Bintang Denver Nuggets Nikola Jokic membagi resep sukses ketika dirinya berhasil menyabet gelar MVP NBA 2021 lalu. Ternyata selain latihan keras, Jokic harus mengubah pola makan. Bahkan dia meninggalkan kebiasaan lamanya. 

Jurnalis Reuters Zoran Milosavljevic berkesempatan mewawancarai pemain berjuluk "The Joker" di tengah kesibukannya. Dia menceritakan sebuah rahasia yang tidak diketahui selama ini. Ternyata Jokic tidak sudah ketika Nuggets merekrutnya. Bukan bayaran, atau juga bukan tidak suka masuk NBA. Namun Jokic malu ketika dirinya bergabung dengan Nuggets yang pemainnya atletis. 

"Saya basa minum dua hingga tiga liter Coca-cola setiap hari, saat saya masih berada di Mega Basket (klub asa Serbia yang dibela Jokic pada tahun 2015). Minggu pertama latihan bersama Nuggets saya rasakan sangat berat. Semua rekan tim saya fisiknya lebih bagus dan atletis. Mereka bisa melakukan slam-dunk dengan mudah. Jujur, saya ingin pulang saja di minggu pertama itu," kata Jokic. 

Selain cerita tentang beratnya minggu-minggu pertama di Amerika Serikat, Jokic juga bersyukur dirinya ditolak oleh klub basket raksasa Eropa, Barcelona. Jokic termasuk salah satu pemain yang dipantau Barcelona. Tapi dia tampil buruk di musim pertamanya bersama Mega Basket. Akibatnya, Barcelona urung merekrut Jokic. 

"Mereka (tim pelatih Barcelona) muncul di pertandingan kami (Mega Basket ) melawan Cedevita Zagreb. Awalanya mereka menawari kontrak baru untuk saya. Tapi setelah mereka melihat penampilan saya buruk, mereka pulang begitu saja. Lalu, Nuggets datang dan saya jadi seperti sekarang," ungkapnya. 

Sampai di NBA, Jokic mengaku kagum dengan pemain-pemain berlabel bintang. Menurut Jokic, dia sangat kagum dengan Stephen Curry dan Kevin Durant. Namun pada tahun 2019, timbul keinginan dalam hatinya untuk mengejar pencapaian Curry dan Durant. Untuk mencapai tujuannya, Jokic berusaha sendiri, tanpa memberi tahu rekan-rekannya. 

"Saya akhirnya menyadari, untuk bisa masuk 20 pemain teratas di liga, maka setidaknya harus bisa mencetak 50 poin," katanya. "Saya yakinkan Anda semua, kalau tidak suka Curry, maka Anda tidak suka bola basket. Kalau Durant, dia adalah pemain dengan ofensif terbaik di liga. Dia tidak bisa dijaga sembarangan."

Jokic sendiri memiliki kemampuan menembak jarak jauh yang luar biasa serta keterampilan umpan dan melantun untuk ukuran senter setinggi 2,11 meter. Dia berhasil memimpin Nuggets ke final Wilayah Barat musim lalu dengan rata-rata 29,8 poin dan 11,6 rebound di babak playoff.

Namun sebelum itu, Jokic merasa harus mengubah pola makannya jelang musim 2020-2021. Hasilnya, Jokic terlihat lebih kurus, sehingga lebih lincah dalam bergerak. Di akhir musim, pemain asal Serbia tersebut dinobatkan sebagai MVP musim reguler dengan rata-rata 26,4 poin, 10,8 rebound, dan 8,3 asis per pertandingan. 

Di akhir wawancara, Jokic pemain berusia 26 tahun ini mengingatkan agar setiap pemain sabar dalam menjalani karirnya. Semua butuh proses, bahkan Jokic harus melewati beberapa kesulitan sebelum bisa jadi seperti sekarang.

"Sekarang, saya berada di musim ketujuh di NBA. Semua butuh proses, meski jalan saya lebih terjal dibanding lainnya, saya percaya kesabaran dan ketekunan bisa berbuah manis. Saya dulu menghangatkan bangku cadangan di awal karir, kemudian saya diberi sedikit menit bermain, sampai saya sekarang jadi pemain inti," pungkasnya. (tor)

Foto: NBA.com

 

Komentar