Jika saya minta Anda menyebutkan tim yang berantakan musim ini di NBA, siapa yang Anda akan sebut? Houston Rockets? Detroit Pistons? Atau Orlando Magic?
Jika tiga tim itu yang Anda sebut, maka saya akan membantah. Ketiga tim itu sedang melakukan pembangunan ulang skuat (rebuild). Jadi sangat wajar jika mereka terpuruk dengan jumlah kemenangan tidak lebih dari 10 kali saat musim sudah hampir setengahnya berlalu.
Jawaban dari pertanyaan pertama untuk saya adalah Portland Trail Blazers. Tak hanya berantakan, saya lebih suka menyebut situasi di Blazers sekarang sebagai sebuah kekacauan. Jika tiga tim yang saya sebut tadi tahu bahwa mereka akan fokus pada pengembangan pemain muda dan siap menerima rangkaian kekalahan, Blazers tak demikian.
Tim ini, tampak sangat jelas tidak tahu apa yang akan mereka dapatkan musim ini. Lebih lagi, mereka tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan sekarang. Kekacauan berujung kebingungan mau dibawa ke mana tim ini ke depannya.
Jika diminta mencari awal dari kekacauan ini, mungkin saya akan memilih pertukaran yang mereka lakukan untuk mendapatkan Norman Powell dengan melepas Gary Trent Jr.. Ini jadi awal kebingungan apa yang diincar oleh Blazers.
Meski masih berada di usia emas, Powell adalah pemain yang lebih cocok sebagai opsi ketiga serangan atau bahkan pilihan pertama dari bangku cadangan. Melepas pemain muda yang baru tampil solid seperti Trent Jr. untuk Powell adalah harga yang sangat besar.
Pertukaran ini jadi awal kebingungan manajemen Blazers. Setelah kehilangan pemain muda potensial, mereka tentu ingin mengikat Powell untuk waktu lama. Kontrak besar AS$90 juta selama lima tahun pun diberikan. Kontrak yang membuat Blazers tidak fleksibel untuk mengotak-atik skuat mereka jika ada yang tak berjalan sesuai rencana. Kebingungan selanjutnya adalah pemecatan Terry Stotts. Buruknya lagi, mereka mengganti Stotts dengan Chauncey Billups, mantan pemain yang belum pernah menjadi kepala pelatih sebelumnya.
Sebuah kontradiksi yang menarik mengingat mereka melepas pemain muda demi pemain yang lebih matang guna mengejar prestasi. Alih-alih mencari pelatih yang sudah memiliki prestasi apik, mereka justru memberi kepercayaan pada seorang pelatih ruki.
Kekacauan tak berhenti di sini. Manajer Umum Blazers, Neil Olshey terlibat skandal intimidasi yang semakin memperburuk situasi. Hasil akhirnya, Olshey pun harus meninggalkan jabatannya.
Puncak dari kekacauan ini adalah rekor buruk Blazers. Dari 35 gim yang mereka mainkan, Blazers hanya mendapatkan 13 kemenangan. Blazers hanya lebih baik dari Rockets, New Orleans Pelicans, dan Oklahoma City Thunder, tiga tim yang sudah punya arah untuk melakukan rebuild. Pada Desember 2021 lalu, dari 13 gim, Blazers hanya menang dua kali!
Blazers harus segera menentukan arah tim mereka. Ini adalah prioritas dari segala opsi yang mereka punya. Jika mengejar prestasi yang lebih baik, seperti lolos ke final atau meraih gelar juara, skuat mereka jelas jauh dari cukup. Maka, mereka harus melakukan pertukaran.
Buruknya kini, bisa dibilang hanya Damian Lillard dan C.J. McCollum yang punya "nilai" tukar tinggi di tim ini. Sisanya, menurut saya tidak akan menarik tawaran yang istimewa, tawaran untuk membantu dua nama di atas. Situasi ini membuat jawaban terbaik untuk Blazers adalah rebuild.
Jika masih percaya dengan Billups, sebaiknya Blazers langsung melakukan rebuild besar-besaran. Buka semua peluang pembicaraan pertukaran untuk Lillard, McCollum, Powell, dan tentunya Jusuf Nurkic. Cari penawaran terbaik di antara nama-nama tersebut dan membangun lagi perjalanan mereka secara perlahan untuk kembali atau bahkan melewati pencapaian terbaik mereka sejauh ini.
Tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang atau paling maksimal adalah akhir musim ini untuk Blazers melakukan pertukaran ini. Ya, kita semua tahu bahwa Lillard setia kepada Blazers. Namun, dengan skuat dan kekacauan yang ada, Blazers hanya menghabiskan waktu Lillard begitu saja.
Sulit memang untuk kembali menempuh jalan rebuild. Akan tetapi, ketimbang memaksakan diri hanya untuk lolos ke playoff dan lantas babak-belur di ronde pertama, Blazers sudah sepatutnya berganti arah. Arah sebaliknya dari kekacauan yang sudah terlampau jauh ini.
Foto: NBA