Christian Gunawan atau Coke baru saja bergabung di Rans PIK Basketball. Padahal ia sudah dua kali angkat trofi IBL bersama Satria Muda. Keputusan ini sejalan dengan kampanye The Only Way is Through (TOWIT) milik Under Armour. Terlebih kalau kita melihat kembali perjalanan karirnya di atas lapangan kayu.

Coke merupakan pebasket yang berangkat dari level kampus. Universitas Pelita Harapan (UPH) selama bertahu-tahun mengandalakannya. Penetrasi selama di kampus bikin Satria Muda kepincut. Mereka juga butuh pemain muda potensial yang bisa mengisi roster tim. Bagai gayung bersambut, keduanya pun akhirnya menjalin kerjasama.

Namun, begitu masuk Satria Muda, Christian Gunawan seolah kesulitan mendapatkan menit bermain Pasalnya, ia harus bersaing dengan dua garda yang lebih senior. Yaitu Hardianus Lakudu dan Audy Bagastyo. Meski begitu, ia tetap berlatih dan mengasah skill dengan tekun. Hingga akhirnya momentum itu tiba.

Dipanggilnya Hardianus Lakudu ke Indonesia Patriots dan pensiunnya Audy Bagastyo pada IBL 2020 memang menjadi faktornya. Coke pun membuktikan kualitasnya dengan torehan 2,38 asis per gim (APG) di IBL 2020. Karena itu pula, meskipun Hardianus kembali ke tim pada IBL 2021, Coke tetap mendapatkan tempat di tim.

Pemain kelahiran 1994 itu akhirnya dimainkan sebagai starter di tahun ketiga berseragam Satria Muda. "Sabar saja kalau dari saya. Coba mengambil setiap apapun yang mentor kasih. Intinya segala sesuatu kan ada yang mengatur," ucapnya.

Kebahagiaan tercurah saat Satria Muda angkat gelar ke-11 di kancah basket Indonesia pada 2021. Menandai dua trofi bagi Coke. Namun, rasanya jauh berbeda. Pada juara tahun 2018, Coke hampir tidak punya menit bermain. Berbeda dengan tahun ini di mana ia jadi pemain andalan. Wajar saja kalau rasanya lebih menyenangkan. Karena Coke merasa telah berbuat lebih banyak bagi tim.

Setelah merasa punya tempat di Satria Muda, ia justru memutuskan untuk berlabuh ke tim baru bikinan Raffi Ahmad. Sebuah tantangan baru dalam karirnya. Coke kembali harus membuktikan diri bahwa dirinya merupakan pemain potensial. “Alasan pindah karena mau cari tantangan baru. Sudah dua kali juara bersama Satria Muda, kini saatnya cari suasana baru. Targetnya kalau Tuhan mengizinkan, kami ingin bisa ke final four,” ucap Coke saat diwawancara tentang alasan kepindahannya.

Secara tidak langsung keputusan Coke selaras dengan spirit yang ingin didorong melalui kampanye TOWIT. Under Armour ingin para atlet mendorong dirinya lebih jauh. Tidak hanya tentang prestasi yang telah diraih. Melainkan harus dapat lebih banyak mencetak lebih banyak capaian.

Under Amour mengajak semua untuk berpikir lebih cerdas, berlatih lebih keras, jadi yang lebih baik serta menjadi versi paling keren dari diri kita. Itulah etos dalam The Only Way is Through. Mereka sangat tertantang untuk menyebarluaskannya ke seluruh dunia.

Coke memang sudah berprestasi di tim sebelumnya. Tapi ia tidak mau jumawa lebih cepat. Target masuk Empat Besar sendiri memang terlihat mudah. Apalagi kalau melihat bagaimana Coke musim lalu bersama Satria Muda. Akan tetapi, rasanya bakal lebih sulit dari bayangan. Selain Rans, masih ada tim-tim lain dengan komposisi pemain tak kalah bagus.

Satria Muda selaku tim lawas Coke memiliki kekuatan yang solid, begitupun dengan Pelita Jaya Bakrie, West Bandits Solo, dan masih banyak tim kuda hitam lainnya. Tim kepelatihan Rans juga perlu berharap supaya dua pemain asing yang dipilih bisa membawa kontribusi besar.

Tapi Coke sudah mengambil tantangan itu. Maka, tidak ada cara lain selain untuk melaju meraih mimpi yang ingin dicapai. The only way is through! (ajb)

Foto: Koleksi Pribadi

Komentar