagi gw tidak istimewa-istimewa banget. Dengan taktik dan strategi yang baik, tim di mana para pemain naturalisasi ini bermain masih bisa dikalahkan. Bisa banget. Mereka tidak sedominan itu.

Pada akhirnya, anggap saja “melokalkan” mereka adalah konsekuensi logis dari menaturalisasi mereka. Memang tujuan awal menaturalisasi pemain basket adalah untuk kepentingan tim nasional. Tetapi bahwa mereka akhirnya bisa berkiprah di liga lokal adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. Sekali lagi, mereka sudah saudara kita satu negara. Resmi secara hukum.(*)

Foto: Hari Purwanto.

Komentar